Rabu, 28 Oktober 2009

Pembahasan singkat IMMANUEL KANT (Kritisisme Jerman)


Immanuel Kant (Kritisisme Jerman) (1724-1804)

Dan pertanyaannya kenapa Immanuel Kant menyatakan filsafatnya kritisisme :
Karena I.Kant menggabungkan ke 2 paham yang bersebrangan, yaitu Rasionalisme Eropa yang teoritis, "a priori", sesuai rasio, dan terinspirasi oleh Plato dan Empirisme Inggris yang berpijak pada pengalaman, 'a posteriori" dan terinspirasi oleh Aristoteles.
I.Kant beranggapan kedua paham tersebut sama baiknya, dan bisa di gabungkan untuk mencapai hal yang sempurna.

I.Kant sebenarnya "meneruskan" perjuangan Thomas Aquinas yang pernah melakukannya.
Immanuel Kant sendiri mulanya sangat berpegang teguh dengan Rasionalisme, secara dia adalah seorang Jerman, namun dia tersadarkan akan Empirisme dari bukunya David Hume (filsuf Inggris).
Dan sejak itulah Immanuel Kant merasa Rasionalisme dan Empirisme bisa digabungkan dan merupakan sebuah bagian yang dapat melengkapi satu sama lain.
Immanuel Kant mengkritik Empirisme harus dilandasi dengan teori-teori dari rasionalisme sebelum di anggap sah melalui proses Epistomologi, itu merupakan isi dari buku pertama Immanuel Kant yang berjudul Critique Of Pure Reason (Kritik Atas Rasio Murni). Selain itru I.Kant juga menelurkan 2 buku lainnya yang juga menyatakan filsafat kritisisme, yaitu adalah Kritik atas Rasio Praktis (Etika) dan yang terakhir adalah Kritik atas Pertimbangan (Judgment) -Estetika- -beauty-

Immanuel Kant menganggap Empirisme (pengalaman) itu bersifat relative bila tanpa ada landasan teorinya..
contohnya adalah kamu selama ini tahu air yang dimasak sampai mendidih pasti akan panas, itu kita dapat dari pengalaman kita di rumah kita di Indonesia ini, namun lain cerita bila kita memasak air sampai mendidih di daerah kutub yang suhunya di bawah 0 derajat, maka air itu tidak akan panas karena terkena suhu dingin daerah kutub, kareena pada teorinya suhu air malah akan menjadi dingin. dan contoh lainnya adalah pada Gravitasi, Gravitasi hanya dapat di buktikan di bumi saja, tetapi tidak dapat di terapkan di bulan.
jadi sudah terbukti bahwa pengalaman itu bersifat relative, tidak bisa kita simpulkan atau kita amini begitu saja tanpa di buktikan dengan sebuah akal dan teori.
Dan oleh karena itu Ilmu pengetahuan atau Science haruslah bersifat berkembang, todak absolute atau mutlak dan tdak bertahan lama karena akan melalui perubahan yang mengikuti perkembangan zaman yang terus maju. (mungkin Sir Issac Newton bila hidup kembali bakal merevisi teroi Gravitasinya kembali)

Immanuel Kant menggabungkan dunia Ide Plato "a priori" yang artinya sebelum di buktikan tapi kita sudah percaya, seperti konsep ketuhanan dengan pengalaman itu sendiri yang bersifat "a posteriori" yaitu setelah di buktikan baru percaya, kata lainnya adalah kesimpulan dari kesan-kesan baru kemudian membentuk sebuah ide.

Pengalaman juga bersifat data-data Inderawi.
Makanya Immanuel Kant mengkritik Empirisme, data Inderawi sendiri harus di buktikan atau di cek dengan 12 kategori "a priori" rasio, baru setelah itu oke di putuskan sah.
"a priory" atau 12 kategori azas prinsipal abstark yang di bagi menjadi 4 oleh Immanuel Kant antara lain :
-Kuantitas --> Itung"an
-Kualitas ---> Baik dan buruk
-Relasi ---> Ada atau tidak
-Modalitas ---> Hubungan

Data-data indearwi harus di buktikan dulu dengan 12 kategori tadi, baru dapat di putuskan, itulah proses Kritisisme Rasionalis Jerman yang di ajarkan Immanuel Kant.
Metodelogi Immanuel Kant tersebut dikenal dengan metode Induksi, dari partikular data-data terkecil baru mencapai kesimpulan Universal.

menurut Immanuel Kant, Manusia sudah mendapatkan ke 12 kategori tersebut sejak terlahir di dunia ini, Teori itu terinspirasi dari Dunia Ide Plato

Immanuel Kant juga beranggapan bahwa data inderawi manusia hanya bisa menentukan Fenomena saja.
Fenomena itu sendiri adalah sesuatu yang tampak yang hanya menunjukkan fisiknya saja.
seprti Benda pada dirinya, bukan isinya atau idenya. sperti ada ungkapan "The Think in itself"
Sama halnya dengan Manusia hanya bisa melihat Manusia lain secara penampakannya saja atau fisiknya saja, tetapi tidak bisa melihat ide manusia tersebut.
Inderawi hanya bisa melihat Fenomena (fisik) tapi tidak bisa melihat Nomena (Dunia IDE abstrak--> Plato)

Immanuel Kant memang cenderung mendapatkan "ilham" atau terinmspirasi dari Plato, tapi tidak semuanya, dia "menyempurnakannya" dengan menggabungkan dengan Pengalaman Empirisme ajaran Aristoteles.
Plato beranggapan Fenomena yang membentuk Nomena, Ide di atas segalanya, Ide yang membentuk sebuah yang nyata, seperti halnya TUHAN menciptakan Manusia.

Immanuel Kant terinspirasi dari Plato terlihat dari teori 3 postulat "buatan" I.Kant ---> sesuatu yang kita percaya, namun sulit dibuktikan.
1. Free Will --> Kehendaqk yang bebas
2. Keabadian Jiwa --> Immortaolitas Jiwa (warisan Plato --. Manusia mati, tetapi Jiwa tak pernah Mati, makanya IDE bersifat abstrak dan di atas segalanya)
3. TUHAN

Immanuel Kant juga berbicara soal Taste
Taste disini menurutnya adalah
Kemampuan untuk mempertimbangkan ke 12 kategory a priori tersebut yang tak bisa di ukur secara fisik (Contoh dalam Seni tak bisa di ukur secara Fisk atau tampilan luarnya saja, tapi liat dari Idenya) dan juga harus tanpa Pamrih dan tanpa melibatkan kepentingan tertentu. dan setelah melewati itu semua baru kita dapat merasakan sebuah taste atau sebuah keindahan yang sesungguhnya. Karena Rasa ataupun keindahan tidak boleh di pengaruhi oleh apapun, harus bersifat entitas abstrak.



Itulah sedikit penjabaran tentang Immanuel Kant, seorang pencetus Kritisisme Rasionalis Jerman. Yang juga mungkin dapat "menjawab atau membuktikan" akan keberadaan TUHAN bagi kaum Empirisme Inggris yang mencari TUHAN dengan data-data Inderawi.

Danke..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar