Jumat, 27 November 2009

Qalbu Mu’min

Kedurjanaan yang sekarang terjadi di dunia ini adalah salah satu tanda-tanda akhir zaman. Dimana semua manusia saling serang, mangsa, dan sombong. Manusia tersebut merupakan reperesentasi dari Dajjal yang sesungguhnya. Sifat buruk merekalah yang membuat mereka yang sebelumnya adalah makhluk paling mulia menjadi makhluk yang sangat nista karena kebutaan mereka akan Kekuasaan Allah. Mereka merasa dirinya sangat pintar, berkuasa dan paling benar.

Manusia seperti itulah yang tidak bersyukur akan nikmat Tuhan berikan di dunia ini. Mungkin mereka belajar Agama, tetapi apa yang mereka pelajari tidaklah di terapkan dalam hidup ini.

Agama diturunkan sebagai penuntun manusia kembali ke jalanNYA. Karena pada hakekatnya manusia adalah milikNYA. Manusia haruslah mengerti Agama. Agama tidak boleh di paksakan, Agama seharusnya menjadi wadah agar manusia lepas dari keterbelengguan. Oleh karena itu kita harus memahami Agama, jangan hanya sampai sampulnya saja.

Karena bila hanya sampulnya saja, yang terjadi nanti hanyalah suatu formalitas belaka dalam menjalankan kehidupan yang fana di dunia ini. Agama hanya sebatas symbol belaka. Kita tidak mendapat suatu pembelajaran sesungguhnya dari Agama yang Tuhan turunkan untuk kita. Dan akibatnya kita akan terus terbelenggu dalam ke durjanaan di dunia ini. Muslim sejati tidak sekedar mengucapkan syahadat, mengerjakan shalat, berpuasa, menunaikan zakat, dan berhaji secara formal. Bila itu semua sebagai formalitas belaka, tanpa kita tahu apa itu sebenarnya yang terkandung dalam hukum syareat Islam tersebut, maka kita sulit melepas mentalitas pembangunan yang buruk. Seperti contohnya adalah rukun islam dan iman. Kita tidaklah hanya menghapal dan sekedar mengetahuinya saja, tetapi itu semua harus kita tanamkan dan terapkan dalam kehidupan kita, karena pada hakekatnya adalah apa yang terlihat secara lahiriah dari yang kita perbuat, itulah yang juga terlihat secara batiniah diri kita. Lahir batin hakekatnya adalah satu. Itulah mengapa sekarang banyak orang yang rajin shalat dan sudah bergelar Haji tetapi kelakuannya seperti orang yang "bodoh".

Dan disini sebenarnya kita sebagai orang yang beriman dan percaya kepada Allah yang Maha Agung, yang memberikan ilmuNYA kepada Manusia untuk mendapatkan kebenaran sejati yang ada di diri manusia itu sendiri melalui ditanamkannya Al-Quran di dalam dada -qalbu mu'min- orang muslim yang diberi ilmu, untuk dapat menggali makna-makna yang tersurat dan tersirat dari rahasia-rahasiaNYA yang kemudian akan membimbing kita dalam kehidupan yang fana ini untuk mencapai jalan kebenaranNYA.

Karena pada hakekatnya hidup tidaklah mudah, Tuhan tidak menjadikan manusia hidup untuk bermalas-malasan, Tuhan tidak mengharapkan manusia sebagai makhluk yang pasif, yang tinggal menjalani "skenario" atau takdir Tuhan. Dan hakikat hidup sebenarnya adalah kita yang menentukan semua jalan hidup kita, bukan Tuhan, Tuhan hanyalah mengkehendaki kebajikan yang manusia jalankan. Kita berdoa kepada Allah. Allah pun berdoa kepada kita, kita sujud kepada Allah, Allah pun bersujud kepada hambaNYA. Kita adalah bagian dari diriNYA dengan Ruh yang Ia tanamkan di jasad kita.

Untuk mendapatkan semua makna kehidupan kita ini, oleh karena itu kita janganlah belajar Agama hanya dari "sampulnya" saja. Melainkan haruslah kita gali lebih dalam, seperti apa yang Tuhan inginkan dari kehidupan kita dan untuk apa Agama di turunkan kepada Manusia.

Al-Quran sendiri bukanlah cuma hanya untuk di baca atau di hafal saja. Karena Al-Quran yang sekarang ada di rumah kita yang sudah di bukukan dan kita beli dari toko buku itu bukanlah kitab suci lagi, melainkan sudah menjadi kitab kering atau garing. Maksudnya garing disini adalah kitab Al-Quran yang sudah di bukukan (kering) tersebut mudah sekali menimbulkan perselisihan. Sebab makna yang ada di dalam teks itu tergantung pada pembacanya. Pembaca atau "Audience" berperan penting dalam pemberian makna terhadap AL-Quran kering tersebut sesuai dengan latar belakang mereka (Pembaca). Arti singkatnya adalah latar belakang si pembaca akan ikut "mewarnai" makna ayat yang dibacanya, makanya sering sekali memunculkan perbedaan tafsir Al-Quran di dalam umat Islam sendiri. Oleh karena itu janganlah heran bila sekarang ini teroris ataupun preman-preman pasar yang mengatasnamakan Agama Islam pun bisa melandasi "perjuangan" bodohnya dengan alasan mengkutip kitab suci.

Nah oleh karena itu, kita sebagai orang mu'min, kita harus dapat memeriksa Al-Quran yang ada di dalam diri kita. Untuk dapat "membaca" Al-Quran dengan jelas, kita haruslah dekat terlebih dahulu dengan Allah SWT. Karena DIA lah yang akan memberikan kita ilmu agar kita dapat mengerti makna Al-Quran yang sesungguhnya yang terdapat di dalam dada -qalbu mu'min- orang islam yang telah di beri ilmu. Dan ilmu disini bukanlah representasi dari ilmu sihir, atau ilmu wujud, melainkan ilmu disini adalah relasi antara Tuhan dengan hambaNYA (Kita zikir padaNYA, Dia pun berzikir pada kita). Artinya adalah pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Quran itu tidak di peroleh sekedar melalui belajar, melainkan pemberian ilmu dari Allah. Di Al-Quran sendiri Surat Thaha [20]: 114, menyebutkan "Qul rabbi zidni ilmi", Tuhan tambahkan pada diriku ilmu. Yang maknanya kita di perintah memohon kepada Tuhan agar kita ini ditambahi ilmu yang tak lain ilmu tersebut adalah Al-Quran. Jadi Ilmunya orang mu’min adalah Al-Quran.

Al-Quran sendiri dalam surah Al-Ankabut [29]: 49 menyebutkan bahwa : "Sebenarnya Al-Quran adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang di beri ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.”

Dari penjabaran di atas tadi jelas bahwa kita jangan hanya belajar Agama dari "sampulnya" saja, melainkan haruslah dalam diri kita, kita dekatkan diri padaNYA, karena Niscaya kita akan dekat denganNYA dan akan ditambahkan ilmu olehNYA untuk dapat meraih kebenaranNYA. Jalankan semua perintahNYA karena Ikhlas kepadaNYA, mulai dari Shalat Puasa, Zakat, Haji, dll. Janganlah kita beribadah untuk mengharapkan pahala, surga atau imbalan apapun dariNYA, karena bila seperti itu, tak lain kita ibadah hanyalah untuk mengharapkan sesuatu dan mendualitaskan Allah, bukan Ikhlas dan tertuju karenaNYA.

Dan hakekatNYA Allah akan memberikan kenikmatan surgaNYA di dunia ini. Surga bukanlah berada di tempat antah berantah. Sama dengan Al-Quran, surgapun juga terdapat di qalbu mu'min, jantung hatinya orang mu'min. Karena hakekatnya surga adalah ciptaanNYA sama seperti kita. Yang sesungguhnya apabila kita sudah sangat dekat denganNYA, maka kita akan merasakan kesenangan yang luar biasa dan serasa berada di surga. Seperti halnya kita mencintai kekasih kita, kita serasa berada di surga. Maka cintailah Allah, maka kitapun akan merasakan surgaNYA di dunia ini. Amin.

Dajjal

Tanda-tanda akhir zaman yang Tuhan beritahukan salah satunya adalah "munculnya" Dajjal. Dajjal di beritahukan pada Al-Quran adalah dimana sesuatu yang baik di buatnya menjadi buruk, dan sebaliknya, yang buruk menjadi baik. Semuanya menjadi kacau ketika dia (Dajjal) datang. Dan kebanyakan semua orang merepresentasikan Dajjal adalah sebagai monster pembunuh atau raja iblis dari neraka yang ganas dan dapat "memakan" orang-orang mu'min.

Tanda-tanda munculnya Dajjal pun juga di jelaskan dalam beberapa kejadian-kejadian, antara lain adalah konflik bersaudara, Bapak menggauli putri kandungnya, anak membunuh Ibunya, perempuan bertingkah laku seperti lelaki, dan sebaliknya, dll. Sekarang ini kita dapat melihat semua tanda-tanda itu, dan itu semua sudah muncul sejak lama di dunia ini.

Dan pertanyaannya adalah kapan munculnya Dajjal?
Kita lihat sekarang di sekitar kita. Sebenarnya Dajjal sudahlah muncul. Dan pada hakikatnya Dajjal disini bukanlah Dajjal yang berupa monster pembunuh manusia seperti film-film Hollywood gambarkan dan yang sering kita tonton tersebut.

Bukan itu Dajjal yang dimaksud, karena pada Hakekatnya manusia adalah makhluk yang paling sempurna, karena di dalam diri manusia ada RuhNYA. Makanya manusia yang membunuh manusia sangatlah di benci Allah. Dan tidak akan Allah menciptakan makhluk lain untuk membunuh manusia, karena yang berhak akan nyawa manusia hanyalah Allah, bukannya monster, setan, ataupun alien sekalipun.

Dajjal yang sebenarya dimaksud adalah sebuah situasi yang sangatlah kacau di muka bumi ini. Lihat apa yang di jelaskan Al-Quran tentang Dajjal? Dia memunculkan kekacauan di dunia ini, dan dia membalikkan kebenaran menjadi ketersesatan dan sebaliknya, ketersesatan dijadikkannya kebenaran.

Kita tak perlu menunggu dan melihat kapan Dajjal datang sebagai pertanda kiamat tiba. Dajjal sebenarnya sekarang ini sudah menyebar di semua penjuru dunia. Dajjal yang di maksud disini merupakan sifat buruk yang terdapat di manusia. Manusia sekarang ini banyak sekali yang membunuh saudaranya sendiri dengan cara yang berbeda-beda. Dan lebih jelasnya lagi adalah situasi carut marut di dunia ini, dimana semua orang sangatlah sukar mendapatkan dan mencari kebenaran, karena sekarang kebenaran dapat dengan mudah di rekayasa oleh suatu oknum atau kelompok untuk memuaskan nafsu dan egonya. Jadi Dajjal sebenarnya adalah diri manusia yang bersifat jahat itu sendiri. Sama halnya dengan setan, yang sebenarnya juga terdapat di dalam diri manusia itu sendiri.

Zaman sekarang ini adalah zaman edan, dimana yang benar di teriaki maling atau sesat, dan yang sesat atau kebohongan publik malah di sanjung-sanjung dengan lebel benar. Sudah banyak contoh yang terjadi sekarang, seperti teori konspirasi 911 Amerika, mereka membuat teori konspirasi untuk memanaskan timur tengah, kemudian ga usah jauh-jauh, lihat di Indonesia sendiri. Contoh kasus adalah penegak hukum di Indonesia yang sebenarnya dapat kita percaya malah terlilit dalam suatu ke durjanaan. Kita sendiri sebagai masyarakat awam bingung mana yang benar dan mana yang salah. Mereka (Dajjal atau oknum tak bertanggung jawab) pun juga seenaknya memutar balikan fakta, dari hal buruk menjadi hal baik dengan alasan macam-macam atau memanfaatkan kekuasaan mereka.

Itulah yang sebanarya terjadi. The real Dajjal.
Kejahatan sendiri pada hakikatnya bukanlah kata benda, melainkan kata sifat. Sama halnya dengan Dajjal, yang bukan kata benda atau sesosok monster, melainkan kata sifat dari manusia yang menempati bumi ini. Dajjal adalah manusia yang berbuat kedurjanaan. Dan sebenarnya tidak ada manusia yang jahat atau sesat, melainkan sifat mereka yang membuatnya menjadi jahat ataupun sesat. Mereka (manusia yang bersifat jahat tersebut) sejatinya tidak mau atau tidak mempunyai keinginan untuk memperbaiki dirinya dan terus tetap terbeleggu dengan jubah duniwinya. Dia tidak mau membuka pintu hatinya untuk menemuiNYA.

Dan oleh karena itu semua, maka Tuhan pun menurunkan Isa AS untuk mengatasi Dajjal yang sebagaimana tertulis dalam Al-Quran. Dan di riwayatkan yang dapat "menjinakkan" keganasan Dajjal adalah Isa AS yang akan turun kembali ke bumi, yang mana sebelumnya Isa AS telah di angkat atau di "naikan" oleh Allah ke sidratul muntaha pada saat terjadinya penyalipan terhadap dirinya. Isa As adalah salah satu contoh Insan Kamil di dunia ini. Dirinya tak tersentuh kematian.

Dan Sebenarnya Isa As pun sudahlah turun ke dunia ini untuk melepaskan manusia dari belenggu kefanaan. Dan disini di maksudkan sebagai Isa AS bukanlah sesosok jasad atau kata benda bentuk Isa AS yang di turunkan dari langit oleh Tuhan. Melainkan ajaran atau kata sifat Isa AS tentang masalah ke makrifatan agar semua manusia menapatkan pencerahan di dunai ini. Ajaran tentang cinta kasih terhadap Tuhan, agar manusia dapat terlepas dari belenggu "Dajjal". Manusia di harapkan dapat melawan Dajjal dengan jalan pencerahan, mensucikan dirinya dari kefanaan dunia dan dapat menyatu atau kembali kepada Tuhan agar manusia dapat menemukan kebenaran yang sejati, dengan menemukan kebenaran yang sejati tersebut, kita akan dapat dengan mudah "mengusir" sifat Dajjal dari tubuh kita, melepas diri kita dari keterbelengguan. Kita tidak akan lagi terkait dengan kefanaan dunia yang sebenarnya dapat menjauhkan kita padaNYA.

Mungkinkah jalan kita kembali kepadaNYA akan semakin dekat? Dengan adanya tanda-tanda akhir zaman tersebut. Marilah kita tengok dan instropeksi apa yang selama ini telah kita perbuat. Apakah kita memang sudah benar-benar menemukan jalan menuju kebanaranNYA. Atau masih terbelenggu dengan jubah duniawi kita? Dan seyogyanya siap tidak siap kita akan kembali menghadapNYA. Bukankah sebuah keindahan dari kehidupan yang sesungguhnya akan hadir kepada kita, dimana kita akan lepas dari kefanaan dunia ini yang penuh degan nafsu, ego, dan kedurjanaan bila kita dapat menemukan jalan kebenaran menujuNYA. Kematian bukanlah akhir dan kesedihan, melainkan suatu awal dari kehidupan yang sesungguhnya, suatu keindahan dimana kita akan bertemu denganNYA. Namun itu semua akan menjadi indah bila kita benar-benar sudah melakukan yang terbaik selama di dunia ini, dengan menjadi manusia yang baik (Rahmat bagi semesta Alam) kepada semua makhluk dan selalu beribadah dan tawakal padaNYA.

Dan apakah akhir zaman akan kita hadapi sebentar lagi? Dengan tanda-tanda akhir zaman yang telah kita lihat tadi? Manusia boleh berkehendak dan membongkar rahasiaNYA, tapi Allah lah yang Maha Berkehendak dan Maha Mengetahui akan rahasia-rahasiaNYA.

God Bless All Human..

Kamis, 26 November 2009

Asal-Usul Syeh Siti Jenar


Syekh Siti Jenar lahir sekitar tahun 829 H/1348 C/1426 M (Serat She Siti Jenar Ki Sasrawijaya; Atja, Purwaka Tjaruban Nagari (Sedjarah Muladjadi Keradjan Tjirebon), Ikatan Karyawan Museum, Jakarta, 1972; P.S. Sulendraningrat, Purwaka Tjaruban Nagari, Bhatara, Jakarta, 1972; H. Boedenani, Sejarah Sriwijaya, Terate, Bandung, 1976; Agus Sunyoto, Suluk Abdul Jalil Perjalanan Rohani Syaikh Syekh Siti Jenar dan Sang Pembaharu, LkiS, yogyakarta, 2003-2004; Sartono Kartodirjo dkk, [i]Sejarah Nasional Indonesia, Depdikbud, Jakarta, 1976; Babad Banten; Olthof, W.L., Babad Tanah Djawi. In Proza Javaansche Geschiedenis, ‘s-Gravenhage, M.Nijhoff, 1941; raffles, Th.S., The History of Java, 2 vol, 1817), dilingkungan Pakuwuan Caruban, pusat kota Caruban larang waktu itu, yg sekarang lebih dikenal sebagai Astana japura, sebelah tenggara Cirebon. Suatu lingkungan yg multi-etnis, multi-bahasa dan sebagai titik temu kebudayaan serta peradaban berbagai suku.

Selama ini, silsilah Syekh Siti Jenar masih sangat kabur. Kekurangjelasan asal-usul ini juga sama dgn kegelapan tahun kehidupan Syekh Siti Jenar sebagai manusia sejarah.
Pengaburan tentang silsilah, keluarga dan ajaran Beliau yg dilakukan oleh penguasa muslim pada abad ke-16 hingga akhir abad ke-17. Penguasa merasa perlu untuk “mengubur” segala yg berbau Syekh Siti Jenar akibat popularitasnya di masyarakat yg mengalahkan dewan ulama serta ajaran resmi yg diakui Kerajaan Islam waktu itu. Hal ini kemudian menjadi latar belakang munculnya kisah bahwa Syekh Siti Jenar berasal dari cacing.

Dalam sebuah naskah klasik, cerita yg masih sangat populer tersebut dibantah secara tegas,
Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.” [Adapun diceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia berdarah kecil saja (rakyat jelata), bertempat tinggal di desa Lemah Abang]….<
serat Candhakipun Riwayat jati ; Alih aksara; Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah, 2002, hlm. 1>

Jadi Syekh Siti Jenar adalah manusia lumrah hanya memang ia walau berasal dari kalangan bangsawan setelah kembali ke Jawa menempuh hidup sebagai petani, yg saat itu, dipandang sebagai rakyat kecil oleh struktur budaya Jawa, disamping sebagai wali penyebar Islam di Tanah Jawa.
Syekh Siti Jenar yg memiliki nama kecil San Ali dan kemudian dikenal sebagai Syekh ‘Abdul Jalil adalah putra seorang ulama asal Malaka, Syekh Datuk Shaleh bin Syekh ‘Isa ‘Alawi bin Ahmadsyah Jamaludin Husain bin Syekh ‘Abdullah Khannuddin bin Syekh Sayid ‘Abdul Malikal-Qazam. Maulana ‘Abdullah Khannuddin adalah putra Syekh ‘Abdul Malik atau Asamat Khan. Nama terakhir ini adalah seorang Syekh kalangan ‘Alawi kesohor di Ahmadabad, India, yg berasal dari Handramaut. Qazam adalah sebuah distrik berdekatan dgn kota Tarim di Hadramaut.

Syekh ‘Abdul Malik adalah putra Syekh ‘Alawi, salah satu keluarga utama keturunan ulama terkenal Syekh ‘Isa al-Muhajir al-Bashari al-‘Alawi, yg semua keturunannya bertebaran ke berbagai pelosok dunia, menyiarkan agama Islam. Syekh ‘Abdul Malik adalah penyebar agama Islam yg bersama keluarganya pindah dari Tarim ke India. Jika diurut keatas, silsilah Syekh Siti Jenar berpuncak pada Sayidina Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah. Dari silsilah yg ada, diketahui pula bahwa ada dua kakek buyutnya yg menjadi mursyid thariqah Syathariyah di Gujarat yg sangat dihormati, yakni Syekh Abdullah Khannuddin dan Syekh Ahmadsyah Jalaluddin. Ahmadsyah Jalaluddin setelah dewasa pindah ke Kamboja dan menjadi penyebar agama Islam di sana.
Adapun Syekh Maulana ‘sa atau Syekh Datuk ‘Isa putra Syekh Ahmadsyah kemudian bermukim di Malaka. Syekh Maulana ‘Isa memiliki dua orang putra, yaitu Syekh Datuk Ahamad dan Syekh Datuk Shaleh. Ayah Syekh Siti Jenar adalah Syekh Datuk Shaleh adalah ulama sunni asal Malaka yg kemudian menetap di Cirebon karena ancaman politik di Kesultanan Malaka yg sedang dilanda kemelut kekuasaan pada akhir tahun 1424 M, masa transisi kekuasaan Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sumber-sumber Malaka dan Palembang menyebut nama Syekh Siti Jenar dgn sebutan Syekh Jabaranta dan Syekh ‘Abdul Jalil.

Pada akhir tahun 1425, Syekh Datuk Shaleh beserta istrinya sampai di Cirebon dan saat itu, Syekh Siti Jenar masih berada dalam kandungan ibunya 3 bulan. Di Tanah Caruban ini, sambil berdagang Syekh Datuk Shaleh memperkuat penyebaran Islam yg sudah beberapa lama tersiar di seantero bumi Caruban, besama-sama dgn ulama kenamaan Syekh Datuk Kahfi, putra Syehk Datuk Ahmad. Namun, baru dua bulan di Caruban, pada tahun awal tahun 1426, Syekh Datuk Shaleh wafat.
Sejak itulah San Ali atau Syekh Siti Jenar kecil diasuh oleh Ki Danusela serta penasihatnya, Ki Samadullah atau Pangeran Walangsungsang yg sedang nyantri di Cirebon, dibawah asuhan Syekh datuk Kahfi.

Jadi walaupun San Ali adalah keturunan ulama Malaka, dan lebih jauh lagi keturunan Arab, namun sejak kecil lingkungan hidupnya adalah kultur Cirebon yg saat itu menjadi sebuah kota multikultur, heterogen dan sebagai basis antarlintas perdagangan dunia waktu itu.

Saat itu Cirebon dgn Padepokan Giri Amparan Jatinya yg diasuh oleh seorang ulama asal Makkah dan Malaka, Syekh Datuk Kahfi, telah mampu menjadi salah satu pusat pengajaran Islam, dalam bidang fiqih dan ilmu ‘alat, serta tasawuf. Sampai usia 20 tahun, San Ali mempelajari berbagai bidang agama Islam dgn sepenuh hati, disertai dgn pendidikan otodidak bidang spiritual.




Pesan Syekh Siti Jenar sebelum wafat.
Pesan/ Dialog Syekh Siti Jenar ( Syekh Lemah Abang ) sblm wafat.

Syekh Siti Jenar, berasal dari Bagdad beraliran Syi’ah Muntadar, beliau menetap di Pengging Jawa Timur, disana Syekh Siti Jenar mengajarkan agama kepada Ki Ageng Pengging ( Kebo Kenongo ) dan masyarakat, tetapi para Wali Jawadwipa/ Wali Songo tidak menyetujui alirannya, oleh karena itulah Syekh Siti Jenar dihukum mati th. 1506 M, dan dimakamkan di Anggaraksa alias Graksan, Cirebon sekarang ini.

Sebelum wafat, Syekh Siti Jenar sempat berpesan kepada para dewan wali/ Wai Songo bahwa “ Kelak pada suatu zaman akhir, kalau ada kerbo bule mata kucing ( orang Belanda ) naik dari laut, itulah tandanya musibah kepada anak cucu anda,” katanya, sedang kenyataannya Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun dan banyak menyengsarakan rakyat Indonesia.

Syekh Siti Jenar mempunyai efek khusus yang kita anggap sebagai “insiden” diantara pemuka-pemuka Agama Islam pada abad ke 16 M, lambat laun ketika itu banyak orang-orang yang mengaji tasawuf/ hakiki, misalnya : perihal ilmu bedanya antara Kawula dan Gusti dan Tunggalnya Kawula dan Gusti.

Atas tuduhan Syekh Maulana Maghribi, bahwa Syekh Siti Jenar mengaku dirinya ALLAH, dan oleh Sunan kalijogo ditanyakan apakah benar tuduhan tersebut, beliau mengakuinya benar adanya, maka dewan wali dalam sidangnya sepakat untuk menjatuhkan hukuman mati bagi si tertuduh, dan Sekh Siti Jenar menerima putusan tersebut agar segera dilaksanakan, dan yang harus melaksanakan keputusan tersebut yaitu Sunan Kudus dengan keris Ki Kantanaga yang diberikan oleh Sunan Gunung Jati.

Sebelum eksekusi berlangsung, terjadilah kejadian yang sangat mencengangkan masyarakat karena memang disaksikan secara terbuka dihalaman masjid Agung Cirebon, dan dialog tersebut diantaranya sbb :

Menempelnya keris Ki Kantanaga ke jasad Syekh Siti Jenar, terdengar suara yang sangat keras seprti beradunya kedua besi yang sangat besar, lalu para Wali saling tersenyum, sambil berkata,” Masa ada ALLAH seperti besi ?”.
Syekh Siti Jenar menjawab,” Coba, tusuklah sekali lagi,”
Ketika tusukan kedua, Syekh Siti Jenar menghilang tidak ada ujud jasadnya.
Para Wali berkata kembali,” Masa matinya ALLAH seperti syaitan,?.
Secepat kilat Syekh Siti Jenar menampakan diri lagi, sambil berkata, “ Coba tusuk sekali lagi?”
Ketika tusukan ketiga, Syekh Siti Jenar membujur tergolek di lantai masjid, dari lukanya keluar darah merah, dan para Wali berkata kembali,” Masa matinya ALLAH seperti kambing.?
Syekh Siti Jenar bangun hidup kembali tanpa luka dan berkata,” Coba tusuk sekali lagi?”.
Kemudian pada tusukan keempat , Syekh Siti Jenar rebah, mati dan dari lukanya mengalir darah putih, seketika itu para wali berkata kembali,” Masa matinya ALLAH seperti cacing!”, karena berkali-kali tusukan selalu mati, hidup, mati, hidup, maka, Syekh Siti Jenar berkata, “ Lalu harus bagaimana mati saya menurut keinginan anda?”dan dijawab oleh seluruh Wali,” Biasa!”, seperti orang tidur badannya lemas, begitulah mati bagi seorang Insanul kamil,”

Sesudah itu ditusuklah jasadnya dan wafatlah Syekh Siti Jenar seperti umumnya manusia, jasadnya mengecil sebesar kuncup bunga melati dan baunya semerbak mewangi bau harumnya melati ( Syekh Siti Jenar, wafat wajar dan tidak bunuh diri )


Syeh siti Jenar adalah salah satu wali Allah yang hebat ilmu kebathinannya diantara wali songo lain,wafatnya karena perbedaan paham dengan paham islam sunni para wali songo.tetapi dia bukan beraliran syi'ah.karena aliran syi'ah tetap ada sholat 5 waktu tetapi berbeda hukum hadist saja dengan aliran sunni.
Dia diburu oleh wali songo karena tidak mau sholat 5 waktu,melainkan dia hanya mau beribadah dengan berdzikir saja.ini terjadi karena sewaktu ke arab dengan sunan bonang beliau telah diperingati jangan belajar ilmu yang dimiliki oleh seorang kakek yg berada dipojok masjidil haram yg sedang "berzikir".
Dan syeh siti Jenar secara diam2 selama di arab selalu kontak dengan kakek2 itu sampai mempunyai Ilmunya kakek tersebut.
Sehingga membuat keputusan para walisongo menegurnya,tetapi dia tidak mengindahkan bahkan menantang tarung Ilmu.
Setelah di musyawarahkan syeh siti jenar harus ditindak dengan diburu sampai insyaf atau mati oleh sunan kalijaga yang ditunjuk sebagai executor; sedikit info "sunan kalijaga adalah sunan yang mempunyai Ilmu kebathinan paling tinggi dibanding syeh siti Jenar.
dalam perburuannya beliau sunan kalijaga diberi pedang yg disebut "pedang Allah" oleh salahsatu walisongo konon pedang ini masih misterius keberadaanya sampai sekarang.
lalu matilah syeh siti jenar dengan pedang tsb setelah berhasil ditemukan bersembunyi didalam suatu gunung didaerah jawa.


Repost dari : http://yuliano.vox.com/library/post/asal-usul-syekh-siti-jenar.html

Senin, 16 November 2009

Manunggaling kawula klawan Gusti.. (NurNYA)

Ku rindu denganNYA..
Ku rindukan hidupku yang dahulu kala..
Ketika aku masih suci tiada terkira..
Kapankah aku 'kan kembali pada hidupku yang dulu..

Perjalanan tiada halang..
Menghilangkan ke fanaan..
Kebenaran tujuanku..
Dia ciptakan aku dengan meniupkan NurNYA..
Tak perlu mencariNYA keluar..
DiriNYA ada di dalam diriku..

Kita manusia adalah bagian dari Nur Maha Hidup..
Yang meniupkan ruhNYA kepada kita..
Kita adalah rahmat dariNYA..
Kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah teladan dan perwujudan dari kehendakaNYA..
Insan Kamil yang sempurna yang ditunjuknNYA untuk semseta alam..

Perjalanan kehidupan untuk mengenalNYA..
Dia berhak di kenal untuk menunjukkan eksistensiNYA atas kuasaNYA..
Ia Maha Hidup dengan apa yang Ia hidupkan..
Nur atau ruhNYA ditiupkan untuk menghidupkan jasad manusia..
NurNYA pun bersujud untukNYA..
Kita hidup karena Nur yang Ia tiupkan ke dalam Jasad kita..
Jasad manusia sangatlah suci dan berharga karena ditiupkan ruhNYA..
Dia ada dimana-mana, dimanapun kita berada, karena Ia ada di dalam Nur kita yang merupakan bagian dari NurNYA..

Tempat bersatunya hamba dengan Tuhan adalah baitullah..
Tapi, kita tidak perlu cari tempat suci "diluar" diri kita..
Tempat suci tak berbentuk fisik atau perebutan wilayah..
Bukan saling membenci dan membunuh sesama manusia..
Itu hanya membawa agama ke dalam lembah kenistaan..
Baitullah ada di diri kita, qalb mu'min -jantung hatinya orang mu'min-..
Karena hakikatnya jasad manusia adalah al-masjid al-haram..
NurNYA akan bersujud dan bertemu denganNYA..
Dan pertemuan kembali NurNYA denganNYA tak lain adalah Baitullah..
Dan tempat Nur yang ditiupkaNYA bersujud padaNYA adalah Jasad..
Oleh karena itu Jasad manusia sangatlah berharga, karena telah dipilih Tuhan untuk menempati RuhNYA..
Maka dosa besarlah orang yang membunuh jasad manusia..

NurNYA ada dimana-mana..
Ia Maha Hidup..
Maka hanya yang "Hiduplah" yang bisa menemuiNYA..
Hidup secara Lahir Batin..
Lahir batin keberadaan sukma..
Yang disembah Gusti..
Gusti yang menyembah..
Diri menyembah disembah..
Memuji di puji..
Timbal balik..
Bila NurNYA berdzikir untuk diriNYA..
DiriNYA pun berdzikir untuk NurNYA..
Semakin kita dekat dengannNYA..
Semakin dekat pula Ia dengan kita..

