Senin, 28 Desember 2009

Demokrasi yang di Hegemoni. (Contoh kasus Penarikan Buku Gurita Cikeas)

Satu lagi kasus Hegemoni muncul ke permukaan public. Kasus kali ini menimpa pengarang buku yang berjudul “Membongkar Gurita Cikeas : Di Balik Skandal Bank Century", karya George Junus Adijtondro. Nah bagus nih ada suatu kajian baru lagi buat gw dan temen-temen. Emang ya Jakarta tuh “Surga” buat mengkaji segala masalah Sosial, karena di setiap detik selalu muncul masalah social. Yang memang masalah ini akarnya adalah dari Hegemoni. Memang bukan cuma masalah Hegemoni aja sih yang terjadi saat ini, tetapi disini gw bakal mengkaji ini dengan teori Hegemoni yang udah meng-Hegemoni gw, hahaha..

Sebelum gw masuk lebih jauh, gw mw membuat pengantar soal Hegemoni dulu nih. Apa sih Hegemoni? Istilah Hegemoni sendiri berasal dari istilah Yunani = hegeisthai (to lead). Hegemoni adalah usaha dalam mempertahankan kekuasaan oleh pihak penguasa. Dan menurut Mas Seno Gumira Adjidarma adalah Suatu jalan tempat kelompok-kelompok Dominant dalam Masyarakat berusaha bernegosiasi kelompok Oposisional dalam wilayah yang aman / mengamankan bagi kelompok Dominant untuk melanjutkan posisi kepemimpinan. Selain itu Hegemoni menurut si empunya nih teori, yaitu Oom Gramsci adalah Sebuah pandangan hidup dan cara berpikir yang dominan, yang di dalamnya sebuah konsep tentang kenyataan disebarluaskan dalam masyarakat baik secara institusional maupun perorangan; (ideologi) mendiktekan seluruh cita rasa, kebiasaan moral, prinsip-prinsip religius dan politik, serta seluruh hubungan-hubungan sosial, khususnya dalam makna intelektual dan moral. Beuhhh lebih berat nih Oom Gramci. Kita pake teorinya Mas Seno aja ya, hehe…

Dalam kasus penarikan buku “Membongkar Gurita Cikeas : Di Balik Skandal Bank Century", karya George Junus Adijtondro ini, terihat sangat jelas sekali Penguasa melakukan Hegemoni kepada kelompok Oposisi yang satu ini. Oposisi sendiri adalah kelompok yang mengawasi kebijakan dari penguasa, selain itu Oposisi juga bertindak sebagai perlawanan terhadap kelompok Dominant atau Penguasa yang kemudian akan menghasilkan Negosiasi. Dan apabila pihak penguasa tidak menerima hasil Negosiasi tersebut, maka Penguasa itu melakukan suatu Hegemoni, atau Bertindak semena-mena terhadap kelompok Oposisi tersebut dengan menyalahgunakan kekuasaannya. Namun Oposisi bukan saja datang dari partai politik atau DPR saja. Oposisi juga bukan terjadi di panggung politik saja. Dan dalam kasus ini, yang menjadi Oposisi adalah pengarang buku “Membongkar Gurita Cikeas : Di Balik Skandal Bank Century” tersebut, yaitu George Junus Adijtondro. Disini Ia berposisi sebagai Oposisi dan bernegosiasi dengan Penguasa dengan menciptakan sebuah buku yang berjudul “Membongkar Gurita Cikeas : Di Balik Skandal Bank Century”. Namun apa yang terjadi sekarang? Buku tersebut di tarik dari pasaran oleh kelompok Dominant yang Pro dengan Penguasa. Disini jelas sekali bahwa Penguasa melakukan Hegemoni terhadap kelompok Oposisi yang Bernegosiasi. Buku tersebut dianggap berbahaya bagi kelangsungan kekuasaan sang Penguasa tersebut. Terlepas dari apa isi buku tersebut memang sesuai fakta atau cuma omong kosong belaka mengenai keterlibatan Cikeas and the gank dalam Skandal Bank Century, namun pertanyaannya sekarang mengapa peredaran buku tersebut di pasaran telah hilang begitu saja? Apa mungkin buku tersebut di rebut oleh Alien atau mungkin buku tersebut di umpetin sama Kolong Wewe (Red : Setan wanita yang punya Payudara besar yang konon suka ngumpetin anak kecil)? Gak mungkin kan buku tersebut tiba-tiba lenyap gitu aja? Dan bila lenyap pasti ada sebabnya. Dan apa sebabnya? Kita liat dulu dari judulnya : “Membongkar Gurita Cikeas : Di Balik Skandal Bank Century”. Hmmm kira-kira siapa ya yang narik nih buku dari pasaran? Oww Gurita kali ya jangan-jangan pelakunya? Tapi orang tolol sekalipun juga bakal nganggep kita tolol kalo sampe nyalahin Gurita, hahaha… Langsung aja deh pake Logika. Ya pasti orang yang tinggal di Cikeas nih yang merasa “Resah”, siapa tuh? Hmmmm.. Ya siapa aja boleh!! Hahaha… Dan gw jadi inget pribahasa, kalo gak merasa terusik, Ular gak bakal mengeluarkan Bisa-nya. Atau dalam kasus ini Cikeas and The Gank merasa “Resah” dengan Buku tersebut, dan keluar dari sarangnya untuk mengeluarkan “Bisa” dengan memanfaatkan kekuasaanya sebagai Penguasa. Gak mungkin kan orang judulnya Gurita Cikeas masa yang terusik Cendana and The Gank? Ups apa mungkin mereka sama aja ya? Bila terusik sama-sama mengeluarkan “Bisa”? Hehe…

Dan pertanyaan besarnya sekarang adalah : Apakah ini yang dinamakan Demokrasi? Apakah sang Penguasa yang katanya dari partai ber-Demokra(t)si benar-benar mempunyai semangat Demokra(t)si dalam menjalankan Pemerintahannya sekarang? Dan sesuai fakta yang ada sekarang Demokasi is BULSHIT! Demokrasi Omong Kosong, Reformasi Omong Kosong. Apa bedanya sekarang dengan Orde Baru? Hanya beda namanya saja. Tapi liat siapa Penguasanya? Sama-sama berasal dari lulusan “Asu Penjaga Negara” yang dididik untuk Meng-Hegemoni Negara. Dan pertanyaan lagi adalah dimana tokoh-tokoh Reformasi? Oh ternyata mereka semua dilemahkan dan dikubur hidup-hidup oleh Penugasa saat ini. Dikubur melalui sector Ekonomi dan di bungkam oleh UU tolol yang gak penting. Jadi apa arti Reformasi saat ini bila semua orang dibungkam atas nama UU Pencemaran Nama Baik dan UU TI? Apa bedanya UU tersebut dengan PETRUS (Penembak Misterius) atau Penculikan para Aktivis saat Era Orde Baru? Mungkin caranya sekarang berbeda, sekarang “Dihaluskan” oleh Penguasa kita yang tampak lebih “halus” bila berpidato itu. Jadi memang sangat sulit bila kita bicara Demokrasi sekarang ini. Demokrasi Omong Kosonglah yang terjadi saat ini. Demokrasi hanya berlaku bagi kelompok Dominant dan memiliki Uang seperti Anggodo, dkk. Tetapi Omong Kosong bagi kelompok Oposisi dan bagi rakyat kecil seperti gw ini.

Dan coretan gw ini juga merupakan sebuah bentuk perlawanan gw sebagai Oposisi yang memang udah muak melihat kelakuan Penguasa dan kelompok Dominant Negeri ini, kemudian gw bernegosiasi dengan membuat coretan-coretan tolol ini. Coretan di notes ini juga membuat resah, resah hati pencoret mungkin ingin tampil dan apakah gw bakal di Bungkam oleh UU Pencemaran Nama Baik atw UU TI (Buat kawan-kawan siapin Koin untuk bebasin gw ya nanti bila terjadi apa-apa, haha..) , tapi lebih resah lagi adalah “Pembaca” coretannya, Pembaca disini adalah untuk para Penindas yang merasa resah dengan coretan gw ini, sebab coretan ini adalah pemberontakan kucing hitam yang terpojok di tiap tempat sampah untuk para Penindas. Kucing Hitam dan Penindas sama-sama resah. Kata-kata tadi gw ambil dari lagunya Oom Iwan Fals yang judulnya Coretan Dinding. Dan pertanyaannya sekarang adalah apa benar Orde Baru sudah benar-benar Mati? Atau malah Renkarnasi dengan nama baru yaitu Reformasi? Sebagai contoh Reformasi = Orde Baru adalah kasus Aktivis HAM Munir yang di Bungkan di Era Reformasi ini, dan juga usaha pelemahan kelompok Opisisi, seperti kasus yang melilit KPK akhir-akhir ini, selain itu di panggung politik saat ini tidak jelas Partai mana yang menjadi Oposisi kuat Pemerintahan? PDI-P kah? Lihat siapa ketua MPR kita? Dedengkot PDI-P yang mungkin sengaja “Dilemahkan” dengan cara di iming-imingi kekuasaan oleh Penguasa, secara Logika mana mungkin Partai yang sedikit jumlah kursinya di Senayan bisa memenangkan perwakilannya untuk duduk sebagai ketua? Dan contoh sekarang adalah kasus penarikan buku “Membongkar Gurita Cikeas : Di Balik Skandal Bank Century” dari pasaran ini. Semua Oposisi seperti lenyap begitu saja. Mungkinkah Konspirasi Hegemoni sudah melanda Negeri ini, apakah kita kembali ke masa Orba dengan nama yang berebda, yaitu Reformasi Orde Baru. Intinya bila masalah Hegemoni belum terselesaikan, maka Demokrasi is BULSHIT!! Jadi terus lah mencoba hidupkan kembali Oposisi untuk melawan Hegemoni ini. Freedom For All HUMAN!!!





-Arip Pirosa-
Jakarta, 28 Desember 2009

Jumat, 25 Desember 2009

Rayakan Perbedaan!! Jangan ada diskriminasi..

Beberapa waktu lalu gw bertandang ke kota Bandung. Yang katanya kota modern, yang menerima berbagai macam kebudayaan yang ada. Namun gw di kejutkan dengan Spanduk yang isinya adalah larangan untuk membangun tempat ibadah di daerah tersebut. Namun disini gw ga mau menyebut nama Daerah tepatnya, karena disini gw juga menghargai keputusan mereka. Tapi sayang sekali gw gak bawa kamera untuk poto tuh Spanduk sebagai bukti tulisan gw ini, namun kira-kira tulisan spanduknya seperti ini :

"Setelah mealui kesepakatan bersama, Warga daerah ini menolak pembangunan Gereja"

Ya begitulah kira-kira isi spanduknya. Gw nulis ini bukan untuk mempropokasi antar umat beragama. Tapi kasus ini merupakan sebuah kajian yang bagus buat gw dan kita semua untuk dapat menghargai sesama umat Manusia, walau beda Suku, Ras, dan Agama. Mengapa pada Zaman sekarang masih ada aja yang melakukan hal seperti ini. Bukankah Era Kegelapan di Abad Pertengahan udah lewat beberapa Abad yang lalu? Dimana Agama benar-benar terpelosok ke dalam lembah kenistaan, di Zaman itu nama Agama dan Tuhan di bawa-bawa untuk mempertahankan kekuasaan para Penguasa dan untuk pengekangan bagi orang-orang yang melanggar perintah Penguasa saat itu. Dan seharusnya Era itu sudah berakhir dari kapan tau, di mulai dengan gerakan Humanisme Italia, yang mempelopori Zaman Renesans hingga Post-Modern sekarang ini.

Kembali ke masalah. Gw masih bingung, atas dasar apa mereka (warga daerah itu) melakukan pelarangan pembangunan Gereja? Gw juga belum tau, tapi apapun alasan mereka, semua Manusia berhak mendapatkan kebebasan untuk beribadah, dan itu semua di lindungi oleh Undang-Undang. Gw ga mau membela atau pun menyinggung satu kelompok tertentu, tapi disini gw ingin mempertanyakan sampai sejauh mana batasan kekuasaan Manusia untuk menyentuh kebebasan Manusia lain? Apakah Manusia terlalu sombong dengan menganggap dirinya paling benar sama dengan Tuhan? Haruskah Manusia mempunyai kuasa yang sama dengan Tuhan? Apah seorang Kiyai Haji, para Habaib, Wali, Paus Paulus, Pendeta, Rabi, Biksu, Presiden, Raja, Jendral, atau Tokoh Masyarakat yang di tuakan mendapatkan kesetaraan kuasa dengan Tuhan? Sehingga mereka bisa melakukan apa saja sesuai dengan kehendaknya yang mengatasnamakan kebenaran atau Tuhan? Tak sadarkah mereka bahwa mereka hanyalah Manusia biasa, sama dengan kita? Mereka juga bukanlah Nabi yang sudah di tutup oleh Muhammad SAW? Bahkan Nabi sendiri tidak pernah melakukan hal yang semena-semena terhadap umat Manusia, kecuali atas perintah Tuhan langsung.

Jadi pada intinya kasus ini hanyalah masalah Hegemoni. Dimana kelompok Dominant melakukan ‘diskriminasi’ terhadap kelompok Minoritas atau Oposisi. Dan dalam kasus ini yang menjadi kelompok Dominant adalah Kelompok Non-Nasrani di daerah tersebut yang melakukan diskriminasi terhadap kelompok Minoritas kaum Nasrani di daerah tersebut. Oleh karena itu terjadilah pelarangan pembangunan Gereja di daerah tersebut. Sangat jelas sekali disini masalah Hegemoni, dimana Tokoh Masyarakat daerah tersebut memanfaatkan kekuasaanya untuk meng-Hegemoni daerah tersebut dengan mengatasnamakan Adat, Etika, Agama, Suku, atau apalah pemikiran metal dia. Jadi disini bukanlah soal siapa yang paling benar atau suara terbanyak, tetapi disini hanyalah kepentingan Politik Hegemoni dari Pemuka Adat daerah tersebut untuk mempertahankan kekuasaan Ideologinya.

Dia menganggap dirinya dan pemikirannya paling benar sendiri dengan membawa-bawa nama Agama dan Tuhan. Kalau kita bicara soal kebenaran berarti kita bicara soal Yang Maha Sempurna, yaitu Tuhan. Bila Dia (Tokoh Masyarakat daerah itu) melarang pembangunan Gereja yang notabenanya adalah tempat Beribadah kaum Nasrani kepada Tuhan. Berarti si Tokoh Masyarakat tersebut telah melarang Manusia untuk Beribadah kepada Tuhan? Tuhan semua makhluk pada intinya adalah Satu. Tuhan Yang Maha Esa, apapun namaNYA dalam berbagai Agama atau kepercayaan, dia tetap Tuhan, Dia mengajarkan Kebaikan kepada kita Manusia. Masalah siapa yang paling benar, itu semua kita kembalikan kepada kita semua sesuai kepercayaan kita masing-masing, tak ada larangan ataupun paksaan. Dalam Al-Quran sesuai dengan bunyi ayat Lakum Dinukum Waliyadin. Agama mu Agama mu, Agama ku Agama ku. Manusia tidak berhak bertindak sebagai Tuhan dengan merasa dirinya paling benar dengan memvonis Manusia lain sesat atau tidak. Biarkanlah kita berhubungan dengan Tuhan kita atau Hablumminallah dengan cara dan kepercayaan kita masing-masing, dan kita tetap menghargai sesama Manusia walau berbeda dalam hal apapun, kita harus tetap menjalin hubungan dengan baik atau Hablumminanas dengan sesama Manusia.

Jadilah Manusia yang beragama sebenarya, bukan beragama penuh dengan kepalsuan dan gaya-gayan yang malah membuat kita terlihat seperti orang tak beragama. Jagalah Agama mu, jangan sampai Agamu mu terlihat jelek karena kalakuan burukmu. Disini gw sebagai Muslim, gw mau menunjukkan kepada semua orang kalau Islam adalah Agama yang damai, indah dan sempurna. Tunjukkanlah dengan kelakuanmu. Karena apa yang terlihat Lahiriah, itu menunjukkan Batiniyahnya juga. Jangan sampai nama Islam ternoda dengan perbuatan-perbuatan tercela. Hargailah mereka dalam perbedaan. Rayakan Perbedaan!! Perbedaan adalah anugrah, Tuhan menciptakan MakhlukNYA dengan berbeda-beda, dengan tujuan untuk saling mengenal, belajar, menghargai, membantu, instropeksi, dll. Bila tanpa perbedaan, kita tak bisa menilai mana yang baik buat kita dan mana yang buruk buat kita, atau mana yang Hak dan mana yang Bathil. Jadi Rayakanlah Perbedaan!! Freedom for All Human!!



-Arip Pirosa-
Jakarta, 25 Desember 2009

Kamis, 24 Desember 2009

Pengadilan Keberadaan Mr.T (Oom Kant)

Di pagi hari yang cerah, di kota Cognopolis, sebuah kota kebenaran di negeri antah berantah dimana dinamika kehidupan yang cukup cepat, asap knalpot kendaraan bertebangan ke udara, lalu lintas cukup padat, satu sama lain orang tak saling sapa. Di trotoar berjalan seseorang dengan langkah gontai yang mengenakan pakaian serba putih yaitu Mr. T. Langkahnya terhenti di sebuah halaman kantor pengacara Oom Kant. Mr. T melangkah menuju pintu dan mengetuknya.

Sementara di dalam ruangan kantor pengacara tersebut, seorang pria dengan rambut ikal pirang, hidung mancung, dengan mengenakan setelan jas hitam rapih sedang duduk di depan meja kerjanya sambil menyeruput kopi dan nyemil pisang goreng. Dialah pengacara hebat kita di kota Cognopolis, panggilannya Oom Kant.

“Tok tok tok” Bunyi ketukan pintu.

“Silahkan masuk” Sambut Oom Kant sambil meyeruput kopi dan nyemil pisang goreng.

Dan masuklah Mr. T kedalam ruangan Oom Kant, kemudian Ia langsung duduk di depan meja Oom Kant.

“Hah oucchhhhh!! Oh My God!!!” Oom Kant kaget bukan kepalang, sampai-sampai kopi yang tadi ia seruput keluar lagi melalui hidung.

“A-a-aapp-apa kabar My Lord?” sambut Oom Kant.

“Yah tidak terlalu baik, langsung aja deh kemasalah” keluh Mr. T

“Oke-oke. Apa masalahnya My Lord? Oh ya apa anda mau ngupi dan pisang goreng Tuanku?” Tanya oom Kant sambil menawari.

“No. Thanx. Ehem.. Hey bung pengacara, saya mohon bantuannya untuk membela saya atas tuduhan ketiadaan saya oleh orang-orang berengsek di kota kebenaran ini. Disini saya hanya di anggap sebagai khayalan rasio murni dan bukan objek luar yang nyata. Dan bila saya terbukti tiada, maka saya akan di usir dari kota ini” Keluh Mr.T pada Oom Kant.

“Tenang saja Mr. T! Anda memilih orang yang tepat! Saya akan membantu anda untuk menyadarkan orang-orang berengsek Cognopolis ini!” Janji oom pengacara dengan PD sambil menaikan alis kanannya.


-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Sebulan kemudian, tibalah pengadilan kebenaran di Cognopolis. Mr. T sebagai terugat berada di meja sebelah kanan di temani oleh Oom Kant sebagai pengacara, posisi mereka berada di sebrang para Hakim dan membelakangi para hadirin sidang. Sedangkan di seberang Kirinya terdapat pihak penggugat para orang-orang Atheis di damping dengan Jaksa Penuntut. Sidang ini dihadiri oleh Ribuan orang, karena sidang ini sangat penting bagi seluruh masyarakat kota ini, semua instansi meliburkan karyawannya, karena ini adalah hari bersejarah, selain itu sidang ini juga di siarkan secara langsung oleh 70 stasiun TV dari berbagai penjuru kota .

“Tok tok tok” bunyi ketuk palu pengadilan oleh Pak Hakim menandakan persidangan di mulai.

Saksi pertama yang di ajukan oleh Jaksa penuntut adalah si Kuping Aku.

“Oke. Silahkan Kuping Aku” Pak Hakim mempersilahkan.

“Ya perkenalkan, Saya adalah sang Kuping dari Aku, saya adalah mandor di pabrik Pendengaran di Area Inderawi. Kerja saya adalah membawa data mentah ke orang pinter di Pemahaman Tinggi yaitu Doktor Persepsi untuk di olah olehnya dalam Pemikiran dan Penalaran” Sang Kuping memperkenalkan diri di depan ruang siding.

Kemudian saksi berikutnya adalah Sang Mata, Sang Hidung, Sang Mulut dan Sang Sentuhan. Tapi Sang Mata berbicara di pengadilan mewakili teman-temannya tersebut dari area Inderawi.

“Kami semua adalah pekerja dari area Inderawi, sama halnya dengan Si Kuping tadi bilang, kami bekerja menyampaikan intuisi kepada Doktor Persepsi, kami hanya mengumpulkan data-data mentah yang kami dapatkan. Kerja kami membutuhkan Ruang dan Waktu, adalah tidak mungkin kami mengenal suatu objek yang tidak berada di dalam Ruang dan Waktu, dua bentuk murni Kesan Inderawi. Karena tanpa Waktu, Sang Aku tidak akan memiliki kesadaran akan perubahan, keberadaan akan statis belaka. Dan tanpa Ruang, Sang Aku juga gak bisa memiliki kesadaran akan apapun yang ada di Luar Dirinya. Kami semua di Cognopolis (Kota Kebenaran) menyebut hal itu semua sebagai Kesan a Posteriori dari Intuisi objek Ruang dan Waktu. A Posteriori sendiri adalah suatu Kebenaran yang datang setelah mendapatkan pengalaman Empiris, beda halnya dengan a priori suatu yang abstrak, yang lepas dari kesan Inderawi. Dan sudah menjadi tugas kami semua untuk mengumpulkan semua Intuisi Indera ke Doktor Persepsi” Beber Sang Mata yang mewakili teman-teman Inderwainya tersebut.

Mr T pun kelimpungan dengan peryataan sang mata untuk mewakili area Inderawi.

“Rrrrr.. Kurang ajar kau Inderawi!! Siapa yang menciptakan kalian?? Grrrrr!!!” Mr. T berang.

“Sabar Tuanku, biarkan mereka semua bicara seenak jidadnya dulu aja, nanti jagoan datengnya belakangan” Ucap Oom Kant sambil menyabarkan Klientnya tersebut.

-------------------------------------------------------------------------------------

Persidangan pun di lanjutkan. Kemudian Jaksa penuntut bertanya kepada saksi.

“Apakah tak satupun dari kalian yang pernah menerima Intuisi akan Wujud sang tergugat yaitu Mr. T? Suatu hal yang bukan Objek Nyata yang selaras dengan tugas kalian tadi?” Tanya sang Jaksa dengan angkuh.

“Tidak Pakkkkk!!! Kami tidak pernah mendapat Intuisi apa pun kalau pihak tergugat yaitu Mr. T ada di dalam Waktu ataupun Ruang.” Jawab para saksi dengan yakin.

Jaksa penuntut pun tersenyum bengis dan senang sambil menatap Mr. T, tetapi Mr. T sendiri kesal akan pernyataan saksi-saksi tersebut.

Kemudian hakim menanyakan apakah sang pengacara mau bertanya untuk saksi tadi, tapi sang pengacara gak mau bertanya sekarang, Mr. T pun heran kenapa Oom Kant ga mau bertanya. Mr. T menggerutu kepada Oom Kant.

“Hey kamu saya bayar untuk membelaku, bukan untuk ngupi-ngupi kaya gini” Kesal kepada Oom Kant.

“Slow Bebz. Kupi membuat ku segar” Ujar Oom Kant sambil menyeruput kopi.


-------------------------------------------------------------------------------------


Kemudian pengadilan mendatangkan saksi berikutnya, yaitu Doktor Persepsi.

“Tolong ceritakan sedikit kepada juri tentang pekerjaan anda pak Doktor” Tanya Sang Hakim.

“Ehem ehem.. Begini.. Saya bergerak di bisnis Kebenaran.. Yaitu, kesesuaian antara Pemahaman dengan Objeknya. Saya menerima Intuisi dari area Inderawi tadi, kemudian saya mencocokkannya dengan Konsep yang semestinya. Dan untuk memperoleh Pengetahuan, kita tidak dapat memiliki yang satu bersama dengan yang lain. Dalam pemahaman Sintetik, kita mengasah Intuisi dengan Gagasan. Contohnya adalah bila saya menerima suara Meong-meong dari Sang Kuping, dan mendapatkan gambar makhluk berbulu, dan di dijilat rasanya anyep, ya berarti itu saya Persepsi kan sebagai seekor Kucing. Atau dalam kasus pemahaman Analitis deh, konsep disimpan di dalam Intuisi itu sendiri, misalnya anda tahu definisi segitiga itu adalah objek bersisi tiga.” Beber Sang Doktor panjang lebar.

“Hmmm.. Untuk lebih jelasnya nih Pak Doktor, apakah Data Inderawi yang masuk Diperlakukan untuk membentuk Pemahaman-Pemahaman?” Tanya Sang Jaksa kepada Doktor Persepsi.

“Ohh.. Tentu tidak sama sekali. Please dech! Jangan sotoy deh pak Jaksa, denger nih.. Ehemmm.. Jadi dalam Departemen Imajinasi dimana saya juga bekerja disitu, Sang Aku dapat menggambarkan suatu Objek walaupun kehadirannya tidak ada di dalam Inderanya. Contohnya saat kita membuat suatu sensasi hingga dapat di mengerti, kita juga membuat konsep Abstrak agar dapat ditangkap Indera, misalnya, Garis yang tidak ada di dalam Realitas, sampai kita mewujudkannya menjadi kenyataan. Objek dapat berasal dari dalam pikiran, yang disebut Gagasan. Gagasan bukanlah onjek Inderawi, melainkan konsep Nalar yang Diperlukan.” Lanjut Sang Doktor.

“Jadi apakah anda dapat melihat Objek Abstrak tersebut di ruang pengadilan ini?” Tanya si Jaksa berengsek itu.

“Ya.. Saya melihatnya.. Yaitu pihak Tergugat Mr. T” Jawab Doktor Persepsi sambil menunjuk ke arah Mr. T.

“Wah kurang asem lu sompret!!, Bohong itu semua!!!” Sahut Mr. T dengan emosi.

“Harap tenang Mr. T.. Ya lanjutkan kembali Dok” Ujar Sang Hakim.

“Eh Kant!! Belain gw donk!! Ah kupret juga lu, ngupi mulu!!” Keluh Mr. T kepada Oom Kant.

“Slow down Bibeh!!” Menenangkan Mr. T sambil nyeruput kopi.

“Rrrrrrrr” Gerutu Mr. T.

Namun Oom Kant tetap saja nyeruptu Kopi dengan tenang.

“Ya sebelum Doktor Persepsi melanjutkan, saya ingin bertanya satu hal. Ada suatu Pemikiran, yang berlandaskan Hukum Sebab-Akibat, yaitu Sang Aku Ada, Maka Mr. T Juga Harus Ada. Tanpa keberadaan suatu Ada yang Niscaya / Mutlak, Tak Akan Ada sesutau pun yang lain. Kira-kira seperti itulah pernyataannya. Bagaimana Tanggapan Anda Dok??” Tanya Sang Jaksa Bajingan tersebut.

“Ohh.. Bagi kaum Profesional di bidang saya, Hukum Sebab-Akibat itu agak sulit diterima Pak.. Salah satu alasannya membuktikan hal yang Tidak Mungkin. Dan Tanpa Bukti, Pengalaman Empiris Tidak Mungkin Ada!” Jawab Sang Dokter.

“Bisa di beri contohnya Dok?” Tanya sang Jaksa Geblek.

“Gitu aja kok repot. Ehemm.. Contoh gampangnya adalah pada fenomena mambekunya Air menjadi Es. Disini kita tidak dapat menyaksikan langsung atau penglaman proses terjadinya pembekuan terhadapa Air tesebut. Nah oleh karena itu kita tidak dapat membutikannya secara langsung, dan oleh karena itu hukum Sebab Akibat sulit untuk di terima.” Jawab sang Doktor.

”Berarti seperti halnya pihak tergugat, yaitu Mr. T . Sebagaimana yang telah kita sepakati, tidak memiliki data Inderawi apapun yang berkaitan dengnnya dan tidak dapat di buktikan secara Empiris?” Tanya sang Jaksa.

“Ya, benar sekali” Jawab Si Doktor.


-------------------------------------------------------------------------------------


Suasana pengadilan menjadi riuh bergemuruh. Oom Kant masih tidak mau menanyakan sesuatu kepada para saksi, Mr. T pun bingung dengan pengacaranya yang pasif ini.

“Eh kau Kant, kenapa dari tadi kau diam saja sih?? Ngupi mulu!!!” Tanya Mr.T dengan bingung.

“Hmmm.. Ya santai Tuan” Jawab Omm Kant dengan singkat sambil tetep nyeruput Kopi.

Dan kemudian persidangan di lanjutkan dengan saksi terakhir dari sang Jaksa. Saksi terakhir ini adalah 2 orang saudara kembar yang tinggal di menara Rasio dari sang Aku.

“Apakah menurut kalian Alam Semesta memperlihatkan tanda-tanda adanya tujuan atau kreasi, dan di atur oleh sosok yang cerdas dan Maha Kuasa seperti pihak tergugat yaitu Mr. T??” Tanya sang Hakim

“Hmm menurut saya itu patut di pertimbangkan oleh Sang Aku” Jawab saksi kembar Rasio yang Satu.

“Eh geblek lo!! Mana mungkin itu terjadi” Jawab si kembar Rasio yang satunya lagi.

Hakim dan para hadirin sidang pun menjadi bingung dengan perdebatan antar saksi tersebut.

“Ehh kalian, disini hanya akan diambil satu jawaban saja, jadi mana yang benar menurut kalian?” Tanya Hakim geram.

“Waduh, bagi kami itu tidak mudah dilakukan, Pak Hakim! Karena di menara Rasio, kami adalah Antinomi” Jawab si kembar Rasio yang satu.

“Iya, kami adalah sepasang klaim yang bertentangan, tapi sama-sama dapat dibuktikan oleh Rasio secara Meyakinkan” Jawab si kembar Rasio yang satunya lagi.

“Hmmm terus gimana cara Sang Aku menyelesaikan atau menyimpulkan perbedaan persepsi tersebut?” Tanya sang Hakim dengan bingung.

“Iya, satu-satunya cara menyelesaikan Antinomi seperti kami adalah dengan memahami bagaimana Rasio sang Aku meningkat. Dan kadang mengubah Objek pengalaman kita” Jawab si kembar Rasio yang satu.

“Pernahkah anda mengamati ketika suatu peristiwa dahsyat terjadi, manusia memandang peristiwa tersebut sebagai pembenaran atas apa yang selama ini mereka yakini kebenarannya.. Hal ini karena, kecuali kita berhasil menghentikannya, Rasio bisa memaksakan Pola Palsu atas data yang masuk dan berusaha menyesatkan kita dengan Menunjukkan Dunia Luar sama teraturnya dengan Dunia di Dalam diri kita.. Contohnya adalah Teori Konspirasi. Karya Dokumenter “Loose Change” tentag tragedy 911 WTC, dia berpendapat bahwa fakta-fakta yang tampak mencurigakan tersebut membentuk suatu pola jahanam” Lanjut si kembar Rasio yang satu lagi.

“Jadi intinya adalah kecenderungan Rasio untuk berlebihan, untuk membuat ketertarikan yang sebenarnya Tidak Ada, atau Tidak Real!” Lanjut si kembar Rasio yang satu.

Akhirnya selesai lah saksi terakhir memberikan kesaksiannya di pengadilan. Lagi-lagi Oom Kant tidak mau menaykan satu hal saja kepada saksi tadi. Sang Jaksa pun senang dan dan yakin akan memenangkan persidangan ini.


-------------------------------------------------------------------------------------


Persidangan pun semakin ricuh. Dan Oom Kant menyeruptu teguikkan Kopi terakhirnya, kemudian Ia pun berdiri.

“It’s Show Time Bibeh!” Ucap Oom Kant kepada Mr. T.

Mr. T pun meraa tak yakin akan kahebatan Oom Kant.

“Saya hanya butuh satu saksi saja Pak Hakim! Dan saksi saya adalah kamu Jaksa, yaitu Penalaran Spekulatif Murni itu sendiri!!!” Tunjuk Oom Kant dengan lantang.

“Hah?? Apa saya? Maksud kamu apa nih men?” Jawab sang Jaksa dengan kaget.

“Udah gak usah banyak bacot lu!! Cepet naek jadi saksi gw!! Dari tadi gw diemin ngelunjak lu!!” Ujar Oom Kant dengan kesal.

Lalu naiklah sang Jaksa kemeja kesaksian, dan mulailah Oom Kant beraksi..

“Oke, langsung aja deh. Jadi menurut anda pengetahuan Empiris merupakan Gabungan dari apa yang kita terima melalui Kesan kita? Dan kemampuan pemahaman mendapatkan pengetahuan tersebut dari kemampuan pemahan itu sendiri?” Tanya Oom Kant kepada sang Jaksa tolol itu.

“Rupanya kau perhatikan juga omonganku Kant!! Saya kira anda udah koit tadi Kant? Abisnya diem aja!!” Jawab sang Jaksa.

“Banyak cincong lo kaya tukang cincau!! Jawab donk!! Itu artinya Iya apa Enggak?? Jawab” Tanya Oom Kant dengan gregetan.

“Tentu saja Iya” Jawab sang Jaksa.

“Nah. Tapi coba katakan, darimana asal Objek yang dianggap sebagai Objek di dalam Objek itu sendiri, tanpa referensi kemampuan tanggap Indera kita? Jawab” Tanya Oom Kant dengan emosional.

“Nganu.. emm a-a-a anuu” Jawab sang Jaksa dengan terpatah-patah dan muka sang Jasksa pucat sekali seperti kepiting rebus.

“Anda tidak tahu jawabnnya kan?? Ngaku aja deh kamu!” Bentak Oom Kant.

“Iya deh saya ngaku, saya tidak tahu! Sang Aku tidak mungkin dapat mengetahui Objek di dalam dirinya sendiri. Sang Aku hanya dapat mengetahui suatu Objek tersebut tampil di hadapan Sang Aku!” Jawab sang Jaksa sambil berteriak pucat.


“Tepat sekali!! Sang Aku bahkan tidak tahu tentang dirinya sendiri secara keseluruhan, bukan begitu Pak Jaksa? Kita mengenal diri kita sendiri hanya pada saat kita di pengaruhi secara internal oleh diri kita sendiri!!” Ucap Oom Kant sambil menyudutkan Sang Jaksa.

Si Jaksa pun tidak berkutik, mukanya semakin memucat, keringat bertebaran di mukanya. Oom Kant melanjutkan bacotannya.

“Karena itu saya tidak punya pengetahuan akan diri saya sebagaimana adanya saya, tapi hanya sebagaimana tampaknya saya bagi diri saya! Atau dengan kata lain benda pada dirinya sendiri atau dalam Bahasa Jawanya das Ding an sich, the thing in itself (Immanuel Kant. Critique Of Pure Reason)” Lanjut Oom Kant.

Suasana persidangan pun menjadi sunyi senyap, semua yang hadir terbengong dengan kehebatan bacotan Oom Kant.

“Oke Pengalaman Empiris memang sangat tepat untuk digunakan sebagai Persepsi, tetapi Empiris haruslah dibuktikan atau di cek dengan 12 kategori a priori rasio, baru setelah itu di putuskan Sah!” (Immanuel Kant. Critique Of Pure Reason) Sambung Oom Kant.

“Boleh saya minta papan tulis, saya ingin menuliskan apa saja 12 kategori azas prinsipal abstark yang di bagi menjadi 4 tersebut?” Pinta Oom Kant.

“Ohh Silahkan Oom Kant!” Jawab sang Hakim.

Lalu disodorkannya papan tulis ke hadapan Oom Kant oleh para panitia pelaksana persidangan. Lalu Oom Kant menuliskan di papan tulis tersebut, beginilah kira-kira gambar atau bagannya :

a priory atau 12 kategori azas prinsipal abstark yang di bagi menjadi 4 antara lain :
- Kuantitas --> Itung"an,
- Kualitas ---> Baik dan buruk,
- Relasi ---> Ada atau tidak,
- Modalitas ---> Hubungan

“Nah itulah bagannya. Jadi Sang Aku sebanarnya sudah mendapatkan ke 12 kategori tersebut sejak terlahir di dunia ini, Teori ini sebenarnya sudah di ajarkan Oleh Eyang Plato dalam dunia Ide. Nah, data-data indearwi harus di buktikan dulu dengan 12 kategori tadi, baru dapat di putuskan ke absahannya.” (Kritik Rasionalis Jerman Immanuel Kant) Ujar Oom Kant.

“Dan sesungguhnya keseluruhan system yang ada di Cognopolis (Kota Kebenaran) ini jaringan ekslusif dari Inderawi, Pemahaman dan Rasio satu-satunya yang diketahui system ini adalah Konsep-konsep Terbatas. Jika mengamati sebuah Objek, sebenarnya yang kita amati bukanlah benda pada dirinya sendiri, melainkan salinan benda itu di dalam daya-daya lahiriah dan batiniah, yang di sebut Penampakan atau Gejala atau Fenomena. Sebagai contoh adalah Jadi yang Sang Aku amati sebenarnya bukanlah Meja pada dirinya sendiri, tetapi Gejala Meja atau Penampakan Meja.“ (Kritik Rasionalis Jerman Immanuel Kant) Sambung Oom Kant.

“Empirisme itu bersifat relative bila tanpa ada landasan teorinya, contohnya adalah air yang dimasak sampai mendidih pasti akan panas, itu kita dapat dari pengalaman selama ini di Cognopolis yang panas ini, namun lain cerita bila memasak air sampai mendidih di daerah kutub yang suhunya di bawah 0 derajat, maka air itu tidak akan panas karena terkena suhu dingin daerah kutub, karena pada teorinya suhu air malah akan menjadi dingin. Dan contoh lainnya adalah pada Gravitasi, Gravitasi hanya dapat di buktikan di bumi saja, tetapi tidak dapat di terapkan di bulan. Bila Bung Newton hidup kembali mungkin dia akan merevisi teorinya tersebut. Dan oleh karena itu Ilmu pengetahuan atau Science haruslah bersifat berkembang, tidak absolute atau mutlak dan tidak bertahan lama karena akan melalui perubahan yang mengikuti perkembangan zaman yang terus maju” Ujar Oom Kant dengan Semangat 45.

“Dan terakhir, saya akan ngebacot soal warisan Eyang Plato soal 3 postulat, yaitu sesuatu yang kita percaya, namun sulit dibuktikan, antara lain adalah, Free Will, yaitu Kehendak yang bebas, kemudian Keabadian Jiwa atau Immortaolitas Jiwa, contohnya adalah Manusia mati, tetapi Jiwa tak pernah Mati, makanya Ide bersifat abstrak dan di atas segalanya, dan yang terakhir adalah TUHAN” Ucap Oom Kant dengan mengebu-gebu.

“Jadi dapat disimpulkan, bahwa Data Inderawi hanya dapat melihat tampilan fisik saja, tanpa dapat melihat Fenomena. Oleh karena itu data Inderawi saja tidak dapat dikatakan sah untuk meniadakan klienku, yaitu Mr. T. Untuk membuktikan keberadaan Mr. T, Empirisme harus dilandasi dengan teori-teori dari Rasionalisme sebelum di anggap sah melalui proses Epistomologi. Dan dapat disimpulkan bahwa keberadaan Mr. T dapat di buktikan melalui penggabungan antara teori yang selama ini di pakai di Cognopolis yaitu Empiris dengan Rasio. Mr. T dapat di buktikan keberadaanya, dan sudah sewajarnya Sang Aku menerima keberadaan Mr. T. Sekian dari saya Pak Hakim. Terima Kasih” (Immanuel Kant dalam buku Pertamanya - Critique Of Pure Reason-) Tutup Oom Kant.

Oom Kant pun kembali duduk.

Suasana sidang masih sangat sepi, semua ternganga dan merasa kagum tak percaya. Sang Jaksa pun merasa malu dan merasa bersalah kepada Mr. T. Begitu pula juga dengan para saksi yang lain, seperti Inderawi, Doktor Persepsi dan si Rasio kembar. Kemudian ketukan palu sang Hakim memecah keheningan di ruang sidang.

“Oke. Jadi dapat di putuskan. Sang tergugat yaitu Mr. T diputuskan Benar atau Nyata Keberadaanya di Cognopolis ini. Keputusan hakim bersifat mutlak tak dapat di ganggu gugat ke absahannyua. Sekian dan terima kasih.” Putusan sang Hakim.

“Tok tok tok…” Bunyi palu sang Hakim yang menandakan persidangan di tutup.

“Prok prok prok prok prok…” Tepuk tangan hadirin yuang seakan dapat pencerahan dan tersadar akan keberadaan Mr. T.

“Terima kasih Oom Kant. Tak tahu harus bagaimana Aku membalas kehebatanmu” Ujar Mr. T dengan kagum.

“Hmmm… Tak usah repot-repot My Lord. You’re My Lord. Aku akan terus mengabdi padaMU sepanjang hayatku” Jawab Oom Kant.

“Oya tapi, BTW, ini ongkos kerjaku” Oom Kant menyodorkan bon kepada Mr. T

“Apa??? $1 Triliun Dollar???? Owwww.. Cape dech!!!” Keluh Mr. T

“Hahahaha…. Di dunia gak ada yang gratis Tuan, hehehehe… ” Sahut Oom Kant dengan senyum tolol.





TAMAT




_ARIP PIROSA_
Jakarta, 24 Desember 2009

Selasa, 15 Desember 2009

Cicak VS Buaya..

Ahir-akhir ini kita sering banget dengar istilah Cicak VS Buaya. Apa sih istilah Cicak VS Buaya yang dimaksud disini? Semacam video game seperti smack down kah, atau suatu judul film tragedy comedy, atau mungkin, suatu konflik nyata di dalam dunia perhewanan Indonesia?

Coba kita analisis! Kalau video game kayanya gak mungkin banget, males juga main video game Cicak VS Buaya, gak ada keren-kerennya. Jadi gugur nih statement pertama. Selanjutnya judul film tragedy comedy, kayanya juga gak banget nih, males banget nontonnya, dan siapa juga yang mau bikin nih film? Nah kacau lah statement ini. Sekarang tinggal statement terakhir nih, yaitu konflik nyata di dalam dunia perhewanan Indonesia? Ini baru ada hubungannya, Cicak dan Buaya adalah sama-sama “Hewan”, Jadi statement ini nih yang tepat untuk menggambarkan Cicak VS Buaya.

Oke kita mulai analisisnya. Cicak VS Buaya. Gokil juga sih! Masa Cicak berani banget lawan Buaya? Gak mungkin banget, kalau Buaya mungkin bikin perkara sama Cicak, secara Buaya beringas. Kalau benar begitu, si Buaya telah melanggar HAH (Hak Asasi Hewan). Loch?! Yaiyalah, Cicak kehilangan hak memperoleh keadilan, gak adil banget Cicak dipaksa lawan Buaya, bisa mati konyol tuh Cicak. Dari segi fisik saja, kalah jauh banget Cicak sama Buaya. Cicak gak punya “senjata tajam”, yang ada cuma “lidah yang tajam” untuk membunuh nyamuk-nyamuk “penghisap darah”, nah sedangkan Buaya sendiri punya “senjata tajam”, dan gunanya untuk membunuh semua musuhnya. Jadi jelas sekali si Buaya melanggar HAH, dan juga melakukan penjajahan terhadap Cicak dengan menyalah gunakan kekuatannya tersebut. Wah Cicak dalam bahaya dong? Jadi siapa yang bisa menolong Cicak ya? Sebenarnya kita nih, manusia, yang mempunyai akal dan hati nurani. Tapi manusia yang kaya gimana dulu nih? Kalau manusia jadi-jadian, seperti Komodo atau Godzila yang masih kerabat dekat Buaya, dan menyamar jadi manusia sih, sama saja bohong. Lalu manusia seperti apa yang dapat menolong Cicak dari penjajahan si Buaya dan kroni-kroninya tersebut? Ya manusia sejati yang bukan jadi-jadian, contoh manusia sejati disini, manusia yang gak mau “darahnya” dihisap oleh para nyamuk yang dapat menyebabkan kematian bagi manusia itu sendiri. Jadi jelas disini, Cicak VS Buaya adalah konflik internal dalam dunia “Hewan” yang dampaknya dapat menganggu kehidupan manusia. Bila manusia mau terbebas dari “nyamuk-nyamuk penghisap darah”, maka manusia harus menolong Cicak! Hidup Cicak!

Jumat, 27 November 2009

Qalbu Mu’min

Kedurjanaan yang sekarang terjadi di dunia ini adalah salah satu tanda-tanda akhir zaman. Dimana semua manusia saling serang, mangsa, dan sombong. Manusia tersebut merupakan reperesentasi dari Dajjal yang sesungguhnya. Sifat buruk merekalah yang membuat mereka yang sebelumnya adalah makhluk paling mulia menjadi makhluk yang sangat nista karena kebutaan mereka akan Kekuasaan Allah. Mereka merasa dirinya sangat pintar, berkuasa dan paling benar.

Manusia seperti itulah yang tidak bersyukur akan nikmat Tuhan berikan di dunia ini. Mungkin mereka belajar Agama, tetapi apa yang mereka pelajari tidaklah di terapkan dalam hidup ini.

Agama diturunkan sebagai penuntun manusia kembali ke jalanNYA. Karena pada hakekatnya manusia adalah milikNYA. Manusia haruslah mengerti Agama. Agama tidak boleh di paksakan, Agama seharusnya menjadi wadah agar manusia lepas dari keterbelengguan. Oleh karena itu kita harus memahami Agama, jangan hanya sampai sampulnya saja.

Karena bila hanya sampulnya saja, yang terjadi nanti hanyalah suatu formalitas belaka dalam menjalankan kehidupan yang fana di dunia ini. Agama hanya sebatas symbol belaka. Kita tidak mendapat suatu pembelajaran sesungguhnya dari Agama yang Tuhan turunkan untuk kita. Dan akibatnya kita akan terus terbelenggu dalam ke durjanaan di dunia ini. Muslim sejati tidak sekedar mengucapkan syahadat, mengerjakan shalat, berpuasa, menunaikan zakat, dan berhaji secara formal. Bila itu semua sebagai formalitas belaka, tanpa kita tahu apa itu sebenarnya yang terkandung dalam hukum syareat Islam tersebut, maka kita sulit melepas mentalitas pembangunan yang buruk. Seperti contohnya adalah rukun islam dan iman. Kita tidaklah hanya menghapal dan sekedar mengetahuinya saja, tetapi itu semua harus kita tanamkan dan terapkan dalam kehidupan kita, karena pada hakekatnya adalah apa yang terlihat secara lahiriah dari yang kita perbuat, itulah yang juga terlihat secara batiniah diri kita. Lahir batin hakekatnya adalah satu. Itulah mengapa sekarang banyak orang yang rajin shalat dan sudah bergelar Haji tetapi kelakuannya seperti orang yang "bodoh".

Dan disini sebenarnya kita sebagai orang yang beriman dan percaya kepada Allah yang Maha Agung, yang memberikan ilmuNYA kepada Manusia untuk mendapatkan kebenaran sejati yang ada di diri manusia itu sendiri melalui ditanamkannya Al-Quran di dalam dada -qalbu mu'min- orang muslim yang diberi ilmu, untuk dapat menggali makna-makna yang tersurat dan tersirat dari rahasia-rahasiaNYA yang kemudian akan membimbing kita dalam kehidupan yang fana ini untuk mencapai jalan kebenaranNYA.

Karena pada hakekatnya hidup tidaklah mudah, Tuhan tidak menjadikan manusia hidup untuk bermalas-malasan, Tuhan tidak mengharapkan manusia sebagai makhluk yang pasif, yang tinggal menjalani "skenario" atau takdir Tuhan. Dan hakikat hidup sebenarnya adalah kita yang menentukan semua jalan hidup kita, bukan Tuhan, Tuhan hanyalah mengkehendaki kebajikan yang manusia jalankan. Kita berdoa kepada Allah. Allah pun berdoa kepada kita, kita sujud kepada Allah, Allah pun bersujud kepada hambaNYA. Kita adalah bagian dari diriNYA dengan Ruh yang Ia tanamkan di jasad kita.

Untuk mendapatkan semua makna kehidupan kita ini, oleh karena itu kita janganlah belajar Agama hanya dari "sampulnya" saja. Melainkan haruslah kita gali lebih dalam, seperti apa yang Tuhan inginkan dari kehidupan kita dan untuk apa Agama di turunkan kepada Manusia.

Al-Quran sendiri bukanlah cuma hanya untuk di baca atau di hafal saja. Karena Al-Quran yang sekarang ada di rumah kita yang sudah di bukukan dan kita beli dari toko buku itu bukanlah kitab suci lagi, melainkan sudah menjadi kitab kering atau garing. Maksudnya garing disini adalah kitab Al-Quran yang sudah di bukukan (kering) tersebut mudah sekali menimbulkan perselisihan. Sebab makna yang ada di dalam teks itu tergantung pada pembacanya. Pembaca atau "Audience" berperan penting dalam pemberian makna terhadap AL-Quran kering tersebut sesuai dengan latar belakang mereka (Pembaca). Arti singkatnya adalah latar belakang si pembaca akan ikut "mewarnai" makna ayat yang dibacanya, makanya sering sekali memunculkan perbedaan tafsir Al-Quran di dalam umat Islam sendiri. Oleh karena itu janganlah heran bila sekarang ini teroris ataupun preman-preman pasar yang mengatasnamakan Agama Islam pun bisa melandasi "perjuangan" bodohnya dengan alasan mengkutip kitab suci.

Nah oleh karena itu, kita sebagai orang mu'min, kita harus dapat memeriksa Al-Quran yang ada di dalam diri kita. Untuk dapat "membaca" Al-Quran dengan jelas, kita haruslah dekat terlebih dahulu dengan Allah SWT. Karena DIA lah yang akan memberikan kita ilmu agar kita dapat mengerti makna Al-Quran yang sesungguhnya yang terdapat di dalam dada -qalbu mu'min- orang islam yang telah di beri ilmu. Dan ilmu disini bukanlah representasi dari ilmu sihir, atau ilmu wujud, melainkan ilmu disini adalah relasi antara Tuhan dengan hambaNYA (Kita zikir padaNYA, Dia pun berzikir pada kita). Artinya adalah pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Quran itu tidak di peroleh sekedar melalui belajar, melainkan pemberian ilmu dari Allah. Di Al-Quran sendiri Surat Thaha [20]: 114, menyebutkan "Qul rabbi zidni ilmi", Tuhan tambahkan pada diriku ilmu. Yang maknanya kita di perintah memohon kepada Tuhan agar kita ini ditambahi ilmu yang tak lain ilmu tersebut adalah Al-Quran. Jadi Ilmunya orang mu’min adalah Al-Quran.

Al-Quran sendiri dalam surah Al-Ankabut [29]: 49 menyebutkan bahwa : "Sebenarnya Al-Quran adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang di beri ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.”

Dari penjabaran di atas tadi jelas bahwa kita jangan hanya belajar Agama dari "sampulnya" saja, melainkan haruslah dalam diri kita, kita dekatkan diri padaNYA, karena Niscaya kita akan dekat denganNYA dan akan ditambahkan ilmu olehNYA untuk dapat meraih kebenaranNYA. Jalankan semua perintahNYA karena Ikhlas kepadaNYA, mulai dari Shalat Puasa, Zakat, Haji, dll. Janganlah kita beribadah untuk mengharapkan pahala, surga atau imbalan apapun dariNYA, karena bila seperti itu, tak lain kita ibadah hanyalah untuk mengharapkan sesuatu dan mendualitaskan Allah, bukan Ikhlas dan tertuju karenaNYA.

Dan hakekatNYA Allah akan memberikan kenikmatan surgaNYA di dunia ini. Surga bukanlah berada di tempat antah berantah. Sama dengan Al-Quran, surgapun juga terdapat di qalbu mu'min, jantung hatinya orang mu'min. Karena hakekatnya surga adalah ciptaanNYA sama seperti kita. Yang sesungguhnya apabila kita sudah sangat dekat denganNYA, maka kita akan merasakan kesenangan yang luar biasa dan serasa berada di surga. Seperti halnya kita mencintai kekasih kita, kita serasa berada di surga. Maka cintailah Allah, maka kitapun akan merasakan surgaNYA di dunia ini. Amin.

Dajjal

Tanda-tanda akhir zaman yang Tuhan beritahukan salah satunya adalah "munculnya" Dajjal. Dajjal di beritahukan pada Al-Quran adalah dimana sesuatu yang baik di buatnya menjadi buruk, dan sebaliknya, yang buruk menjadi baik. Semuanya menjadi kacau ketika dia (Dajjal) datang. Dan kebanyakan semua orang merepresentasikan Dajjal adalah sebagai monster pembunuh atau raja iblis dari neraka yang ganas dan dapat "memakan" orang-orang mu'min.

Tanda-tanda munculnya Dajjal pun juga di jelaskan dalam beberapa kejadian-kejadian, antara lain adalah konflik bersaudara, Bapak menggauli putri kandungnya, anak membunuh Ibunya, perempuan bertingkah laku seperti lelaki, dan sebaliknya, dll. Sekarang ini kita dapat melihat semua tanda-tanda itu, dan itu semua sudah muncul sejak lama di dunia ini.

