Sebelumnya gue mau bilang: Terima kasih Tuhan atas semua yang engkau berikan di tahun ini. Ini Tahun yang berat buat gue.. Ya gak berat juga sih, ada bahagianya. Di Tahun ini gue wisuda dan diterima kerja di perusahaan yang lumayan keren.
Di Tahun ini, emosi sesaat membuat gue menyesal, tapi kata menyesal disini gue ganti dengan belajar. Ya belajar segalanya. Belajar sabar, menghargai seorang pasangan nantinya kalo gue punya, dan yang pasti belajar galauu! Fakk!! Oke gpp itu adalah warna di 2011
Jujur di 2011 ini gue jahat banget, memainkan perasaan seseorang. Gue udah menyia-nyiakan dia, tapi di Tahun ini gue juga coba untuk deketin dia lagi. Yaps itu salahhh besarr... Wajar kalau dia marah, karena bagi gue dia cewe yang berbeda, dan karena berbeda itulah gue masih “sayang” sama dia. But Let It be, kita bahas yang lain aja.
Bagi gue hidup itu adalah distorsi, selalu memunculkan hal-hal kejutan dan warna disetiap perjalanannya. Itulah mengapa gue percaya akan sebuah quotes: “Hidup itu adalah bagaimana kita menjalankannya, bukan bagaimana kita memulainya”. Jadi jalanin aja, gak usah menyesal dengan apa yang lo perbuat dahulu, rubah hidup lo jadi lebih baik, sama halnya dengan kata belajar tadi. Distorsi membuat kita belajar.
Oke 2011 tahun yang keren. Di Tahun ini gue senang dan bangga menjadi bagian perjalanan populernya Stand Up Comedy di Indonesia. Dan ini adalah sejarah, gue pun banggan menjadi bagian kecil dari sejarah tersebut, ya gue disini menjadi salah satu kreatif di Program talent search: Stand Up Comedy Indonesia. Ini adalah program pencetus populernya Stand Up Comedy di Indonesia. Dan itu semua bagi gue adalah sebuah pengalaman yang keren dan penuh dengan distorsi.
Bagi gue Stand Up Comedy di Indonesia akan memberikan alternatif komedi bagi masyarakat Indonesia yang mungkin juga belum jenuh dengan komedi-komedi yang ada, tapi gue yakin pelan-pelan Stand Up Comedy akan berdiri sejajar dengan komedi-komedi yang udah ada sebelumnya di Indonesia. Let’s Make Laugh sodaraku :D
Dan hal yang paling penting di 2011 ini adalah soal asmara. Jujur gue masih sayang sama “Gadis Garam”, oke 2011 gue akuin gue gak move on. Setiap deketin cewe pasti compare dengan si Gadis Garam, hahaha.. Yasudahlah itu 2011.
Di akhir 2011 ini tadinya gue mau memastikan dan mau gue rangkum pas ketemu dia pada saat dia sakit, gue mau ngomong gue masih Sayang sama dia. Tapi gagal, haha.. Yasudahlah lagi :D
Sekarang 2011 sudah berakhir, sekarang sudah 2012. Sialnya di awal banget Tahun 2012, catet yah di garis bawahi AWAL TAHUN 2012 (gak sengaja kepencet caps lock nys) gue mendapati sebuah kenyataan yang membuat gue jadi gak tau harus gimana?? Entah gue harus sedih atau senang. Tapi jujur gue nyesek dan sedih lah yah secara. Dan kenyataan itu adalah si Gadis Garam telah jadiaaann meenn dengan cowo laen. Itu mungkin suatu jawaban klimaks dari penantian gue terhadap dia selama ini. Dan intinya bukan mengawali Tahun 2012 dengan semangat, gue malah mengawalinya dengan .... Yah itu lah gak usah ditulis. Tapi gue mau kasih selamat buat dia, akhirnya dia dapet cowo yg mungkin lebih baik dari gue :) Selamat..
Tapi yaudahlah gak usah mikirin orang lain lebih baik gue mikirin kehidupan gue, dan untungnya gue penganut pemikiran: HIDUP ITU ADALAH BAGAIMANA KITA MENJALANKANNYA, BUKAN BAGAIMANA KITA MEMULAINYA! Oleh karena itu, gue rasa mau awal kaya gimanapun, yang penting dari kehidupan gue di Tahun 2012 ini adalah bagaimana nanti gue menjalankannya, masih banyak seribu kesempatan untuk gue bisa belajar dan memperbaiki kehidupan dan hati gue pastinya :D hehee..
See yaa..
Bye bye Blackbird 2011. And Wilujeng Sumping 2012. Gue gak sabar menunggu dan menanti Distorsi di 2012 ini. Life is Distortion! Let's Make Laugh!!
The Inner Light
"Without going out of your door, You can know all things of earth.. With out looking out of your window, You could know the ways of heaven.."
Rabu, 04 Januari 2012
Rabu, 07 September 2011
gadis pemakan garam
Kini..
Kau sangat bersinar..
Sinarmu membuat Semua orang ingin mengenalmu
Membuat Semua pria pun ingin memilikimu
Aku memang bodoh telah meninggalkanmu
Tapi.. bukan bodoh karena kamu sekarang bersinar
Aku pun tidak menyesalkan itu
Aku tidak menyukai segala sinarmu
Aku menyukaimu sama seperti dulu
Kamu yang suka memakan garam
Kau tetap gadis pemakan garam yang selalu bersinar selamanya
Aku menyesal dan rindu akan rasa asin yang selalu kau berikan padaku..
Wahai Gadis garam ku..
Dan aku tau kau takkan pernah kembali padaku
Sekarang aku hanya ingin satu..
Aku hanya ingin kau bahagia dan sehat selalu
Teruslah memakan garam wahai gadis pemakan garam :)
Kau sangat bersinar..
Sinarmu membuat Semua orang ingin mengenalmu
Membuat Semua pria pun ingin memilikimu
Aku memang bodoh telah meninggalkanmu
Tapi.. bukan bodoh karena kamu sekarang bersinar
Aku pun tidak menyesalkan itu
Aku tidak menyukai segala sinarmu
Aku menyukaimu sama seperti dulu
Kamu yang suka memakan garam
Kau tetap gadis pemakan garam yang selalu bersinar selamanya
Aku menyesal dan rindu akan rasa asin yang selalu kau berikan padaku..
Wahai Gadis garam ku..
Dan aku tau kau takkan pernah kembali padaku
Sekarang aku hanya ingin satu..
Aku hanya ingin kau bahagia dan sehat selalu
Teruslah memakan garam wahai gadis pemakan garam :)
Minggu, 24 Juli 2011
Menanti Pelangi di Halte
Petang itu aku bergegas pulang dari kantor
Menunggangi kuda besi
Melewati rimba beton ibu kota
Menelusuri kenangan didalamnya
Sssssssssssssiiiiiiiingggggggggggggggg
Petang dijakarta layaknya pasar pagi
Padat, sesak dan berisik
Dampaknya pun membuatku semakin konservatif
Terpikir akan sebuah kisah lalu
Petang itu langit tampak sangat gelap sekali
Memerah memancarkan kejengahan
Byuuuuurrrrrrrrrrrrrr
Hujan pun turun sederas-derasnya
Mengguyur seisi ibu kota
Lalu kutepikan motor disebuah halte
Srreeeettttttttttt
Di halte itu....
Aku melihat sepasang muda-mudi sedang memadu kasih
Aku pun dahulu pernah seperti itu
Memadu kasih berdua dengannya
Dahulu..
Disaat hujan turun
Aku dan dia sering berteduh di halte
Berdua menunggu hujan reda hingga muncul pelangi
Disaksikan pelangi
Aku dan dia mengucapkan janji
Janji saling setia hingga kapanpun
Indah.....
Ssssshhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
Namun itu semua hanya masa lalu
Yang ada sekarang hanyalah rasa penyesalan
Hujan pun tak kunjung reda
Malah semakin deras
Namun aku akan terus sabar
Menunggu hujan reda
Hingga pelangi kembali hadir
Menuntunku untuk kembali menjemput dirinya
Menunggangi kuda besi
Melewati rimba beton ibu kota
Menelusuri kenangan didalamnya
Sssssssssssssiiiiiiiingggggggggggggggg
Petang dijakarta layaknya pasar pagi
Padat, sesak dan berisik
Dampaknya pun membuatku semakin konservatif
Terpikir akan sebuah kisah lalu
Petang itu langit tampak sangat gelap sekali
Memerah memancarkan kejengahan
Byuuuuurrrrrrrrrrrrrr
Hujan pun turun sederas-derasnya
Mengguyur seisi ibu kota
Lalu kutepikan motor disebuah halte
Srreeeettttttttttt
Di halte itu....
Aku melihat sepasang muda-mudi sedang memadu kasih
Aku pun dahulu pernah seperti itu
Memadu kasih berdua dengannya
Dahulu..