Berikanlah "makanan" dan “latihlah” NurNYA yang telah Ia tiupkan ke jasad kita..
Beribadahlah untuk menerangkan Nur dariNYA..
Jagalah dan latihlah NurNYA agar tetap hidup..
Agar NurNYA yang akan menuntun sesuai kehendakNYA..
Dan bukan ego dan nafsu kita yang menuntun kita..

Berjalanlah menujuNYA..
Hanya kepadaNYA lah kita berpegang teguh dan percaya..
Bahwasanya semua yang ada di dunia ini bersifat fana dan semu..
Niscaya kau akan mendapatkan Kebenaran sejati dengan bertemuNYA kembali..
Gunakanlah Nur yang ada di dalam hati mu..
qalb mu'min -jantung hatinya orang mu'min-..
The Inner Light..

Hanya NurNYA lah yang sanggup dan bisa menemukaNNYA kembali..
Peleburan kembali NurNYA denganNYA..
Hanya pedoman dan kajian Al-Quran yang sejatinya terdapat di dalam NurNYA yang kita miliki ini dapat menuntun kita menujuNYA..
Dan dengan NurNYA inilah yang dapat kita percaya..
Untuk menentukan yang mana yang Hak, dan yang Bathil..

Dan manusia tidak berhak menghukum atau memvonis haram bahkan sesat manusia lain..
Sekalipun manusia itu sangatlah miskin, bodoh hina, ataupun berbeda paham dengan kita..
Hanya Gusti Allah lah yang berhak menentukan kehendakNYA..
Karena orang-orang yang dianggap hina itu NurNYA belum mendapat pencerahan dan belum mendapatkan hidayah untuk menerangkan NurNYA..
Karena itulah akal di ciptakan untuk mencari dan mendapatkan kembali hidayah akan NurNYA yang akan menuntun kita kepadaNYA..
Dan seharusnya ulama-ulama yang diharapkan menjadi Insan Kamil dapat menuntun orang awam untuk kembali ke jalanNYA..
Bukan sebaliknya, Ulama yang mengatasnamakan Agama berbuat seenaknya..
Menganggap dirinya benar..
Dia tak lain hanya belajar agama sampai sampulnya saja..
Tapi tidak kandungan yang terdapat di dalamnya yang kemudian di praktekan dan mengamalkannya sebagai rahmat untuk alam semesta..
Mencampurkan agama dengan kekuasaan..
Dan itu sama saja menjatuhkan agama ke dalam lembah kenistaan..

Manusia tidak berhak memvonis haram ataupun berdosa bagi seorang manusia..
Walaupun NurNYA terdapat di dalam diri kita, bukan berarti kita mempunyai kuasa tersebut..
Karena masih ada Yang Maha Kuasa untuk menjalankan KehendakNYA..
Manusia menjalankan kehendakNYA, dan Allah lah yang menentukan kehendakNYA..
Manusia sejatinya di mata Allah adalah sama derajatnya..
Dan agama bukanlah soal nasionalis ataulah politik..
Kebenaran bukanlah soal yang mana yang banyak atau poling..
Maka Al-Quran di turunkan untuk kita sebagai manusia yang mempunyai batasan untuk menentukan yang mana yang Hak dan yang Bathil..

Al-Quran diturunkan untuk menuntun manusia menuju akhlak mulia yang di perintahkan oleh Allah..
Al-Quran merupakan petunjuk Allah kepada manusia agar mencapai kebenaran milikNYA..

Dan Al-Quran sejatinya bukanlah hal yang baru buat kita..
Seperti konsep Plato yang terinspirasi dari hal ini..
manusia di lahirkan tidaklah kosong..
Melainkan sudah di beri modal tahu sesautu dari dunia ruh...
Dia yang meurunkan dan menciptkan Al-Quran..
Dia yang meniupkan NurNYA ke manusia..
Al-Quran sendiri menyebutkan dalam Surat Al-Ankabut [29]:49 bahwa AL-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata yang berada di dalam dada (kesadaran) orang-orang yang di beri ilmu..
Maka Al-Quran diturunkan untuk orang-orang yang disucikan hati dan pikirannya..
Kita bukan hanya saja membaca Al-Quran..
Tapi kita harus mengkajinya..
Dan membersihkan Nur kita yang di tiupkan olehNYA agar dapat kembali berpegang teguh padaNYA..

Makanya ada doa agar kita di berikan Ilmu..
Agar dapat benar-benar "Hidup" NurNYA..
Agar bisa menjadi manusia yang berakal dan berpegang teguh padaNYA..
Rabbi Zidni Ilmi - Tuhanku tambahkan kepadaku ilmu..
Dengan ilmu aku bisa "hidup" dan bisa menemuiMU..

Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan dengan ALLAH, dan mereka tidak mendapat petunjuk. (Surat Yunus)

Maka berdoalah untuk diri kita sendiri..
NurNYA berdoa untukNYA..
Dan diriNYA pun mendoakan NurNYA..
Karena sejatinya Nur yang ada di jasad kita merupakan mitra atau bagian dari NurNYA..
Bersihkan hati kita dari segala hal yang negatif..
Terapkanlah doa kita untuk diri kita sendiri..
Karena yang nyata dapat menolong kita adalah NurNYA yang terdapat di diri kita..
Semakin dekat NurNYA yang ada di diri kita dengan Gusti Allah..
niscaya doa kita akan di kabulkanNYA dan kita akan mencapai kebenaran yang sejati..
Amin..


Dan tulisan diatas merupakan sebagian kecil dari konsep makrifat yang di ajarkan oleh Syekh Siti Jenar dalam Manunggaling kawula klawan Gusti..

Jumat, 06 November 2009

Indonesia (Jangan sampai) terpecah belah..

Perseteruan antara KPK dan POLRI yang sekarang semakin ramai di tayangkan media merupakan suatu hal yang di lebih-lebihkan. Apalagi kemarin secara eksklusif rapat klarifikasi asus KPK oleh KAPOLRI di komisi III DPR di siarkan secara langsung oleh salah satu stasiun Televisi swasta Nasional. Dengan alasan masyarakat harus tahu semuanya, rapat itu di adakan secara terbuka dan di siarkan secara langsung.

Oke kita masyarakat berhak tahu di era Demokrasi sepereti ini. Tapi apakah kita tidak sadar? Kita sbagai penonton dirumah dijadikan objek komoditi dagang oleh stasiun Televisi tersebut, mereka cuma mau menarik perhatian pemirsa agar rating mereka bagus, dengan begitu mereka akan mendapatkan Uang yang banyak dari hasil “dagangannya” tersebut, suatu Kapitalisme dan konsep Zionisme yang menjadikan Uang adalah segala-galanya dan bahkan menjadi Tuhan bagi kaum Materialisme.

Mereka gak peduli tuh sama yang namanya efek dari tayangan ekslusif mereka itu, lagi-lagi dengan dalih Demokrasi, mereka berargumen dengan kekuatan pers, tapi semua itu cuma topeng mereka aja, bagi media, berita buruk seseorang atau suatu negeri adalah berita baik buat mereka. Dan konsep ini jelas sekali dilarang keras oleh Agama manapun, kita tidak boleh membicarakan keburukan orang, apalagi orang tersebut dalam keadaan teraniyaya, celakah mereka yang menyebarkan berita buruk saudaranya sendiri.

Kalangan elite kita tak lain seperti "domba aduan" di frame mereka. Boleh terbuka, tapi haruslah sesuai dengan etika, ajaran Agama, dan perhatikan dampak bagi masyarakat, apakah ini akan berdamak buruk atau tidak. Lihat aja sekarang kasus antara KPK dan POLRI ini semakin ga jelas, dan sebenaranya ga usah di besar-besarkan, karena media terlau melebih-lebihkan, maka jadilah kasus ini besar. Bak seperti halnya sebuah pentas drama, ada yang dijadikan media sebagai Protagonis dan ada yang dijadikan Antagonis. Jadi masyarakat memunculkan opini atau wacana yang berbeda-beda sesuai dengan kepentingan dan ikatan emosional mereka masing-masing.

Seharusnya media melihat terlebih dahulu, apakah masyarakat kita sudah bersikap dewasa dalam menerima perbedaan? dan rasanya masyarakat kita belum bisa menerima perbedaan, mereka lebih menerima perbedaan sebagai sesuatu yang tabu, melenceng, salah, ga sesuai, dll. Mereka pasti akan berbuat suatu hal fanatisme semu untuk mepertahankan "jagoannya" paling benar sendiri, tanpa melihat "jagoan" orang lain yang belum tentu salah.

Kita bisa lihat apa yang terjadi kemarin, si A dan si B bak "berada di ring tinju", semua mengeluarkan argumen-argumen yang menurut mereka paling benar, mereka semua seperti sekelompok taman kanak-kanak dengan egois masing-masing, ribut sendiri tanpa memandang guru (pemimpin rapat) di kelas (ruang rapat). Apakah itu semua anggota Dewan yang terhormat kita? Yang katanya intelek dan hebat? Tapi kelakuan mereka masih kekanak-kanakan, belum mencerminkan sikap dewasa sedikitpun, mereka hanya memikirkan kepentingan mereka masing-masing dan di biarkan publik tahu akan kehebatan mereka, mereka lebih mementingkan "Image" mereka kepada publik di banding menjalankan amanah mereka secara ikhlas, mereka tak lain bersifat Ria, suatu yang di larang oleh Agama mmanapun. Mungkin mereka seharusnya menerapkan sedikit bicara banyak bekerja, suatu yang di contohkan oleh Rasulullah SAW.

Ini kah isi dari negeri pertiwi kita? anggota dewan terhormat, para penegak hukum kita, yang seharusnya melayani kita dan menjadi contoh yang baik buat kita, tapi mereka "di adu domba" di depan kita, masyarakat, pemuda, dan anak-anak sang penerus bangsa. Maka tak heran sekarang ini opini masyarakat semakin beragam dan dapat membuat gejolak di tengah tata masyarakat pertiwi ini. Kelompok A memihak si A, dan B yang di bela oleh kelompok B, apakah ini yang dinamakan persatuan Indonesia? Gak heran bila nantinya bangsa kta ini sering terjadi perpecahan dan peperangan antara anak bangsa yang berbeda opini karena dampak buruk dari media yang tak lagi punya etika dalam meliput suatu berita.

Bolehlah media meliput, tapi jangan di tambah-tambahin unsure dramatic seperti dalam film, cukuplah media memberikan realita yang terjadi, harus netral dan jangan menyampaikan suatu Opini dan membenarkan Opini Dominan, haruslah Netral dan Bijkak dalam meliput suatu peristiwa dan masah, jangan sampai terkesan mengadu domba, pikirkan dampaknya juga.

Bukankah adu domba sendiri juga dilarang dalam Agama? Seharusnya kita dapat mencontoh tokoh-tokoh Islam yang selalu saling membantu, bahkan dengan musuh sekalipun, seperti halnya Salahudin Al Ayubi atau sering juga di sebut sebagai “Saladin” yang membantu mengirim ahli kesehatan bagi sang Raja Jerusalem, King Richard dari Inggris yang memimpin pasukan Salib yang sedang sakit pada saat terjadi perang Salib di abad Pertengahan yang merebutkan tanah suci Jerusalem tersebut. Kita memang bukan Negara Islam, tapi setidaknya kita negara yang mayoritasnya Islam kenapa tidak mencontoh tokoh-tokoh besar Islam seperti Salahidin dan Rasullulah SAW? Dan ada baiknya kita sebagai orang muslim yang mayoritas memberikan contoh bagi kaum-kaum Non-Muslim dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, saling menghargai perbedaan, saling membantu, dan jangan saling memecah belah.

Bila kita terpecah belah, seperti kemarin anggota dewan kita dan para penegak hukum kita saling menjatuhkan untuk membuktikan di antara mereka yang paling benar dan yang paling pintar, nanti kita sendiri yang malu sebagai warga negara Indonesia. Negara-negara lain akan tertawa melihat keadaan negara kita ini, dan mereka akan gampang merendahkan negara kita karena kita sendiri tidak pernah bersatu.

Dan yang paling penting di ketahui adalah Zionis dan antek-anteknya akan tertawa dari kejauahan karena strategi mereka telah berhasil memecah belah negara yang mayoritas penduduknya Islam ini dengan alat mereka yaitu media dan dalih mereka yaitu demokrasi terbuka. Padahal di Islam sendiri pun kita juga di ajarkan dalam berdemokrasi, tapi demokrasi yang santun, saling menghargai perbedaan, tenggang rasa, dan tidak saling menjatuhkan dengan amalan-amalan yang telah di ajarkan oleh Nabi besar Muhammad SAW dan Firman-firman ALLAH SWT dalam AL-QUR'AN. Bahkan demokrasi sendiri sudah di catat dalam sejarah Isra Mi’Raj, saat Rasullah SAW melakuakn perjalanan Mi’Raj ke Langit ke Tujuh, Beliau meminta agar Umatnya tidak dibebani dengan Shalat 50 waktu, tetapi di ringankan menjaidi 5 waktu saja, itu menunjukkan Beliau yang “bermusyawarah” dan menerapkan Demokrasi dengan Yang Maha Esa, karena Beliau (Muhammad) sangatlah sayang dan bersikap realistis kepada Umatnya.

Ada baiknya kita mengacu pada hal-hal tersebut, niscaya hidup kita akan damai, Insya Allah..
Begitu juga bagi agama lain Non Muslim juga bila kita mengacu pada kitab-kitab dan rasulnya masing-masing, Niscaya Indonesia akan damai dan bangsa kita akan terselamatkan dunia akhirat, AMIN.. God Bless Indonesia.

Mungkin sekarang ini kita jangan begitu mudahnya percaya terhadap media, karena sebagian besar media, baik cetak maupun elektronik di seluruh dunia ini sudah dikuasai mereka (Zionis). Suatu kepentingan mereka untuk memecah belah persaudaraan kita sebagai muslim, sesungguhnya mereka takut pada kita saat kita bersatu, makanya mereka ingin memecah belah kita. Banyak-banyaklah beribadah, berdoa, beramal, dan membantu orang lain. Salah satu bukti bahwa semakin anda beriman, maka semakin takut mereka adalah ketakutan mereka terhadap “The Islamic Golden Era” yang telah diramalkan oleh Nabi Muhammad. Kita harus bersatu, bangsa kita harus bersatu, dengan begitu Amerika yang berperan sebagai "pahlawan kesiangan" gak akan bisa "menjajah" bangsa kita, dan Zionis tidak dapat menghancurkan kita, Ideologi kita sebagai umat Muhammad SAW.



Notes :
Orang dapat berpendapat sesuai dengan pandangannya masing-masing, disini penulis hanya menulis dengan sudut pandang yang berbeda dalam menyikapi kasus yang terjadi di Negeri ini, Bila ada pandangan dan pendapat yang berebeda silahkan, karena perbedaan merupakan suatu anugrah yang melambangkan eksistensi manusia berfikir dan “ada” dalam kehidupan, dan juga melambangkan adanya Sang Maha Hidup. Karena pendapat orang pasti berebeda-berbeda sesuai dengan bagaimana anda menyikapinya, sesuai dengan kebudayaan dan pendidikan masing-masing setiap individu, tidak ada kebenaran tunggal, sejatinya kebenaran hanya milik TUHAN.
Terima Kasih. God Bless Indonesia.

Lapangan Gazibu, Bandung, 10 September 2009


Cahaya lilin menghiasi Gazibu di malam kelahiranmu..
Gedung sate jadi saksi bisu perayaan ulang tahunmu..
Ku datang membawa kejutan menemuimu di bulan ramadhan..
Ditemani Argo Gede malam ku menuju tanah pasundan..

--------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------

Dari stasiun Hall ku bergegas mencari angkot cisitu..
Angkot cisitu terakhir mengantar ku menuju simpang Dago..
Di restoran cepat saji simpang Dago kau menantiku..
Ditemani dengan segelas minuman bersoda kau nanti diriku..

Kita jumpa dengan hati riang, bahagia dan rindu menjadi satu..
Kau menyambut kedatanganku dengan senyuman mahalmu yang di hiasi behel..
Ku balas senyummu dengan menyembunyikan raut lelah perjalananku..
Bandung malam itu sangatlah indah dengan malaikat-malaikat memberkati..

Ku lihat jam dinding menunjukkan 30 menit lagi dirmu kan bertambah dewasa..
Ku bergegas mengajakmu ke suatu tempat untuk membuat perayaan kecil..
Sebelumnya kita membeli sepotong roti dan pemantik api di mini market..
Dengan sepeda motor pinjaman kita berputar Dago mencari tempat perayaan..

Tibalah kita di lapangan Gazibu depan gedung Sate tepat pukul 12..
Kita rayakan bersama hari jadimu dengan sepotong roti tolol..
Di atas roti itu kita hiasi dengan lilin-lilin berwarna..
Ku nyalakan lilinnya, kau buat pengharapan dan kau titip lilinnya..

Ku jabat tanganmu dan mengucapkan "Selamat Ulang Tahun Sayang"..
Kau bilang "Terima Kasih Sayang atas kejutan tololnya"..
Kita pun tersenyum bersama di bawah berkah sinar para malaikat..
Malaikat turun langit membawa berkah dari langit ke tujuh untukmu..

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sungguh kenangan beberapa bulan lalu saat kamu ulang tahun ke 19 yang tak terlupakan..
Bertepatan dengan Ramadhan 1430 H yang selalu terkenang dalam hatiku..
Tak dapat ku lupakan, karena selalu teringat akan kenangan tersebut, Ku abadikan dengan sebuah tulisan tolol ini sebagai dokumen kenangan itu..
Ku dedikasikan tulisan tolol ini untuk kita berdua dan para Malaikat yang telah membawa berkah dari langit ke tujuh untuk kita berdua waktu itu.. God Bless Me, You, and Angels..

AKU?

AKU adalah sekumpulan wacana-wacana yang kalian bicarakan tentang aku..
AKU tidaklah nyata dan tidak bisa menunjukkan eksistensiku sendiri..
orang lain bilang aku pembohong, pemarah, arogan, pembangkang, bahkan lebih ekstrem lagi AKU adalah Kafir..
karena orang lain berfikir dan memberi opini seperti itu tentang aku, maka AKU ada..
padahal AKU sendiri tidak tahu sifat AKU..
apakah AKU bisa berdiri tanpa wacana orang lain..
ataukah AKU ini hanya ilusi kalian..
atau mungkin kalian yang cuma ilusi AKU..
AKU berfikir maka AKU ada..
atau mereka yang memberi wacana dan berfikir tentang AKU, maka AKU ada..


tentang AKU...
Orang selalu berbicara tentang AKU, padahal mereka sendiri tidak tahu tentang AKU..
persetan dengan kalian..
AKU adalah AKU.. hanya AKU dan TUHAN yang tahu tentang AKU..

(Lunturnya) Ideologi Bangsa..

Pada zaman sekarang ini, Partai Politik sudah tidak lagi "berjualan" Ideologi saat kampanye atau sebagai cita-cita mereka. Partai hanya berjualan tokoh, kesuksesan dan pengalaman masa lalu (Empirisme), dan asas menguntungkan (Pragmatisme). Tak ada lagi landasan ideologi pada saat kampanye era tahun 50an, dimana disana sangat jelas ideologi dari partai-partai yang bertarung dalam pemilu, seperti Parpol yang nasionalis, Islamis (Masyumi atau NU), atau komunis dapat dibedakan dengan jelas, ditinjau dari pemikiran politiknya, norma yang melingkupinya, bahasa dan simbol yang digunakan, maupun kecenderungan elite yang memerintah.

Namun saat era orde baru, semua ideologi di tunggalkan oleh rezom yang berkuasa saat itu. Disini Hegemony sudah mulai terlihat, kediktatoran orde baru mematikan kemajemukan ideologi, karena bagi yang ideologinya bertentangan dengan Pancasila akan dihabisi, di anggap Komunis dan penghianat bangsa. Maka pada zaman ini tidak ada yang namanya Oposisi, dan kita bisa lihat, tanpa ada Oposisi, rezim yang berkuasa menjadi diktator, tanpa ada yang mengkontrol, KKN merajalela, dan puncaknya rakyat menggulingkan rezim ini, Itulah fakta terburuk menolak kehadiran oposisi dalam mempraktekkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pengantar pengertian Oposisi
Oposisi sendiri dibutuhkan bukan hanya untuk mengawasi kekuasaan. Oposisi diperlukan juga karena apa yang baik dan benar dalam politik haruslah diperjuangkan melalui kontes politik dan diuji dalam wacana politik yang terbuka dan publik. Adalah naif sekali sekarang ini untuk masih percaya bahwa pemerintah bersama semua pembantu dan penasihatnya dapat merumuskan sendiri apa yang perlu dan tepat untuk segera dilakukan dalam politik, ekonomi, hukum, pendidikan dan kebudayaan pada saat ini.

Dari sudut pandang penting mekanisme check and balance, oposisi semestinya tidak perlu dicemaskan dan kemudian menjadi takut untuk menerima kehadirannya. Justru adanya kekuatan oposisi untuk menjaga pelaksanaan negara demokrasi berjalan dengan baik dan demokratis.

Di sanalah oposisi dibutuhkan sebagai semacam advocatus diaboli atau devil's advocate yang memainkan peranan setan yang menyelamatkan kita justru dengan mengganggu kita terus-menerus. Dalam peran tersebut oposisi berkewajiban mengemukakan titik-titik lemah dari suatu kebijaksanaan, sehingga apabila kebijaksanaan itu diterapkan, segala hal yang dapat merupakan efek sampingan yang merugikan sudah lebih dahulu ditekan sampai minimal.
(Disunting dari searching di oom google)


Pengantar pengertian Hegemony
Istilah hegemoni berasal dari istilah yunani, hegeisthai (“to lead”). Konsep hegemoni banyak digunakan oleh sosiolog untuk menjelaskan fenomena terjadinya usaha untuk mempertahankan kekuasaan oleh pihak penguasa. Penguasa disini memiliki arti luas, tidak hanya terbatas pada penguasa negara (pemerintah).

Hegemoni bisa didefinisikan sebagai: dominasi oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya, dengan atau tanpa ancaman kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan terhadap kelompok yang didominasi diterima sebagai sesuatu yang wajar (common sense)

Hegemony is the dominance of one group over other groups, with or without the threat of force, to the extent that, for instance, the dominant party can dictate the terms of trade to its advantage; more broadly, cultural perspectives become skewed to favor the dominant group. Hegemony controls the ways that ideas become “naturalized” in a process that informs notions of common sense (http://en.wikipedia.org/wiki/Hegemony)
(Disunting dari hasil searching dari oom google)




Namun setelah reformasi kemajemukan ideologi lewat partai politik pun menemui titik terang kembali, namun lagi-lagi tidak menjalankan Ideologi dengan baik, sama halnya dengan orde baru, Parpol hanya sebagai kendaraan mencari kekuasaan bagi para kadernya. Selain krisis identitas, sebagian besar parpol di Indonesia tidak memiliki ideologi. Kalaupun ada, hanya dijadikan aksesoris partai semata, tidak menjadi acuan dalam tingkah laku para elite dan dalam perjuangan politik partai bersangkutan. Dengan demikian, keberadaan ideologi itu hanya simbolis, tidak di terapkan dan di jadikan dasar partai.

Pada zaman sekarang ini, Pemrintahan Indonesia diisi oleh orang-orang yang tak berideologi, Ideologi sudah tidak mendapatkan tempatnya di Senayan dan Pemerintahan. Coba kita lihat siapa pemenang pemilu tahun 2009 ini? partai yang hanya mengandalkan sosok tokoh, seperti halnya seorang penjual sapi glondongan, yang hanya menjual fisik luar sapi tersebut, namun sebenarnya isi daging sapi tersebut hanya sedikit, dan kebanyakan airnya saja, atau dengan kata lain, sapi tersebut kosong tanpa isi. Dan lebih parahnya lagi partai tersebut tidak memiliki "jualan" Ideologi yang jelas. Dan itu bisa terlihat jelas sekarang perjalanan bangsa ini tanpa ideologi..