Dan pertanyaannya adalah kapan munculnya Dajjal?
Kita lihat sekarang di sekitar kita. Sebenarnya Dajjal sudahlah muncul. Dan pada hakikatnya Dajjal disini bukanlah Dajjal yang berupa monster pembunuh manusia seperti film-film Hollywood gambarkan dan yang sering kita tonton tersebut.

Bukan itu Dajjal yang dimaksud, karena pada Hakekatnya manusia adalah makhluk yang paling sempurna, karena di dalam diri manusia ada RuhNYA. Makanya manusia yang membunuh manusia sangatlah di benci Allah. Dan tidak akan Allah menciptakan makhluk lain untuk membunuh manusia, karena yang berhak akan nyawa manusia hanyalah Allah, bukannya monster, setan, ataupun alien sekalipun.

Dajjal yang sebenarya dimaksud adalah sebuah situasi yang sangatlah kacau di muka bumi ini. Lihat apa yang di jelaskan Al-Quran tentang Dajjal? Dia memunculkan kekacauan di dunia ini, dan dia membalikkan kebenaran menjadi ketersesatan dan sebaliknya, ketersesatan dijadikkannya kebenaran.

Kita tak perlu menunggu dan melihat kapan Dajjal datang sebagai pertanda kiamat tiba. Dajjal sebenarnya sekarang ini sudah menyebar di semua penjuru dunia. Dajjal yang di maksud disini merupakan sifat buruk yang terdapat di manusia. Manusia sekarang ini banyak sekali yang membunuh saudaranya sendiri dengan cara yang berbeda-beda. Dan lebih jelasnya lagi adalah situasi carut marut di dunia ini, dimana semua orang sangatlah sukar mendapatkan dan mencari kebenaran, karena sekarang kebenaran dapat dengan mudah di rekayasa oleh suatu oknum atau kelompok untuk memuaskan nafsu dan egonya. Jadi Dajjal sebenarnya adalah diri manusia yang bersifat jahat itu sendiri. Sama halnya dengan setan, yang sebenarnya juga terdapat di dalam diri manusia itu sendiri.

Zaman sekarang ini adalah zaman edan, dimana yang benar di teriaki maling atau sesat, dan yang sesat atau kebohongan publik malah di sanjung-sanjung dengan lebel benar. Sudah banyak contoh yang terjadi sekarang, seperti teori konspirasi 911 Amerika, mereka membuat teori konspirasi untuk memanaskan timur tengah, kemudian ga usah jauh-jauh, lihat di Indonesia sendiri. Contoh kasus adalah penegak hukum di Indonesia yang sebenarnya dapat kita percaya malah terlilit dalam suatu ke durjanaan. Kita sendiri sebagai masyarakat awam bingung mana yang benar dan mana yang salah. Mereka (Dajjal atau oknum tak bertanggung jawab) pun juga seenaknya memutar balikan fakta, dari hal buruk menjadi hal baik dengan alasan macam-macam atau memanfaatkan kekuasaan mereka.

Itulah yang sebanarya terjadi. The real Dajjal.
Kejahatan sendiri pada hakikatnya bukanlah kata benda, melainkan kata sifat. Sama halnya dengan Dajjal, yang bukan kata benda atau sesosok monster, melainkan kata sifat dari manusia yang menempati bumi ini. Dajjal adalah manusia yang berbuat kedurjanaan. Dan sebenarnya tidak ada manusia yang jahat atau sesat, melainkan sifat mereka yang membuatnya menjadi jahat ataupun sesat. Mereka (manusia yang bersifat jahat tersebut) sejatinya tidak mau atau tidak mempunyai keinginan untuk memperbaiki dirinya dan terus tetap terbeleggu dengan jubah duniwinya. Dia tidak mau membuka pintu hatinya untuk menemuiNYA.

Dan oleh karena itu semua, maka Tuhan pun menurunkan Isa AS untuk mengatasi Dajjal yang sebagaimana tertulis dalam Al-Quran. Dan di riwayatkan yang dapat "menjinakkan" keganasan Dajjal adalah Isa AS yang akan turun kembali ke bumi, yang mana sebelumnya Isa AS telah di angkat atau di "naikan" oleh Allah ke sidratul muntaha pada saat terjadinya penyalipan terhadap dirinya. Isa As adalah salah satu contoh Insan Kamil di dunia ini. Dirinya tak tersentuh kematian.

Dan Sebenarnya Isa As pun sudahlah turun ke dunia ini untuk melepaskan manusia dari belenggu kefanaan. Dan disini di maksudkan sebagai Isa AS bukanlah sesosok jasad atau kata benda bentuk Isa AS yang di turunkan dari langit oleh Tuhan. Melainkan ajaran atau kata sifat Isa AS tentang masalah ke makrifatan agar semua manusia menapatkan pencerahan di dunai ini. Ajaran tentang cinta kasih terhadap Tuhan, agar manusia dapat terlepas dari belenggu "Dajjal". Manusia di harapkan dapat melawan Dajjal dengan jalan pencerahan, mensucikan dirinya dari kefanaan dunia dan dapat menyatu atau kembali kepada Tuhan agar manusia dapat menemukan kebenaran yang sejati, dengan menemukan kebenaran yang sejati tersebut, kita akan dapat dengan mudah "mengusir" sifat Dajjal dari tubuh kita, melepas diri kita dari keterbelengguan. Kita tidak akan lagi terkait dengan kefanaan dunia yang sebenarnya dapat menjauhkan kita padaNYA.

Mungkinkah jalan kita kembali kepadaNYA akan semakin dekat? Dengan adanya tanda-tanda akhir zaman tersebut. Marilah kita tengok dan instropeksi apa yang selama ini telah kita perbuat. Apakah kita memang sudah benar-benar menemukan jalan menuju kebanaranNYA. Atau masih terbelenggu dengan jubah duniawi kita? Dan seyogyanya siap tidak siap kita akan kembali menghadapNYA. Bukankah sebuah keindahan dari kehidupan yang sesungguhnya akan hadir kepada kita, dimana kita akan lepas dari kefanaan dunia ini yang penuh degan nafsu, ego, dan kedurjanaan bila kita dapat menemukan jalan kebenaran menujuNYA. Kematian bukanlah akhir dan kesedihan, melainkan suatu awal dari kehidupan yang sesungguhnya, suatu keindahan dimana kita akan bertemu denganNYA. Namun itu semua akan menjadi indah bila kita benar-benar sudah melakukan yang terbaik selama di dunia ini, dengan menjadi manusia yang baik (Rahmat bagi semesta Alam) kepada semua makhluk dan selalu beribadah dan tawakal padaNYA.

Dan apakah akhir zaman akan kita hadapi sebentar lagi? Dengan tanda-tanda akhir zaman yang telah kita lihat tadi? Manusia boleh berkehendak dan membongkar rahasiaNYA, tapi Allah lah yang Maha Berkehendak dan Maha Mengetahui akan rahasia-rahasiaNYA.

God Bless All Human..

Kamis, 26 November 2009

Asal-Usul Syeh Siti Jenar


Syekh Siti Jenar lahir sekitar tahun 829 H/1348 C/1426 M (Serat She Siti Jenar Ki Sasrawijaya; Atja, Purwaka Tjaruban Nagari (Sedjarah Muladjadi Keradjan Tjirebon), Ikatan Karyawan Museum, Jakarta, 1972; P.S. Sulendraningrat, Purwaka Tjaruban Nagari, Bhatara, Jakarta, 1972; H. Boedenani, Sejarah Sriwijaya, Terate, Bandung, 1976; Agus Sunyoto, Suluk Abdul Jalil Perjalanan Rohani Syaikh Syekh Siti Jenar dan Sang Pembaharu, LkiS, yogyakarta, 2003-2004; Sartono Kartodirjo dkk, [i]Sejarah Nasional Indonesia, Depdikbud, Jakarta, 1976; Babad Banten; Olthof, W.L., Babad Tanah Djawi. In Proza Javaansche Geschiedenis, ‘s-Gravenhage, M.Nijhoff, 1941; raffles, Th.S., The History of Java, 2 vol, 1817), dilingkungan Pakuwuan Caruban, pusat kota Caruban larang waktu itu, yg sekarang lebih dikenal sebagai Astana japura, sebelah tenggara Cirebon. Suatu lingkungan yg multi-etnis, multi-bahasa dan sebagai titik temu kebudayaan serta peradaban berbagai suku.

Selama ini, silsilah Syekh Siti Jenar masih sangat kabur. Kekurangjelasan asal-usul ini juga sama dgn kegelapan tahun kehidupan Syekh Siti Jenar sebagai manusia sejarah.
Pengaburan tentang silsilah, keluarga dan ajaran Beliau yg dilakukan oleh penguasa muslim pada abad ke-16 hingga akhir abad ke-17. Penguasa merasa perlu untuk “mengubur” segala yg berbau Syekh Siti Jenar akibat popularitasnya di masyarakat yg mengalahkan dewan ulama serta ajaran resmi yg diakui Kerajaan Islam waktu itu. Hal ini kemudian menjadi latar belakang munculnya kisah bahwa Syekh Siti Jenar berasal dari cacing.

Dalam sebuah naskah klasik, cerita yg masih sangat populer tersebut dibantah secara tegas,
Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.” [Adapun diceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia berdarah kecil saja (rakyat jelata), bertempat tinggal di desa Lemah Abang]….<
serat Candhakipun Riwayat jati ; Alih aksara; Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah, 2002, hlm. 1>

Jadi Syekh Siti Jenar adalah manusia lumrah hanya memang ia walau berasal dari kalangan bangsawan setelah kembali ke Jawa menempuh hidup sebagai petani, yg saat itu, dipandang sebagai rakyat kecil oleh struktur budaya Jawa, disamping sebagai wali penyebar Islam di Tanah Jawa.
Syekh Siti Jenar yg memiliki nama kecil San Ali dan kemudian dikenal sebagai Syekh ‘Abdul Jalil adalah putra seorang ulama asal Malaka, Syekh Datuk Shaleh bin Syekh ‘Isa ‘Alawi bin Ahmadsyah Jamaludin Husain bin Syekh ‘Abdullah Khannuddin bin Syekh Sayid ‘Abdul Malikal-Qazam. Maulana ‘Abdullah Khannuddin adalah putra Syekh ‘Abdul Malik atau Asamat Khan. Nama terakhir ini adalah seorang Syekh kalangan ‘Alawi kesohor di Ahmadabad, India, yg berasal dari Handramaut. Qazam adalah sebuah distrik berdekatan dgn kota Tarim di Hadramaut.

Syekh ‘Abdul Malik adalah putra Syekh ‘Alawi, salah satu keluarga utama keturunan ulama terkenal Syekh ‘Isa al-Muhajir al-Bashari al-‘Alawi, yg semua keturunannya bertebaran ke berbagai pelosok dunia, menyiarkan agama Islam. Syekh ‘Abdul Malik adalah penyebar agama Islam yg bersama keluarganya pindah dari Tarim ke India. Jika diurut keatas, silsilah Syekh Siti Jenar berpuncak pada Sayidina Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah. Dari silsilah yg ada, diketahui pula bahwa ada dua kakek buyutnya yg menjadi mursyid thariqah Syathariyah di Gujarat yg sangat dihormati, yakni Syekh Abdullah Khannuddin dan Syekh Ahmadsyah Jalaluddin. Ahmadsyah Jalaluddin setelah dewasa pindah ke Kamboja dan menjadi penyebar agama Islam di sana.
Adapun Syekh Maulana ‘sa atau Syekh Datuk ‘Isa putra Syekh Ahmadsyah kemudian bermukim di Malaka. Syekh Maulana ‘Isa memiliki dua orang putra, yaitu Syekh Datuk Ahamad dan Syekh Datuk Shaleh. Ayah Syekh Siti Jenar adalah Syekh Datuk Shaleh adalah ulama sunni asal Malaka yg kemudian menetap di Cirebon karena ancaman politik di Kesultanan Malaka yg sedang dilanda kemelut kekuasaan pada akhir tahun 1424 M, masa transisi kekuasaan Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sumber-sumber Malaka dan Palembang menyebut nama Syekh Siti Jenar dgn sebutan Syekh Jabaranta dan Syekh ‘Abdul Jalil.

Pada akhir tahun 1425, Syekh Datuk Shaleh beserta istrinya sampai di Cirebon dan saat itu, Syekh Siti Jenar masih berada dalam kandungan ibunya 3 bulan. Di Tanah Caruban ini, sambil berdagang Syekh Datuk Shaleh memperkuat penyebaran Islam yg sudah beberapa lama tersiar di seantero bumi Caruban, besama-sama dgn ulama kenamaan Syekh Datuk Kahfi, putra Syehk Datuk Ahmad. Namun, baru dua bulan di Caruban, pada tahun awal tahun 1426, Syekh Datuk Shaleh wafat.
Sejak itulah San Ali atau Syekh Siti Jenar kecil diasuh oleh Ki Danusela serta penasihatnya, Ki Samadullah atau Pangeran Walangsungsang yg sedang nyantri di Cirebon, dibawah asuhan Syekh datuk Kahfi.

Jadi walaupun San Ali adalah keturunan ulama Malaka, dan lebih jauh lagi keturunan Arab, namun sejak kecil lingkungan hidupnya adalah kultur Cirebon yg saat itu menjadi sebuah kota multikultur, heterogen dan sebagai basis antarlintas perdagangan dunia waktu itu.

Saat itu Cirebon dgn Padepokan Giri Amparan Jatinya yg diasuh oleh seorang ulama asal Makkah dan Malaka, Syekh Datuk Kahfi, telah mampu menjadi salah satu pusat pengajaran Islam, dalam bidang fiqih dan ilmu ‘alat, serta tasawuf. Sampai usia 20 tahun, San Ali mempelajari berbagai bidang agama Islam dgn sepenuh hati, disertai dgn pendidikan otodidak bidang spiritual.




Pesan Syekh Siti Jenar sebelum wafat.
Pesan/ Dialog Syekh Siti Jenar ( Syekh Lemah Abang ) sblm wafat.

Syekh Siti Jenar, berasal dari Bagdad beraliran Syi’ah Muntadar, beliau menetap di Pengging Jawa Timur, disana Syekh Siti Jenar mengajarkan agama kepada Ki Ageng Pengging ( Kebo Kenongo ) dan masyarakat, tetapi para Wali Jawadwipa/ Wali Songo tidak menyetujui alirannya, oleh karena itulah Syekh Siti Jenar dihukum mati th. 1506 M, dan dimakamkan di Anggaraksa alias Graksan, Cirebon sekarang ini.

Sebelum wafat, Syekh Siti Jenar sempat berpesan kepada para dewan wali/ Wai Songo bahwa “ Kelak pada suatu zaman akhir, kalau ada kerbo bule mata kucing ( orang Belanda ) naik dari laut, itulah tandanya musibah kepada anak cucu anda,” katanya, sedang kenyataannya Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun dan banyak menyengsarakan rakyat Indonesia.

Syekh Siti Jenar mempunyai efek khusus yang kita anggap sebagai “insiden” diantara pemuka-pemuka Agama Islam pada abad ke 16 M, lambat laun ketika itu banyak orang-orang yang mengaji tasawuf/ hakiki, misalnya : perihal ilmu bedanya antara Kawula dan Gusti dan Tunggalnya Kawula dan Gusti.

Atas tuduhan Syekh Maulana Maghribi, bahwa Syekh Siti Jenar mengaku dirinya ALLAH, dan oleh Sunan kalijogo ditanyakan apakah benar tuduhan tersebut, beliau mengakuinya benar adanya, maka dewan wali dalam sidangnya sepakat untuk menjatuhkan hukuman mati bagi si tertuduh, dan Sekh Siti Jenar menerima putusan tersebut agar segera dilaksanakan, dan yang harus melaksanakan keputusan tersebut yaitu Sunan Kudus dengan keris Ki Kantanaga yang diberikan oleh Sunan Gunung Jati.

Sebelum eksekusi berlangsung, terjadilah kejadian yang sangat mencengangkan masyarakat karena memang disaksikan secara terbuka dihalaman masjid Agung Cirebon, dan dialog tersebut diantaranya sbb :

Menempelnya keris Ki Kantanaga ke jasad Syekh Siti Jenar, terdengar suara yang sangat keras seprti beradunya kedua besi yang sangat besar, lalu para Wali saling tersenyum, sambil berkata,” Masa ada ALLAH seperti besi ?”.
Syekh Siti Jenar menjawab,” Coba, tusuklah sekali lagi,”
Ketika tusukan kedua, Syekh Siti Jenar menghilang tidak ada ujud jasadnya.
Para Wali berkata kembali,” Masa matinya ALLAH seperti syaitan,?.
Secepat kilat Syekh Siti Jenar menampakan diri lagi, sambil berkata, “ Coba tusuk sekali lagi?”
Ketika tusukan ketiga, Syekh Siti Jenar membujur tergolek di lantai masjid, dari lukanya keluar darah merah, dan para Wali berkata kembali,” Masa matinya ALLAH seperti kambing.?
Syekh Siti Jenar bangun hidup kembali tanpa luka dan berkata,” Coba tusuk sekali lagi?”.
Kemudian pada tusukan keempat , Syekh Siti Jenar rebah, mati dan dari lukanya mengalir darah putih, seketika itu para wali berkata kembali,” Masa matinya ALLAH seperti cacing!”, karena berkali-kali tusukan selalu mati, hidup, mati, hidup, maka, Syekh Siti Jenar berkata, “ Lalu harus bagaimana mati saya menurut keinginan anda?”dan dijawab oleh seluruh Wali,” Biasa!”, seperti orang tidur badannya lemas, begitulah mati bagi seorang Insanul kamil,”

Sesudah itu ditusuklah jasadnya dan wafatlah Syekh Siti Jenar seperti umumnya manusia, jasadnya mengecil sebesar kuncup bunga melati dan baunya semerbak mewangi bau harumnya melati ( Syekh Siti Jenar, wafat wajar dan tidak bunuh diri )


Syeh siti Jenar adalah salah satu wali Allah yang hebat ilmu kebathinannya diantara wali songo lain,wafatnya karena perbedaan paham dengan paham islam sunni para wali songo.tetapi dia bukan beraliran syi'ah.karena aliran syi'ah tetap ada sholat 5 waktu tetapi berbeda hukum hadist saja dengan aliran sunni.
Dia diburu oleh wali songo karena tidak mau sholat 5 waktu,melainkan dia hanya mau beribadah dengan berdzikir saja.ini terjadi karena sewaktu ke arab dengan sunan bonang beliau telah diperingati jangan belajar ilmu yang dimiliki oleh seorang kakek yg berada dipojok masjidil haram yg sedang "berzikir".
Dan syeh siti Jenar secara diam2 selama di arab selalu kontak dengan kakek2 itu sampai mempunyai Ilmunya kakek tersebut.
Sehingga membuat keputusan para walisongo menegurnya,tetapi dia tidak mengindahkan bahkan menantang tarung Ilmu.
Setelah di musyawarahkan syeh siti jenar harus ditindak dengan diburu sampai insyaf atau mati oleh sunan kalijaga yang ditunjuk sebagai executor; sedikit info "sunan kalijaga adalah sunan yang mempunyai Ilmu kebathinan paling tinggi dibanding syeh siti Jenar.
dalam perburuannya beliau sunan kalijaga diberi pedang yg disebut "pedang Allah" oleh salahsatu walisongo konon pedang ini masih misterius keberadaanya sampai sekarang.
lalu matilah syeh siti jenar dengan pedang tsb setelah berhasil ditemukan bersembunyi didalam suatu gunung didaerah jawa.


Repost dari : http://yuliano.vox.com/library/post/asal-usul-syekh-siti-jenar.html

Senin, 16 November 2009

Manunggaling kawula klawan Gusti.. (NurNYA)

Ku rindu denganNYA..
Ku rindukan hidupku yang dahulu kala..
Ketika aku masih suci tiada terkira..
Kapankah aku 'kan kembali pada hidupku yang dulu..

Perjalanan tiada halang..
Menghilangkan ke fanaan..
Kebenaran tujuanku..
Dia ciptakan aku dengan meniupkan NurNYA..
Tak perlu mencariNYA keluar..
DiriNYA ada di dalam diriku..

Kita manusia adalah bagian dari Nur Maha Hidup..
Yang meniupkan ruhNYA kepada kita..
Kita adalah rahmat dariNYA..
Kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah teladan dan perwujudan dari kehendakaNYA..
Insan Kamil yang sempurna yang ditunjuknNYA untuk semseta alam..

Perjalanan kehidupan untuk mengenalNYA..
Dia berhak di kenal untuk menunjukkan eksistensiNYA atas kuasaNYA..
Ia Maha Hidup dengan apa yang Ia hidupkan..
Nur atau ruhNYA ditiupkan untuk menghidupkan jasad manusia..
NurNYA pun bersujud untukNYA..
Kita hidup karena Nur yang Ia tiupkan ke dalam Jasad kita..
Jasad manusia sangatlah suci dan berharga karena ditiupkan ruhNYA..
Dia ada dimana-mana, dimanapun kita berada, karena Ia ada di dalam Nur kita yang merupakan bagian dari NurNYA..

Tempat bersatunya hamba dengan Tuhan adalah baitullah..
Tapi, kita tidak perlu cari tempat suci "diluar" diri kita..
Tempat suci tak berbentuk fisik atau perebutan wilayah..
Bukan saling membenci dan membunuh sesama manusia..
Itu hanya membawa agama ke dalam lembah kenistaan..
Baitullah ada di diri kita, qalb mu'min -jantung hatinya orang mu'min-..
Karena hakikatnya jasad manusia adalah al-masjid al-haram..
NurNYA akan bersujud dan bertemu denganNYA..
Dan pertemuan kembali NurNYA denganNYA tak lain adalah Baitullah..
Dan tempat Nur yang ditiupkaNYA bersujud padaNYA adalah Jasad..
Oleh karena itu Jasad manusia sangatlah berharga, karena telah dipilih Tuhan untuk menempati RuhNYA..
Maka dosa besarlah orang yang membunuh jasad manusia..

NurNYA ada dimana-mana..
Ia Maha Hidup..
Maka hanya yang "Hiduplah" yang bisa menemuiNYA..
Hidup secara Lahir Batin..
Lahir batin keberadaan sukma..
Yang disembah Gusti..
Gusti yang menyembah..
Diri menyembah disembah..
Memuji di puji..
Timbal balik..
Bila NurNYA berdzikir untuk diriNYA..
DiriNYA pun berdzikir untuk NurNYA..
Semakin kita dekat dengannNYA..
Semakin dekat pula Ia dengan kita..

Berikanlah "makanan" dan “latihlah” NurNYA yang telah Ia tiupkan ke jasad kita..
Beribadahlah untuk menerangkan Nur dariNYA..
Jagalah dan latihlah NurNYA agar tetap hidup..
Agar NurNYA yang akan menuntun sesuai kehendakNYA..
Dan bukan ego dan nafsu kita yang menuntun kita..

Berjalanlah menujuNYA..
Hanya kepadaNYA lah kita berpegang teguh dan percaya..
Bahwasanya semua yang ada di dunia ini bersifat fana dan semu..
Niscaya kau akan mendapatkan Kebenaran sejati dengan bertemuNYA kembali..
Gunakanlah Nur yang ada di dalam hati mu..
qalb mu'min -jantung hatinya orang mu'min-..
The Inner Light..

Hanya NurNYA lah yang sanggup dan bisa menemukaNNYA kembali..
Peleburan kembali NurNYA denganNYA..
Hanya pedoman dan kajian Al-Quran yang sejatinya terdapat di dalam NurNYA yang kita miliki ini dapat menuntun kita menujuNYA..
Dan dengan NurNYA inilah yang dapat kita percaya..
Untuk menentukan yang mana yang Hak, dan yang Bathil..

Dan manusia tidak berhak menghukum atau memvonis haram bahkan sesat manusia lain..
Sekalipun manusia itu sangatlah miskin, bodoh hina, ataupun berbeda paham dengan kita..
Hanya Gusti Allah lah yang berhak menentukan kehendakNYA..
Karena orang-orang yang dianggap hina itu NurNYA belum mendapat pencerahan dan belum mendapatkan hidayah untuk menerangkan NurNYA..
Karena itulah akal di ciptakan untuk mencari dan mendapatkan kembali hidayah akan NurNYA yang akan menuntun kita kepadaNYA..
Dan seharusnya ulama-ulama yang diharapkan menjadi Insan Kamil dapat menuntun orang awam untuk kembali ke jalanNYA..
Bukan sebaliknya, Ulama yang mengatasnamakan Agama berbuat seenaknya..
Menganggap dirinya benar..
Dia tak lain hanya belajar agama sampai sampulnya saja..
Tapi tidak kandungan yang terdapat di dalamnya yang kemudian di praktekan dan mengamalkannya sebagai rahmat untuk alam semesta..
Mencampurkan agama dengan kekuasaan..
Dan itu sama saja menjatuhkan agama ke dalam lembah kenistaan..

Manusia tidak berhak memvonis haram ataupun berdosa bagi seorang manusia..
Walaupun NurNYA terdapat di dalam diri kita, bukan berarti kita mempunyai kuasa tersebut..
Karena masih ada Yang Maha Kuasa untuk menjalankan KehendakNYA..
Manusia menjalankan kehendakNYA, dan Allah lah yang menentukan kehendakNYA..
Manusia sejatinya di mata Allah adalah sama derajatnya..
Dan agama bukanlah soal nasionalis ataulah politik..
Kebenaran bukanlah soal yang mana yang banyak atau poling..
Maka Al-Quran di turunkan untuk kita sebagai manusia yang mempunyai batasan untuk menentukan yang mana yang Hak dan yang Bathil..

Al-Quran diturunkan untuk menuntun manusia menuju akhlak mulia yang di perintahkan oleh Allah..
Al-Quran merupakan petunjuk Allah kepada manusia agar mencapai kebenaran milikNYA..

Dan Al-Quran sejatinya bukanlah hal yang baru buat kita..
Seperti konsep Plato yang terinspirasi dari hal ini..
manusia di lahirkan tidaklah kosong..
Melainkan sudah di beri modal tahu sesautu dari dunia ruh...
Dia yang meurunkan dan menciptkan Al-Quran..
Dia yang meniupkan NurNYA ke manusia..
Al-Quran sendiri menyebutkan dalam Surat Al-Ankabut [29]:49 bahwa AL-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata yang berada di dalam dada (kesadaran) orang-orang yang di beri ilmu..
Maka Al-Quran diturunkan untuk orang-orang yang disucikan hati dan pikirannya..
Kita bukan hanya saja membaca Al-Quran..
Tapi kita harus mengkajinya..
Dan membersihkan Nur kita yang di tiupkan olehNYA agar dapat kembali berpegang teguh padaNYA..

Makanya ada doa agar kita di berikan Ilmu..
Agar dapat benar-benar "Hidup" NurNYA..
Agar bisa menjadi manusia yang berakal dan berpegang teguh padaNYA..
Rabbi Zidni Ilmi - Tuhanku tambahkan kepadaku ilmu..
Dengan ilmu aku bisa "hidup" dan bisa menemuiMU..

Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan dengan ALLAH, dan mereka tidak mendapat petunjuk. (Surat Yunus)

Maka berdoalah untuk diri kita sendiri..
NurNYA berdoa untukNYA..
Dan diriNYA pun mendoakan NurNYA..
Karena sejatinya Nur yang ada di jasad kita merupakan mitra atau bagian dari NurNYA..
Bersihkan hati kita dari segala hal yang negatif..
Terapkanlah doa kita untuk diri kita sendiri..
Karena yang nyata dapat menolong kita adalah NurNYA yang terdapat di diri kita..
Semakin dekat NurNYA yang ada di diri kita dengan Gusti Allah..
niscaya doa kita akan di kabulkanNYA dan kita akan mencapai kebenaran yang sejati..
Amin..


Dan tulisan diatas merupakan sebagian kecil dari konsep makrifat yang di ajarkan oleh Syekh Siti Jenar dalam Manunggaling kawula klawan Gusti..

Jumat, 06 November 2009

Indonesia (Jangan sampai) terpecah belah..

Perseteruan antara KPK dan POLRI yang sekarang semakin ramai di tayangkan media merupakan suatu hal yang di lebih-lebihkan. Apalagi kemarin secara eksklusif rapat klarifikasi asus KPK oleh KAPOLRI di komisi III DPR di siarkan secara langsung oleh salah satu stasiun Televisi swasta Nasional. Dengan alasan masyarakat harus tahu semuanya, rapat itu di adakan secara terbuka dan di siarkan secara langsung.

Oke kita masyarakat berhak tahu di era Demokrasi sepereti ini. Tapi apakah kita tidak sadar? Kita sbagai penonton dirumah dijadikan objek komoditi dagang oleh stasiun Televisi tersebut, mereka cuma mau menarik perhatian pemirsa agar rating mereka bagus, dengan begitu mereka akan mendapatkan Uang yang banyak dari hasil “dagangannya” tersebut, suatu Kapitalisme dan konsep Zionisme yang menjadikan Uang adalah segala-galanya dan bahkan menjadi Tuhan bagi kaum Materialisme.

Mereka gak peduli tuh sama yang namanya efek dari tayangan ekslusif mereka itu, lagi-lagi dengan dalih Demokrasi, mereka berargumen dengan kekuatan pers, tapi semua itu cuma topeng mereka aja, bagi media, berita buruk seseorang atau suatu negeri adalah berita baik buat mereka. Dan konsep ini jelas sekali dilarang keras oleh Agama manapun, kita tidak boleh membicarakan keburukan orang, apalagi orang tersebut dalam keadaan teraniyaya, celakah mereka yang menyebarkan berita buruk saudaranya sendiri.

Kalangan elite kita tak lain seperti "domba aduan" di frame mereka. Boleh terbuka, tapi haruslah sesuai dengan etika, ajaran Agama, dan perhatikan dampak bagi masyarakat, apakah ini akan berdamak buruk atau tidak. Lihat aja sekarang kasus antara KPK dan POLRI ini semakin ga jelas, dan sebenaranya ga usah di besar-besarkan, karena media terlau melebih-lebihkan, maka jadilah kasus ini besar. Bak seperti halnya sebuah pentas drama, ada yang dijadikan media sebagai Protagonis dan ada yang dijadikan Antagonis. Jadi masyarakat memunculkan opini atau wacana yang berbeda-beda sesuai dengan kepentingan dan ikatan emosional mereka masing-masing.

Seharusnya media melihat terlebih dahulu, apakah masyarakat kita sudah bersikap dewasa dalam menerima perbedaan? dan rasanya masyarakat kita belum bisa menerima perbedaan, mereka lebih menerima perbedaan sebagai sesuatu yang tabu, melenceng, salah, ga sesuai, dll. Mereka pasti akan berbuat suatu hal fanatisme semu untuk mepertahankan "jagoannya" paling benar sendiri, tanpa melihat "jagoan" orang lain yang belum tentu salah.

Kita bisa lihat apa yang terjadi kemarin, si A dan si B bak "berada di ring tinju", semua mengeluarkan argumen-argumen yang menurut mereka paling benar, mereka semua seperti sekelompok taman kanak-kanak dengan egois masing-masing, ribut sendiri tanpa memandang guru (pemimpin rapat) di kelas (ruang rapat). Apakah itu semua anggota Dewan yang terhormat kita? Yang katanya intelek dan hebat? Tapi kelakuan mereka masih kekanak-kanakan, belum mencerminkan sikap dewasa sedikitpun, mereka hanya memikirkan kepentingan mereka masing-masing dan di biarkan publik tahu akan kehebatan mereka, mereka lebih mementingkan "Image" mereka kepada publik di banding menjalankan amanah mereka secara ikhlas, mereka tak lain bersifat Ria, suatu yang di larang oleh Agama mmanapun. Mungkin mereka seharusnya menerapkan sedikit bicara banyak bekerja, suatu yang di contohkan oleh Rasulullah SAW.

Ini kah isi dari negeri pertiwi kita? anggota dewan terhormat, para penegak hukum kita, yang seharusnya melayani kita dan menjadi contoh yang baik buat kita, tapi mereka "di adu domba" di depan kita, masyarakat, pemuda, dan anak-anak sang penerus bangsa. Maka tak heran sekarang ini opini masyarakat semakin beragam dan dapat membuat gejolak di tengah tata masyarakat pertiwi ini. Kelompok A memihak si A, dan B yang di bela oleh kelompok B, apakah ini yang dinamakan persatuan Indonesia? Gak heran bila nantinya bangsa kta ini sering terjadi perpecahan dan peperangan antara anak bangsa yang berbeda opini karena dampak buruk dari media yang tak lagi punya etika dalam meliput suatu berita.

Bolehlah media meliput, tapi jangan di tambah-tambahin unsure dramatic seperti dalam film, cukuplah media memberikan realita yang terjadi, harus netral dan jangan menyampaikan suatu Opini dan membenarkan Opini Dominan, haruslah Netral dan Bijkak dalam meliput suatu peristiwa dan masah, jangan sampai terkesan mengadu domba, pikirkan dampaknya juga.

Bukankah adu domba sendiri juga dilarang dalam Agama? Seharusnya kita dapat mencontoh tokoh-tokoh Islam yang selalu saling membantu, bahkan dengan musuh sekalipun, seperti halnya Salahudin Al Ayubi atau sering juga di sebut sebagai “Saladin” yang membantu mengirim ahli kesehatan bagi sang Raja Jerusalem, King Richard dari Inggris yang memimpin pasukan Salib yang sedang sakit pada saat terjadi perang Salib di abad Pertengahan yang merebutkan tanah suci Jerusalem tersebut. Kita memang bukan Negara Islam, tapi setidaknya kita negara yang mayoritasnya Islam kenapa tidak mencontoh tokoh-tokoh besar Islam seperti Salahidin dan Rasullulah SAW? Dan ada baiknya kita sebagai orang muslim yang mayoritas memberikan contoh bagi kaum-kaum Non-Muslim dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, saling menghargai perbedaan, saling membantu, dan jangan saling memecah belah.

Bila kita terpecah belah, seperti kemarin anggota dewan kita dan para penegak hukum kita saling menjatuhkan untuk membuktikan di antara mereka yang paling benar dan yang paling pintar, nanti kita sendiri yang malu sebagai warga negara Indonesia. Negara-negara lain akan tertawa melihat keadaan negara kita ini, dan mereka akan gampang merendahkan negara kita karena kita sendiri tidak pernah bersatu.

Dan yang paling penting di ketahui adalah Zionis dan antek-anteknya akan tertawa dari kejauahan karena strategi mereka telah berhasil memecah belah negara yang mayoritas penduduknya Islam ini dengan alat mereka yaitu media dan dalih mereka yaitu demokrasi terbuka. Padahal di Islam sendiri pun kita juga di ajarkan dalam berdemokrasi, tapi demokrasi yang santun, saling menghargai perbedaan, tenggang rasa, dan tidak saling menjatuhkan dengan amalan-amalan yang telah di ajarkan oleh Nabi besar Muhammad SAW dan Firman-firman ALLAH SWT dalam AL-QUR'AN. Bahkan demokrasi sendiri sudah di catat dalam sejarah Isra Mi’Raj, saat Rasullah SAW melakuakn perjalanan Mi’Raj ke Langit ke Tujuh, Beliau meminta agar Umatnya tidak dibebani dengan Shalat 50 waktu, tetapi di ringankan menjaidi 5 waktu saja, itu menunjukkan Beliau yang “bermusyawarah” dan menerapkan Demokrasi dengan Yang Maha Esa, karena Beliau (Muhammad) sangatlah sayang dan bersikap realistis kepada Umatnya.

Ada baiknya kita mengacu pada hal-hal tersebut, niscaya hidup kita akan damai, Insya Allah..
Begitu juga bagi agama lain Non Muslim juga bila kita mengacu pada kitab-kitab dan rasulnya masing-masing, Niscaya Indonesia akan damai dan bangsa kita akan terselamatkan dunia akhirat, AMIN.. God Bless Indonesia.

Mungkin sekarang ini kita jangan begitu mudahnya percaya terhadap media, karena sebagian besar media, baik cetak maupun elektronik di seluruh dunia ini sudah dikuasai mereka (Zionis). Suatu kepentingan mereka untuk memecah belah persaudaraan kita sebagai muslim, sesungguhnya mereka takut pada kita saat kita bersatu, makanya mereka ingin memecah belah kita. Banyak-banyaklah beribadah, berdoa, beramal, dan membantu orang lain. Salah satu bukti bahwa semakin anda beriman, maka semakin takut mereka adalah ketakutan mereka terhadap “The Islamic Golden Era” yang telah diramalkan oleh Nabi Muhammad. Kita harus bersatu, bangsa kita harus bersatu, dengan begitu Amerika yang berperan sebagai "pahlawan kesiangan" gak akan bisa "menjajah" bangsa kita, dan Zionis tidak dapat menghancurkan kita, Ideologi kita sebagai umat Muhammad SAW.



Notes :
Orang dapat berpendapat sesuai dengan pandangannya masing-masing, disini penulis hanya menulis dengan sudut pandang yang berbeda dalam menyikapi kasus yang terjadi di Negeri ini, Bila ada pandangan dan pendapat yang berebeda silahkan, karena perbedaan merupakan suatu anugrah yang melambangkan eksistensi manusia berfikir dan “ada” dalam kehidupan, dan juga melambangkan adanya Sang Maha Hidup. Karena pendapat orang pasti berebeda-berbeda sesuai dengan bagaimana anda menyikapinya, sesuai dengan kebudayaan dan pendidikan masing-masing setiap individu, tidak ada kebenaran tunggal, sejatinya kebenaran hanya milik TUHAN.
Terima Kasih. God Bless Indonesia.

Lapangan Gazibu, Bandung, 10 September 2009


Cahaya lilin menghiasi Gazibu di malam kelahiranmu..
Gedung sate jadi saksi bisu perayaan ulang tahunmu..
Ku datang membawa kejutan menemuimu di bulan ramadhan..
Ditemani Argo Gede malam ku menuju tanah pasundan..

--------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------

Dari stasiun Hall ku bergegas mencari angkot cisitu..
Angkot cisitu terakhir mengantar ku menuju simpang Dago..
Di restoran cepat saji simpang Dago kau menantiku..
Ditemani dengan segelas minuman bersoda kau nanti diriku..

Kita jumpa dengan hati riang, bahagia dan rindu menjadi satu..
Kau menyambut kedatanganku dengan senyuman mahalmu yang di hiasi behel..
Ku balas senyummu dengan menyembunyikan raut lelah perjalananku..
Bandung malam itu sangatlah indah dengan malaikat-malaikat memberkati..

Ku lihat jam dinding menunjukkan 30 menit lagi dirmu kan bertambah dewasa..
Ku bergegas mengajakmu ke suatu tempat untuk membuat perayaan kecil..
Sebelumnya kita membeli sepotong roti dan pemantik api di mini market..
Dengan sepeda motor pinjaman kita berputar Dago mencari tempat perayaan..

Tibalah kita di lapangan Gazibu depan gedung Sate tepat pukul 12..
Kita rayakan bersama hari jadimu dengan sepotong roti tolol..
Di atas roti itu kita hiasi dengan lilin-lilin berwarna..
Ku nyalakan lilinnya, kau buat pengharapan dan kau titip lilinnya..

Ku jabat tanganmu dan mengucapkan "Selamat Ulang Tahun Sayang"..
Kau bilang "Terima Kasih Sayang atas kejutan tololnya"..
Kita pun tersenyum bersama di bawah berkah sinar para malaikat..
Malaikat turun langit membawa berkah dari langit ke tujuh untukmu..

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sungguh kenangan beberapa bulan lalu saat kamu ulang tahun ke 19 yang tak terlupakan..
Bertepatan dengan Ramadhan 1430 H yang selalu terkenang dalam hatiku..
Tak dapat ku lupakan, karena selalu teringat akan kenangan tersebut, Ku abadikan dengan sebuah tulisan tolol ini sebagai dokumen kenangan itu..
Ku dedikasikan tulisan tolol ini untuk kita berdua dan para Malaikat yang telah membawa berkah dari langit ke tujuh untuk kita berdua waktu itu.. God Bless Me, You, and Angels..

AKU?

AKU adalah sekumpulan wacana-wacana yang kalian bicarakan tentang aku..
AKU tidaklah nyata dan tidak bisa menunjukkan eksistensiku sendiri..
orang lain bilang aku pembohong, pemarah, arogan, pembangkang, bahkan lebih ekstrem lagi AKU adalah Kafir..
karena orang lain berfikir dan memberi opini seperti itu tentang aku, maka AKU ada..
padahal AKU sendiri tidak tahu sifat AKU..
apakah AKU bisa berdiri tanpa wacana orang lain..
ataukah AKU ini hanya ilusi kalian..
atau mungkin kalian yang cuma ilusi AKU..
AKU berfikir maka AKU ada..
atau mereka yang memberi wacana dan berfikir tentang AKU, maka AKU ada..


tentang AKU...
Orang selalu berbicara tentang AKU, padahal mereka sendiri tidak tahu tentang AKU..
persetan dengan kalian..
AKU adalah AKU.. hanya AKU dan TUHAN yang tahu tentang AKU..

(Lunturnya) Ideologi Bangsa..

Pada zaman sekarang ini, Partai Politik sudah tidak lagi "berjualan" Ideologi saat kampanye atau sebagai cita-cita mereka. Partai hanya berjualan tokoh, kesuksesan dan pengalaman masa lalu (Empirisme), dan asas menguntungkan (Pragmatisme). Tak ada lagi landasan ideologi pada saat kampanye era tahun 50an, dimana disana sangat jelas ideologi dari partai-partai yang bertarung dalam pemilu, seperti Parpol yang nasionalis, Islamis (Masyumi atau NU), atau komunis dapat dibedakan dengan jelas, ditinjau dari pemikiran politiknya, norma yang melingkupinya, bahasa dan simbol yang digunakan, maupun kecenderungan elite yang memerintah.

Namun saat era orde baru, semua ideologi di tunggalkan oleh rezom yang berkuasa saat itu. Disini Hegemony sudah mulai terlihat, kediktatoran orde baru mematikan kemajemukan ideologi, karena bagi yang ideologinya bertentangan dengan Pancasila akan dihabisi, di anggap Komunis dan penghianat bangsa. Maka pada zaman ini tidak ada yang namanya Oposisi, dan kita bisa lihat, tanpa ada Oposisi, rezim yang berkuasa menjadi diktator, tanpa ada yang mengkontrol, KKN merajalela, dan puncaknya rakyat menggulingkan rezim ini, Itulah fakta terburuk menolak kehadiran oposisi dalam mempraktekkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pengantar pengertian Oposisi
Oposisi sendiri dibutuhkan bukan hanya untuk mengawasi kekuasaan. Oposisi diperlukan juga karena apa yang baik dan benar dalam politik haruslah diperjuangkan melalui kontes politik dan diuji dalam wacana politik yang terbuka dan publik. Adalah naif sekali sekarang ini untuk masih percaya bahwa pemerintah bersama semua pembantu dan penasihatnya dapat merumuskan sendiri apa yang perlu dan tepat untuk segera dilakukan dalam politik, ekonomi, hukum, pendidikan dan kebudayaan pada saat ini.

Dari sudut pandang penting mekanisme check and balance, oposisi semestinya tidak perlu dicemaskan dan kemudian menjadi takut untuk menerima kehadirannya. Justru adanya kekuatan oposisi untuk menjaga pelaksanaan negara demokrasi berjalan dengan baik dan demokratis.

Di sanalah oposisi dibutuhkan sebagai semacam advocatus diaboli atau devil's advocate yang memainkan peranan setan yang menyelamatkan kita justru dengan mengganggu kita terus-menerus. Dalam peran tersebut oposisi berkewajiban mengemukakan titik-titik lemah dari suatu kebijaksanaan, sehingga apabila kebijaksanaan itu diterapkan, segala hal yang dapat merupakan efek sampingan yang merugikan sudah lebih dahulu ditekan sampai minimal.
(Disunting dari searching di oom google)


Pengantar pengertian Hegemony
Istilah hegemoni berasal dari istilah yunani, hegeisthai (“to lead”). Konsep hegemoni banyak digunakan oleh sosiolog untuk menjelaskan fenomena terjadinya usaha untuk mempertahankan kekuasaan oleh pihak penguasa. Penguasa disini memiliki arti luas, tidak hanya terbatas pada penguasa negara (pemerintah).

Hegemoni bisa didefinisikan sebagai: dominasi oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya, dengan atau tanpa ancaman kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan terhadap kelompok yang didominasi diterima sebagai sesuatu yang wajar (common sense)

Hegemony is the dominance of one group over other groups, with or without the threat of force, to the extent that, for instance, the dominant party can dictate the terms of trade to its advantage; more broadly, cultural perspectives become skewed to favor the dominant group. Hegemony controls the ways that ideas become “naturalized” in a process that informs notions of common sense (http://en.wikipedia.org/wiki/Hegemony)
(Disunting dari hasil searching dari oom google)




Namun setelah reformasi kemajemukan ideologi lewat partai politik pun menemui titik terang kembali, namun lagi-lagi tidak menjalankan Ideologi dengan baik, sama halnya dengan orde baru, Parpol hanya sebagai kendaraan mencari kekuasaan bagi para kadernya. Selain krisis identitas, sebagian besar parpol di Indonesia tidak memiliki ideologi. Kalaupun ada, hanya dijadikan aksesoris partai semata, tidak menjadi acuan dalam tingkah laku para elite dan dalam perjuangan politik partai bersangkutan. Dengan demikian, keberadaan ideologi itu hanya simbolis, tidak di terapkan dan di jadikan dasar partai.

Pada zaman sekarang ini, Pemrintahan Indonesia diisi oleh orang-orang yang tak berideologi, Ideologi sudah tidak mendapatkan tempatnya di Senayan dan Pemerintahan. Coba kita lihat siapa pemenang pemilu tahun 2009 ini? partai yang hanya mengandalkan sosok tokoh, seperti halnya seorang penjual sapi glondongan, yang hanya menjual fisik luar sapi tersebut, namun sebenarnya isi daging sapi tersebut hanya sedikit, dan kebanyakan airnya saja, atau dengan kata lain, sapi tersebut kosong tanpa isi. Dan lebih parahnya lagi partai tersebut tidak memiliki "jualan" Ideologi yang jelas. Dan itu bisa terlihat jelas sekarang perjalanan bangsa ini tanpa ideologi..

Dan kita lihat yang tadinya teriak-teriak sebagai partai oposisi dan berideologikan nasionalis sebagai pembela wong cilik, namun apa daya, saat seorang tokoh partai ini "di imingi" kekuasaan sebgaia ketua MPR, semuanya semakin tidak jelas. Disini terlihat adanya "pemerataan atau penunggalan" Ideology Hegemony dari pemerintah yang berkuasa. Sama halnya dengan orde baru, semua yang bertentangan di habisi, namun sekarang caranya beda, yaitu dengan cara halus, yaitu dengan menyatukan paham dengan kekuasaan. Secara logis rasanya tidak mungkin dengan jumlah kursi yang kalah dari pemenang pemilu kemarin, seorang ketua MPR terpilih berasal dari partai yang jumlah kursinya minoritas di senayan. Ini salah satu pertanyaan yang tidak harus kita cari kebenarannya, namun kita simpan untuk sebuah revolusi kembali, bukannya sekarang kita takut dengan berdiam diri, namun kita ambil sebagai perenungan dan pemahaman politik kita agar jangan sampai kita kehilangan ideologi seperti mereka-mereka, biarkanlah kita sebagai kaum marjinal yang terhormat. Karena kebenaran yang di maksud kita tak akan sama dengan kebenaran orang-orang pragmatis tersebut, mereka dengan gagah dan teori-teori wacana mereka membela diri dan menganggap kita tak tahu apa-apa, nanti kita di cap sebagai pembangkang dan pemberontak. Itu semua terlihat dari mereka di kalangan elite yang tidak mau menerima perbedaan, terlihat dengan tak jelasnya oposisi di pemerintahan, mereka semua ingin semuanya satu (Hegemony) yaitu membantu pemerintahan, namun pemerintaha yang tak jelas arahnya. Mungkin contoh jelas lainnya sekarang adalah kasus KPK yang sebenarnya bisa jadi "Oposisi" di dalam pemerintahan, namun apa yang terjadi? Pemerintah yang sekarang berkuasa seakan akan "menghapus" oposisi terakhir ini. Mungkinkah kediktatoran akan kembali terjadi? Sekarang ini Parpol digunakan sebagai alat mencapai kekuasaan oleh para kadernya, Parpol sudah tidak mementingkan Ideologi dasar mereka sebagai penyambung ideologi rakyat ke pemerintahan, makanya sekarang ke banyakan janji-janji palsu dari Parpol kepada rakyatnya.

Memang orang-orang yang konservatif akan membiarkan hal ini terjadi begitu saja, tanpa mau memikirkan ideologi, dengan wacana mereka yang hanya sekadar ikut-ikutan atau mencari aman saja, mereka menganggap yang dominan atau Hegemony lah yang terbaik dan benar. Mereka mengesampingkan dan melupakan suatu hal yang mendasar, yaitu mau di bawa kemana bangsa kita bila tak memiliki identitas sebagai bangsa. Kita sering teriak-teriak dengan so sucinya bahwa kita adalah negara Islam, semua hal yang di anggap tak suci dan keluar dai norma di tentang habis-habisan. Lalu ada yang teriak kalo kita berideologikan Pancasila, semua harus mengacu pada Pancasila, bagi yang menentangnya akan di anggap pembangkang dan di cap komunis. Itulah mengapa sekarang partai-partai yang berideologi nasionalisme menjadi partai "pinggiran" yang sepi peminatnya, karena Partai ini minoritas dan di aggap ga sejalan dengan biorkrasi atau mendapat image sebagai pembangkang.

Apa kita hanya ikut"an wacana mana yang paling banyak di pakai, dan itu kita anggap benar, kemudian dengan begitu kita bisa hidup damai dan aman? secara fisik mungkin ia, tapi secara ideologi tidak sama sekali. Negara Kita sama halnya seperti perahu limbung tanpa peta tujuan yang tak punya arah, kita terombang-ambing di mainkan oleh ombak, kemana angin besar berhembus, kesana lah kita tertuju, walaupun tujuan itu menyesatkan sekalipun.

Identitas tak lagi di hiarukan, tetapi hanya jadi alat kekuasaan, yang mana yang pouler atau orang banyak suka, disitulah dirinya menjadi seorang yang disuka tersebut, layaknya seorang pahlawan kesiangan yang didandani agar tampil keren di depan publik. Dan dampaknya sudah sangat jelas sekarang buat bangsa kita ini. Kita sering tak dihargai oleh bangsa-bangsa lain, kita pun sekarang menjadi bangsa yang benalu, hanya mengikuti bangsa lain yang super power, kita tak lain sebagai bangsa yang pragmatisme, yang menguntungkan bagi kita, kita ikuti walau bertentangan dengan diri kita, kita seakan menjadi “pelacur” kapitalisme dan meninggalkan rakyat-rakyat kecil yang di anggap tak penting dan tak tahu apa-apa. Itu terlihat dari segi ekonomi, menurut para priayi yang di untungkan oleh menteri keuangan beranggapan bahwa perekonomian Indonesia mengalami perkembangan yang baik dengan jumlah inflasi yang meningkat. Namun apa kata rakyat kecil? Harga kok semakin naik? Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Mereka gak tahu tuh soal inflasi dan tetek bengek lainnya, yang rakyat tahu hanyalah bagaimana caranya harga sembako bisa turun dan mereka mendapat keadilan social sesuai dengan Hak mereka sebagai warga Negara yang dilindungi oleh UUD.

Itulah ciri bangsa kita yang telah kehilangan Ideologi, bila memang benar-benar mengacu pada Pancasila, apakah sudah mengamalkan sila ke-5, yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. apakah sudah adil bagi seluruh rakyat Indonesia?? Apakah Ideologi hanya sebatas aksesoris dan simbol gaya-gayaan saja tanpa di perjuangkan oleh pemerintah yang berkuasa?? Inilah yang terjadi bila negeri yang kita cintai ini tidak mempunyai dasar atau landasan Ideologi dalam berbangsa dan bernegara. Hanya sekedar cari aman dengan "berlindung" dari negara adi kuasa yang menjadikan kita sebagai boneka dan “pelacur”. Rakyat pun juga menjadi “pelacur” di Negeri sendiri yang di bayar murah oleh bangsa asing yang berkedok sebgai pahlawan kesiangan (sama halnya masuknya Jepang sebagai penjajah yang berkedok sebagai pelindung Asia). Dan tanpa Ideologi, Bagsa kita tak akan benar-benar Merdeka, kita akan terus di jajah oleh Ideologi yang Kuat dari bangsa lain yang lebih Besar. Aku jadi teringat perkataan Bung Syahrir dan Bung Hatta : “Ada baiknya kita didik terlebih dahulu rakyat kita, barulah kita bisa merdeka” Dan mungkin kita harus merenung, apakah kemerdekaan ini hanyalah bersifat semu dan di dokumentasikan melalui teks proklamasi semata, tapi tidak di alami lahir dan batin.

Pengantar pengertian Ideologi itu sendiri..
Dalam ilmu sosial sendiri, ideologi politik adalah sebuah himpunan ide dan prinsip yang menjelaskan bagaimana seharusnya masyarakat bekereja, dan menawarkan ringkasan order masyarakat tertentu. Ideologi politik biasanya mengenai dirinya dengan bagaimana mengatur kekuasaan dan bagaimana seharusnya dilaksanakan.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Ideologi adalah pemikiran yang mencakup konsepsi mendasar tentang kehidupan dan memiliki metode untuk merasionalisasikan pemikiran tersebut berupa fakta, metode menjaga pemikiran tersebut agar tidak menjadi absurd dari pemikiran-pemikiran yang lain dan metode untuk menyebarkannya.
(Disunting dari searching di oom google)