Disaat hujan turun
Aku dan dia sering berteduh di halte
Berdua menunggu hujan reda hingga muncul pelangi
Disaksikan pelangi
Aku dan dia mengucapkan janji
Janji saling setia hingga kapanpun
Indah.....
Ssssshhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
Namun itu semua hanya masa lalu
Yang ada sekarang hanyalah rasa penyesalan
Hujan pun tak kunjung reda
Malah semakin deras
Namun aku akan terus sabar
Menunggu hujan reda
Hingga pelangi kembali hadir
Menuntunku untuk kembali menjemput dirinya
Selasa, 19 April 2011
PUISI untuk Seorang Gadis Pemakan Garam
Panggilannya adalah si gadis pemakan garam
Sehari, dia bisa menghabiskan 2004 butir garam
Dari memejamkan mata, hingga matanya termeram
Dia suka garam, dialah gadis pemakan garam
Tapi, sekarang dia sedang geram
Karena aku menitipkannya pada Neptunus sang pengeram
Ku meninggalkannya bukan berarti aku tidak sayang dan tidak muram
Aku sangat rindu dan ingin menjemputmu kembali wahai gadis pemakan garam
Wahai Neptunus! Sampaikan salam, untuk si gadis pemakan garam
******
Hei gadis pemakan garam, apa kabar?
Kuharap kau menantiku disana dengan sabar
Kan ku bawa 2004 butir garam untukmu
Sebagai syarat permintaan maafku padamu
Kukan berjanji untuk mecari kunci membuka gerebang kerajaan Neptunus
Bila berhasil, akan ku peluk dirimu dan takkan terputus
Selamanya kau dan aku di planet Uranus
Gadis pemakan garam dan aku si pemuda Aquarius
*********
Siang itu, aku sedang berbaring
Dibawah pohon rindang yang keriting
Daun-daun pun berjatuhan dari ranting
Terpikir olehku gadis pemakan garam yang membuatku melting
Pandangku melihat kelangit yang sudah sedikit menguning
Kuterperana menyaksikan parade awan berbaris bak biri-biri keriting
Dan kudengar awan biri itu mengembik berdering!
Memalingkan hati yang terpelanting
******
Sekarang aku memang sendiri
Terus memikirkan gadis pemakan garam yang terbui
Tapi aku yakin aku akan berhasil menjemputnya kembali
Mengisi hati dan cinta yang bersemi seperti dulu lagi
Sehari, dia bisa menghabiskan 2004 butir garam
Dari memejamkan mata, hingga matanya termeram
Dia suka garam, dialah gadis pemakan garam
Tapi, sekarang dia sedang geram
Karena aku menitipkannya pada Neptunus sang pengeram
Ku meninggalkannya bukan berarti aku tidak sayang dan tidak muram
Aku sangat rindu dan ingin menjemputmu kembali wahai gadis pemakan garam
Wahai Neptunus! Sampaikan salam, untuk si gadis pemakan garam
******
Hei gadis pemakan garam, apa kabar?
Kuharap kau menantiku disana dengan sabar
Kan ku bawa 2004 butir garam untukmu
Sebagai syarat permintaan maafku padamu
Kukan berjanji untuk mecari kunci membuka gerebang kerajaan Neptunus
Bila berhasil, akan ku peluk dirimu dan takkan terputus
Selamanya kau dan aku di planet Uranus
Gadis pemakan garam dan aku si pemuda Aquarius
*********
Siang itu, aku sedang berbaring
Dibawah pohon rindang yang keriting
Daun-daun pun berjatuhan dari ranting
Terpikir olehku gadis pemakan garam yang membuatku melting
Pandangku melihat kelangit yang sudah sedikit menguning
Kuterperana menyaksikan parade awan berbaris bak biri-biri keriting
Dan kudengar awan biri itu mengembik berdering!
Memalingkan hati yang terpelanting
******
Sekarang aku memang sendiri
Terus memikirkan gadis pemakan garam yang terbui
Tapi aku yakin aku akan berhasil menjemputnya kembali
Mengisi hati dan cinta yang bersemi seperti dulu lagi
Senin, 17 Januari 2011
RAYAKAN PERBEDAAN!!
Beberapa waktu lalu ane bertandang ke kota Bandung. Yang katanya kota modern, yang menerima berbagai macam kebudayaan yang ada. Namun ane dikejutkan dengan Spanduk yang isinya adalah larangan untuk membangun tempat ibadah di daerah tersebut. Namun disini ane ga mau menyebut nama Daerah tepatnya, karena disini ane juga menghargai keputusan mereka. Tapi sayang sekali ane gak bawa kamera untuk poto tuh Spanduk sebagai bukti tulisan ane ini, namun kira-kira tulisan spanduknya seperti ini :
"Setelah melalui kesepakatan bersama, Warga daerah ini menolak pembangunan Gereja"
Ya begitulah kira-kira isi spanduknya. Ane nulis ini bukan untuk mempropokasi antar umat beragama.
kasus ini merupakan sebuah kajian yang bagus buat ane dan kita semua untuk dapat menghargai sesama umat Manusia, walau beda Suku, Ras, dan Agama. Mengapa pada Zaman sekarang masih ada aja yang melakukan hal seperti ini. Bukankah Era Kegelapan (Dark Age) di Abad Pertengahan udah lewat beberapa Abad yang lalu? Dimana Agama benar-benar terpelosok ke dalam lembah kenistaan, di Zaman itu nama Agama dan Tuhan dibawa-bawa untuk mempertahankan kekuasaan para Penguasa dan untuk pengekangan bagi orang-orang yang melanggar perintah Penguasa saat itu. Dan seharusnya Era itu sudah berakhir dari kapan tau, dimulai dengan gerakan Humanisme Italia, yang mempelopori Zaman Renesans hingga Post-Modern sekarang ini.
Kembali ke masalah. Ane masih bingung, atas dasar apa mereka (warga daerah itu) melakukan pelarangan pembangunan Gereja? Ane juga belum tau, tapi apapun alasan mereka, semua Manusia berhak mendapatkan kebebasan untuk beribadah, dan itu semua dilindungi oleh Undang-Undang (UUD Pasal 29). Ane ga mau membela atau pun menyinggung satu kelompok tertentu, tapi disini ane ingin mempertanyakan sampai sejauh mana batasan kekuasaan Manusia untuk menyentuh kebebasan Manusia lain? Apakah Manusia terlalu sombong dengan menganggap dirinya paling benar sama dengan Tuhan? Haruskah Manusia mempunyai kuasa yang sama dengan Tuhan? Apakah seorang Kiyai Haji, para Habaib, Wali, Paus Paulus, Pendeta, Rabi, Biksu, Presiden, Raja, Jendral, atau Tokoh Masyarakat yang dituakan mendapatkan kesetaraan kuasa dengan Tuhan? Sehingga mereka bisa melakukan apa saja sesuai dengan kehendaknya yang mengatasnamakan kebenaran atau Tuhan? Tak sadarkah mereka bahwa mereka hanyalah Manusia biasa, sama dengan kita? Mereka juga bukanlah Nabi yang sudah ditutup oleh Muhammad SAW? Bahkan Nabi sendiri tidak pernah melakukan hal yang semena-semena terhadap umat Manusia, kecuali atas perintah Tuhan langsung.
Jadi pada intinya kasus ini hanyalah masalah Hegemoni. Dimana kelompok Dominant melakukan ‘diskriminasi’ terhadap kelompok Minoritas atau Oposisi. Dan dalam kasus ini yang menjadi kelompok Dominant adalah Kelompok Non-Nasrani di daerah tersebut yang melakukan diskriminasi terhadap kelompok Minoritas kaum Nasrani di daerah tersebut. Oleh karena itu terjadilah pelarangan pembangunan Gereja di daerah tersebut. Sangat jelas sekali disini masalah Hegemoni, dimana Tokoh Masyarakat daerah tersebut memanfaatkan kekuasaanya untuk meng-Hegemoni daerah tersebut, dengan mengatasnamakan Adat, Etika, Agama, Suku, atau apalah pemikiran metalnya. Jadi disini bukanlah soal siapa yang paling benar atau suara terbanyak, tetapi disini hanyalah kepentingan Politik Hegemoni dari Pemuka Adat daerah tersebut untuk mempertahankan kekuasaan Ideologinya.
Dia menganggap dirinya dan pemikirannya paling benar sendiri dengan membawa-bawa nama Agama dan Tuhan. Kalau kita bicara soal kebenaran berarti kita bicara soal Yang Maha Sempurna, yaitu Tuhan. Bila Dia (Tokoh Masyarakat daerah itu) melarang pembangunan Gereja yang notabenanya adalah tempat Beribadah kaum Nasrani kepada Tuhan. Berarti si Tokoh Masyarakat tersebut telah melarang Manusia untuk Beribadah kepada Tuhan? Tuhan semua makhluk pada intinya adalah Satu. Tuhan Yang Maha Esa, apapun namaNYA dalam berbagai Agama atau kepercayaan, dia tetap Tuhan, Dia mengajarkan Kebaikan kepada kita Manusia. Masalah siapa yang paling benar, itu semua kita kembalikan kepada kita semua sesuai kepercayaan kita masing-masing, tak ada larangan ataupun paksaan. Dalam Al-Quran (QS Al-kafirun:6) sesuai dengan bunyi ayat Lakum Dinukum Waliyadin, Agama mu Agama mu, Agama ku Agama ku. Manusia tidak berhak bertindak sebagai Tuhan dengan merasa dirinya paling benar dengan memvonis Manusia lain sesat atau tidak. Biarkanlah kita berhubungan dengan Tuhan kita atau Hablumminallah dengan cara dan kepercayaan kita masing-masing, dan kita tetap menghargai sesama Manusia walau berbeda dalam hal apapun, kita harus tetap menjalin hubungan dengan baik atau Hablumminanas dengan sesama Manusia.
Jadilah Manusia yang beragama sebenarya, bukan beragama penuh dengan kepalsuan dan gaya-gayan yang malah membuat kita terlihat seperti orang tak beragama. Jagalah Agama mu, jangan sampai Agamu mu terlihat jelek karena kalakuan burukmu. Disini ane sebagai Muslim, ane mau menunjukkan kepada semua orang kalau Islam adalah Agama yang damai, indah dan sempurna. Tunjukkanlah dengan kelakuanmu. Karena apa yang terlihat Lahiriah, itu menunjukkan Batiniyahnya juga. Jangan sampai nama Islam ternoda dengan perbuatan-perbuatan tercela. Hargailah mereka dalam perbedaan. Rayakan Perbedaan!! Perbedaan adalah anugrah, Tuhan menciptakan MakhlukNYA dengan berbeda-beda, dengan tujuan untuk saling mengenal, belajar, menghargai, membantu, instropeksi, dll. Bila tanpa perbedaan, kita tak bisa menilai mana yang baik buat kita dan mana yang buruk buat kita, atau mana yang Hak dan mana yang Bathil.
Jadi:
Rayakanlah Perbedaan!! Freedom for All Human!!
"Setelah melalui kesepakatan bersama, Warga daerah ini menolak pembangunan Gereja"
Ya begitulah kira-kira isi spanduknya. Ane nulis ini bukan untuk mempropokasi antar umat beragama.
kasus ini merupakan sebuah kajian yang bagus buat ane dan kita semua untuk dapat menghargai sesama umat Manusia, walau beda Suku, Ras, dan Agama. Mengapa pada Zaman sekarang masih ada aja yang melakukan hal seperti ini. Bukankah Era Kegelapan (Dark Age) di Abad Pertengahan udah lewat beberapa Abad yang lalu? Dimana Agama benar-benar terpelosok ke dalam lembah kenistaan, di Zaman itu nama Agama dan Tuhan dibawa-bawa untuk mempertahankan kekuasaan para Penguasa dan untuk pengekangan bagi orang-orang yang melanggar perintah Penguasa saat itu. Dan seharusnya Era itu sudah berakhir dari kapan tau, dimulai dengan gerakan Humanisme Italia, yang mempelopori Zaman Renesans hingga Post-Modern sekarang ini.
Kembali ke masalah. Ane masih bingung, atas dasar apa mereka (warga daerah itu) melakukan pelarangan pembangunan Gereja? Ane juga belum tau, tapi apapun alasan mereka, semua Manusia berhak mendapatkan kebebasan untuk beribadah, dan itu semua dilindungi oleh Undang-Undang (UUD Pasal 29). Ane ga mau membela atau pun menyinggung satu kelompok tertentu, tapi disini ane ingin mempertanyakan sampai sejauh mana batasan kekuasaan Manusia untuk menyentuh kebebasan Manusia lain? Apakah Manusia terlalu sombong dengan menganggap dirinya paling benar sama dengan Tuhan? Haruskah Manusia mempunyai kuasa yang sama dengan Tuhan? Apakah seorang Kiyai Haji, para Habaib, Wali, Paus Paulus, Pendeta, Rabi, Biksu, Presiden, Raja, Jendral, atau Tokoh Masyarakat yang dituakan mendapatkan kesetaraan kuasa dengan Tuhan? Sehingga mereka bisa melakukan apa saja sesuai dengan kehendaknya yang mengatasnamakan kebenaran atau Tuhan? Tak sadarkah mereka bahwa mereka hanyalah Manusia biasa, sama dengan kita? Mereka juga bukanlah Nabi yang sudah ditutup oleh Muhammad SAW? Bahkan Nabi sendiri tidak pernah melakukan hal yang semena-semena terhadap umat Manusia, kecuali atas perintah Tuhan langsung.
Jadi pada intinya kasus ini hanyalah masalah Hegemoni. Dimana kelompok Dominant melakukan ‘diskriminasi’ terhadap kelompok Minoritas atau Oposisi. Dan dalam kasus ini yang menjadi kelompok Dominant adalah Kelompok Non-Nasrani di daerah tersebut yang melakukan diskriminasi terhadap kelompok Minoritas kaum Nasrani di daerah tersebut. Oleh karena itu terjadilah pelarangan pembangunan Gereja di daerah tersebut. Sangat jelas sekali disini masalah Hegemoni, dimana Tokoh Masyarakat daerah tersebut memanfaatkan kekuasaanya untuk meng-Hegemoni daerah tersebut, dengan mengatasnamakan Adat, Etika, Agama, Suku, atau apalah pemikiran metalnya. Jadi disini bukanlah soal siapa yang paling benar atau suara terbanyak, tetapi disini hanyalah kepentingan Politik Hegemoni dari Pemuka Adat daerah tersebut untuk mempertahankan kekuasaan Ideologinya.
Dia menganggap dirinya dan pemikirannya paling benar sendiri dengan membawa-bawa nama Agama dan Tuhan. Kalau kita bicara soal kebenaran berarti kita bicara soal Yang Maha Sempurna, yaitu Tuhan. Bila Dia (Tokoh Masyarakat daerah itu) melarang pembangunan Gereja yang notabenanya adalah tempat Beribadah kaum Nasrani kepada Tuhan. Berarti si Tokoh Masyarakat tersebut telah melarang Manusia untuk Beribadah kepada Tuhan? Tuhan semua makhluk pada intinya adalah Satu. Tuhan Yang Maha Esa, apapun namaNYA dalam berbagai Agama atau kepercayaan, dia tetap Tuhan, Dia mengajarkan Kebaikan kepada kita Manusia. Masalah siapa yang paling benar, itu semua kita kembalikan kepada kita semua sesuai kepercayaan kita masing-masing, tak ada larangan ataupun paksaan. Dalam Al-Quran (QS Al-kafirun:6) sesuai dengan bunyi ayat Lakum Dinukum Waliyadin, Agama mu Agama mu, Agama ku Agama ku. Manusia tidak berhak bertindak sebagai Tuhan dengan merasa dirinya paling benar dengan memvonis Manusia lain sesat atau tidak. Biarkanlah kita berhubungan dengan Tuhan kita atau Hablumminallah dengan cara dan kepercayaan kita masing-masing, dan kita tetap menghargai sesama Manusia walau berbeda dalam hal apapun, kita harus tetap menjalin hubungan dengan baik atau Hablumminanas dengan sesama Manusia.
Jadilah Manusia yang beragama sebenarya, bukan beragama penuh dengan kepalsuan dan gaya-gayan yang malah membuat kita terlihat seperti orang tak beragama. Jagalah Agama mu, jangan sampai Agamu mu terlihat jelek karena kalakuan burukmu. Disini ane sebagai Muslim, ane mau menunjukkan kepada semua orang kalau Islam adalah Agama yang damai, indah dan sempurna. Tunjukkanlah dengan kelakuanmu. Karena apa yang terlihat Lahiriah, itu menunjukkan Batiniyahnya juga. Jangan sampai nama Islam ternoda dengan perbuatan-perbuatan tercela. Hargailah mereka dalam perbedaan. Rayakan Perbedaan!! Perbedaan adalah anugrah, Tuhan menciptakan MakhlukNYA dengan berbeda-beda, dengan tujuan untuk saling mengenal, belajar, menghargai, membantu, instropeksi, dll. Bila tanpa perbedaan, kita tak bisa menilai mana yang baik buat kita dan mana yang buruk buat kita, atau mana yang Hak dan mana yang Bathil.
Jadi:
Rayakanlah Perbedaan!! Freedom for All Human!!
Senin, 27 Desember 2010
Byebye Blackbird 2
Hey blackbird. Please don’t cry for me..
Kita tahu, Selama ini kita sering beselesih paham. Aku dengan pemikiranku, dan kamu dengan pemikiranmu.
Menurutku cinta gak harus dipaksakan. Gak adil bila kita harus memaksakan stigma cinta membuat semuanya menjadi “Halal”. Bila memang sudah tidak ada lagi konstruksi perasaan, Buat apa dipaksakan saling mencinta.
Terkadang cinta memang bisa membunuh logika, Tapi sebuah kedewasaan dalam bercinta membutuhkan logika. Logika membutuhkan sebuah konstruksi yang bisa diterima oleh nalar. Nalar pun harus berjalan selaras dengan perasaan.
Bila setiap malam minggu aku ditemani gitar dan segelas es teh tawar, Ga logis juga aku bisa mencintai kamu. Yang ada aku cinta sama gitar dan es teh tawar.
Menurutku cinta gak bisa terkonstruksi didalam sebuah kekosongan, Jarak yang membuat semuanya menjadi kosong. Walau waktu tempuh kita hanya 2 jam saja, Tapi tetap itu tidak bisa membangun sebuah candi. Bandung Bondowoso aja gagal membangun cinta dalam 24 jam, dan begitu pula dengan Sangkuriang. Gak penting dan ga nyambung juga sih statement tentang cerita rakyat itu tadi.
Oke, Balik lagi ke cinta. Cinta menurutku adalah dari mata turun ke hati. Bila aku tak bisa melihat dirimu, bagaimana aku bisa mencintai kamu.
Memang betapa lemahnya aku yang gak bisa menjalani LDR ini. Aku memang gak sehebat Kambing Jantan atau Adhitya Sofyan dalam menjalani LDR. Tapi bukan berarti aku tidak sehebat mereka. Aku lebih hebat kok dari mereka. Dan yang pasti ini bukan masalah LDR aja, tapi kita memang udah gak cocok.
Aku membutuhkan keseriusan dalam bercinta. Keputusanku ini adalah tindakan nyata dari keseriusanku dalam bercinta. Tak ada waktu lagi untuk bermain dengan cinta. Bila ini udah gak sehat buat apa lagi dipertahankan.
Maaf bila aku harus mengambil keputusan seperti ini. Aku mohon satu sama kamu. Pleaseee jangan dengerin lagu cengeng ya. Dengerin lagu The Beatles aja, Seperti Hey Jude, Let It Be, Yesterday, Blackbird, atau The Inner Light juga bisa. Lagu indie pop masih bisa menjadi rekomendasi deh.
Once again blackbird. This is for you..
Jika 4 tahun lalu, saat menembakmu, aku menggunakan kata-kata tolol, Sekarangpun demikian. Aku melepasmu terbang juga dengan serangkaian kata-kata tolol juga, walaupun tidak sekeren dengan pop-up saat nembak dulu.
Selamat tinggal Blackbird. Terbanglah yang tinggi dan sebebas yang kamu inginkan. Raihlah mimpimu, Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya. I always miss you. Bye-bye Blackbird :)
Kita tahu, Selama ini kita sering beselesih paham. Aku dengan pemikiranku, dan kamu dengan pemikiranmu.
Menurutku cinta gak harus dipaksakan. Gak adil bila kita harus memaksakan stigma cinta membuat semuanya menjadi “Halal”. Bila memang sudah tidak ada lagi konstruksi perasaan, Buat apa dipaksakan saling mencinta.
Terkadang cinta memang bisa membunuh logika, Tapi sebuah kedewasaan dalam bercinta membutuhkan logika. Logika membutuhkan sebuah konstruksi yang bisa diterima oleh nalar. Nalar pun harus berjalan selaras dengan perasaan.
Bila setiap malam minggu aku ditemani gitar dan segelas es teh tawar, Ga logis juga aku bisa mencintai kamu. Yang ada aku cinta sama gitar dan es teh tawar.
Menurutku cinta gak bisa terkonstruksi didalam sebuah kekosongan, Jarak yang membuat semuanya menjadi kosong. Walau waktu tempuh kita hanya 2 jam saja, Tapi tetap itu tidak bisa membangun sebuah candi. Bandung Bondowoso aja gagal membangun cinta dalam 24 jam, dan begitu pula dengan Sangkuriang. Gak penting dan ga nyambung juga sih statement tentang cerita rakyat itu tadi.
Oke, Balik lagi ke cinta. Cinta menurutku adalah dari mata turun ke hati. Bila aku tak bisa melihat dirimu, bagaimana aku bisa mencintai kamu.
Memang betapa lemahnya aku yang gak bisa menjalani LDR ini. Aku memang gak sehebat Kambing Jantan atau Adhitya Sofyan dalam menjalani LDR. Tapi bukan berarti aku tidak sehebat mereka. Aku lebih hebat kok dari mereka. Dan yang pasti ini bukan masalah LDR aja, tapi kita memang udah gak cocok.
Aku membutuhkan keseriusan dalam bercinta. Keputusanku ini adalah tindakan nyata dari keseriusanku dalam bercinta. Tak ada waktu lagi untuk bermain dengan cinta. Bila ini udah gak sehat buat apa lagi dipertahankan.
Maaf bila aku harus mengambil keputusan seperti ini. Aku mohon satu sama kamu. Pleaseee jangan dengerin lagu cengeng ya. Dengerin lagu The Beatles aja, Seperti Hey Jude, Let It Be, Yesterday, Blackbird, atau The Inner Light juga bisa. Lagu indie pop masih bisa menjadi rekomendasi deh.
Once again blackbird. This is for you..
Jika 4 tahun lalu, saat menembakmu, aku menggunakan kata-kata tolol, Sekarangpun demikian. Aku melepasmu terbang juga dengan serangkaian kata-kata tolol juga, walaupun tidak sekeren dengan pop-up saat nembak dulu.
Selamat tinggal Blackbird. Terbanglah yang tinggi dan sebebas yang kamu inginkan. Raihlah mimpimu, Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya. I always miss you. Bye-bye Blackbird :)
Sabtu, 04 September 2010
Antara ... dan ...
Sesosok makhluk nampak siluet dari kejauhan, berjalan menuju sebuah Altar. Sesampainya di Altar, perlahan tampaklah wujudnya. Dia tak berpakaian, terlihat jelas lekuk tubuhnya yang indah berwarna coklat pekat, terlihat jelas penis dan buah dadanya yang besar, rambutnya panjang hingga dubur. Dia memiliki wajah yang garang bak tentara Nazi, namun Dia berjalan gemulai bak model Prancis.
Tubuhnya langsung tergulai di Altar tersebut, Dia bersimpuh, kepalanya tertunduk dengan mata terpejam dan menitikkan air mata sambil berseraya halus : "Aku tidak tahu!"
Di sekeliling Altar tumbuh rimbun pepohonan berdiri tegak disana sini, seberkas sinar matahari menembus di antara ranting pohon satu dengan yang lain, kuning memancar lurus dari atas ke bawah bak batang pepohohan tak bercabang. Gemericik air sungai bersautan dengan gesekan antara daun pepohonan dan angin sepoi-sepoi, ditambah kicauan burung sesekali, menandakan suatu komunikasi alam yang harmonis disekeliling Altar.
Dia pun menegakkan kepalanya kembali secara perlahan, namun matanya masih terpejam, dahinya mengkerut, mulutnya menganga dan berteriak tak berkalimat sekencang-kencangnya.
Burung-burung yang tadinya hanya sesekali berkicau didahan pepohonan pun langsung bergegas terbang kesana-kemari seraya berkicau menggema di udara satu sama lain, dan membuat gesekan antara daun pepohonan dengan angin menjadi tak beraturan dan tak seirama dengan gemiricik air. Situasi alam disekitar Altar pun tak lagi seimbang, sinar matahari yang tadinya tegak menyaru bak batang pohon seakan tertebang oleh teriakannya.
Akhirnya Dia bangkit dan meninggalkan Altar. Dia pun kembali tampak siluet dan hilang begitu saja berbaur dengan udara.
Tubuhnya langsung tergulai di Altar tersebut, Dia bersimpuh, kepalanya tertunduk dengan mata terpejam dan menitikkan air mata sambil berseraya halus : "Aku tidak tahu!"
Di sekeliling Altar tumbuh rimbun pepohonan berdiri tegak disana sini, seberkas sinar matahari menembus di antara ranting pohon satu dengan yang lain, kuning memancar lurus dari atas ke bawah bak batang pepohohan tak bercabang. Gemericik air sungai bersautan dengan gesekan antara daun pepohonan dan angin sepoi-sepoi, ditambah kicauan burung sesekali, menandakan suatu komunikasi alam yang harmonis disekeliling Altar.
Dia pun menegakkan kepalanya kembali secara perlahan, namun matanya masih terpejam, dahinya mengkerut, mulutnya menganga dan berteriak tak berkalimat sekencang-kencangnya.
Burung-burung yang tadinya hanya sesekali berkicau didahan pepohonan pun langsung bergegas terbang kesana-kemari seraya berkicau menggema di udara satu sama lain, dan membuat gesekan antara daun pepohonan dengan angin menjadi tak beraturan dan tak seirama dengan gemiricik air. Situasi alam disekitar Altar pun tak lagi seimbang, sinar matahari yang tadinya tegak menyaru bak batang pohon seakan tertebang oleh teriakannya.
Akhirnya Dia bangkit dan meninggalkan Altar. Dia pun kembali tampak siluet dan hilang begitu saja berbaur dengan udara.
Langganan:
Postingan (Atom)