Dan kita lihat yang tadinya teriak-teriak sebagai partai oposisi dan berideologikan nasionalis sebagai pembela wong cilik, namun apa daya, saat seorang tokoh partai ini "di imingi" kekuasaan sebgaia ketua MPR, semuanya semakin tidak jelas. Disini terlihat adanya "pemerataan atau penunggalan" Ideology Hegemony dari pemerintah yang berkuasa. Sama halnya dengan orde baru, semua yang bertentangan di habisi, namun sekarang caranya beda, yaitu dengan cara halus, yaitu dengan menyatukan paham dengan kekuasaan. Secara logis rasanya tidak mungkin dengan jumlah kursi yang kalah dari pemenang pemilu kemarin, seorang ketua MPR terpilih berasal dari partai yang jumlah kursinya minoritas di senayan. Ini salah satu pertanyaan yang tidak harus kita cari kebenarannya, namun kita simpan untuk sebuah revolusi kembali, bukannya sekarang kita takut dengan berdiam diri, namun kita ambil sebagai perenungan dan pemahaman politik kita agar jangan sampai kita kehilangan ideologi seperti mereka-mereka, biarkanlah kita sebagai kaum marjinal yang terhormat. Karena kebenaran yang di maksud kita tak akan sama dengan kebenaran orang-orang pragmatis tersebut, mereka dengan gagah dan teori-teori wacana mereka membela diri dan menganggap kita tak tahu apa-apa, nanti kita di cap sebagai pembangkang dan pemberontak. Itu semua terlihat dari mereka di kalangan elite yang tidak mau menerima perbedaan, terlihat dengan tak jelasnya oposisi di pemerintahan, mereka semua ingin semuanya satu (Hegemony) yaitu membantu pemerintahan, namun pemerintaha yang tak jelas arahnya. Mungkin contoh jelas lainnya sekarang adalah kasus KPK yang sebenarnya bisa jadi "Oposisi" di dalam pemerintahan, namun apa yang terjadi? Pemerintah yang sekarang berkuasa seakan akan "menghapus" oposisi terakhir ini. Mungkinkah kediktatoran akan kembali terjadi? Sekarang ini Parpol digunakan sebagai alat mencapai kekuasaan oleh para kadernya, Parpol sudah tidak mementingkan Ideologi dasar mereka sebagai penyambung ideologi rakyat ke pemerintahan, makanya sekarang ke banyakan janji-janji palsu dari Parpol kepada rakyatnya.

Memang orang-orang yang konservatif akan membiarkan hal ini terjadi begitu saja, tanpa mau memikirkan ideologi, dengan wacana mereka yang hanya sekadar ikut-ikutan atau mencari aman saja, mereka menganggap yang dominan atau Hegemony lah yang terbaik dan benar. Mereka mengesampingkan dan melupakan suatu hal yang mendasar, yaitu mau di bawa kemana bangsa kita bila tak memiliki identitas sebagai bangsa. Kita sering teriak-teriak dengan so sucinya bahwa kita adalah negara Islam, semua hal yang di anggap tak suci dan keluar dai norma di tentang habis-habisan. Lalu ada yang teriak kalo kita berideologikan Pancasila, semua harus mengacu pada Pancasila, bagi yang menentangnya akan di anggap pembangkang dan di cap komunis. Itulah mengapa sekarang partai-partai yang berideologi nasionalisme menjadi partai "pinggiran" yang sepi peminatnya, karena Partai ini minoritas dan di aggap ga sejalan dengan biorkrasi atau mendapat image sebagai pembangkang.

Apa kita hanya ikut"an wacana mana yang paling banyak di pakai, dan itu kita anggap benar, kemudian dengan begitu kita bisa hidup damai dan aman? secara fisik mungkin ia, tapi secara ideologi tidak sama sekali. Negara Kita sama halnya seperti perahu limbung tanpa peta tujuan yang tak punya arah, kita terombang-ambing di mainkan oleh ombak, kemana angin besar berhembus, kesana lah kita tertuju, walaupun tujuan itu menyesatkan sekalipun.

Identitas tak lagi di hiarukan, tetapi hanya jadi alat kekuasaan, yang mana yang pouler atau orang banyak suka, disitulah dirinya menjadi seorang yang disuka tersebut, layaknya seorang pahlawan kesiangan yang didandani agar tampil keren di depan publik. Dan dampaknya sudah sangat jelas sekarang buat bangsa kita ini. Kita sering tak dihargai oleh bangsa-bangsa lain, kita pun sekarang menjadi bangsa yang benalu, hanya mengikuti bangsa lain yang super power, kita tak lain sebagai bangsa yang pragmatisme, yang menguntungkan bagi kita, kita ikuti walau bertentangan dengan diri kita, kita seakan menjadi “pelacur” kapitalisme dan meninggalkan rakyat-rakyat kecil yang di anggap tak penting dan tak tahu apa-apa. Itu terlihat dari segi ekonomi, menurut para priayi yang di untungkan oleh menteri keuangan beranggapan bahwa perekonomian Indonesia mengalami perkembangan yang baik dengan jumlah inflasi yang meningkat. Namun apa kata rakyat kecil? Harga kok semakin naik? Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Mereka gak tahu tuh soal inflasi dan tetek bengek lainnya, yang rakyat tahu hanyalah bagaimana caranya harga sembako bisa turun dan mereka mendapat keadilan social sesuai dengan Hak mereka sebagai warga Negara yang dilindungi oleh UUD.

Itulah ciri bangsa kita yang telah kehilangan Ideologi, bila memang benar-benar mengacu pada Pancasila, apakah sudah mengamalkan sila ke-5, yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. apakah sudah adil bagi seluruh rakyat Indonesia?? Apakah Ideologi hanya sebatas aksesoris dan simbol gaya-gayaan saja tanpa di perjuangkan oleh pemerintah yang berkuasa?? Inilah yang terjadi bila negeri yang kita cintai ini tidak mempunyai dasar atau landasan Ideologi dalam berbangsa dan bernegara. Hanya sekedar cari aman dengan "berlindung" dari negara adi kuasa yang menjadikan kita sebagai boneka dan “pelacur”. Rakyat pun juga menjadi “pelacur” di Negeri sendiri yang di bayar murah oleh bangsa asing yang berkedok sebgai pahlawan kesiangan (sama halnya masuknya Jepang sebagai penjajah yang berkedok sebagai pelindung Asia). Dan tanpa Ideologi, Bagsa kita tak akan benar-benar Merdeka, kita akan terus di jajah oleh Ideologi yang Kuat dari bangsa lain yang lebih Besar. Aku jadi teringat perkataan Bung Syahrir dan Bung Hatta : “Ada baiknya kita didik terlebih dahulu rakyat kita, barulah kita bisa merdeka” Dan mungkin kita harus merenung, apakah kemerdekaan ini hanyalah bersifat semu dan di dokumentasikan melalui teks proklamasi semata, tapi tidak di alami lahir dan batin.

Pengantar pengertian Ideologi itu sendiri..
Dalam ilmu sosial sendiri, ideologi politik adalah sebuah himpunan ide dan prinsip yang menjelaskan bagaimana seharusnya masyarakat bekereja, dan menawarkan ringkasan order masyarakat tertentu. Ideologi politik biasanya mengenai dirinya dengan bagaimana mengatur kekuasaan dan bagaimana seharusnya dilaksanakan.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Ideologi adalah pemikiran yang mencakup konsepsi mendasar tentang kehidupan dan memiliki metode untuk merasionalisasikan pemikiran tersebut berupa fakta, metode menjaga pemikiran tersebut agar tidak menjadi absurd dari pemikiran-pemikiran yang lain dan metode untuk menyebarkannya.
(Disunting dari searching di oom google)