Senin, 28 Desember 2009

Demokrasi yang di Hegemoni. (Contoh kasus Penarikan Buku Gurita Cikeas)

Satu lagi kasus Hegemoni muncul ke permukaan public. Kasus kali ini menimpa pengarang buku yang berjudul “Membongkar Gurita Cikeas : Di Balik Skandal Bank Century", karya George Junus Adijtondro. Nah bagus nih ada suatu kajian baru lagi buat gw dan temen-temen. Emang ya Jakarta tuh “Surga” buat mengkaji segala masalah Sosial, karena di setiap detik selalu muncul masalah social. Yang memang masalah ini akarnya adalah dari Hegemoni. Memang bukan cuma masalah Hegemoni aja sih yang terjadi saat ini, tetapi disini gw bakal mengkaji ini dengan teori Hegemoni yang udah meng-Hegemoni gw, hahaha..

Sebelum gw masuk lebih jauh, gw mw membuat pengantar soal Hegemoni dulu nih. Apa sih Hegemoni? Istilah Hegemoni sendiri berasal dari istilah Yunani = hegeisthai (to lead). Hegemoni adalah usaha dalam mempertahankan kekuasaan oleh pihak penguasa. Dan menurut Mas Seno Gumira Adjidarma adalah Suatu jalan tempat kelompok-kelompok Dominant dalam Masyarakat berusaha bernegosiasi kelompok Oposisional dalam wilayah yang aman / mengamankan bagi kelompok Dominant untuk melanjutkan posisi kepemimpinan. Selain itu Hegemoni menurut si empunya nih teori, yaitu Oom Gramsci adalah Sebuah pandangan hidup dan cara berpikir yang dominan, yang di dalamnya sebuah konsep tentang kenyataan disebarluaskan dalam masyarakat baik secara institusional maupun perorangan; (ideologi) mendiktekan seluruh cita rasa, kebiasaan moral, prinsip-prinsip religius dan politik, serta seluruh hubungan-hubungan sosial, khususnya dalam makna intelektual dan moral. Beuhhh lebih berat nih Oom Gramci. Kita pake teorinya Mas Seno aja ya, hehe…

Dalam kasus penarikan buku “Membongkar Gurita Cikeas : Di Balik Skandal Bank Century", karya George Junus Adijtondro ini, terihat sangat jelas sekali Penguasa melakukan Hegemoni kepada kelompok Oposisi yang satu ini. Oposisi sendiri adalah kelompok yang mengawasi kebijakan dari penguasa, selain itu Oposisi juga bertindak sebagai perlawanan terhadap kelompok Dominant atau Penguasa yang kemudian akan menghasilkan Negosiasi. Dan apabila pihak penguasa tidak menerima hasil Negosiasi tersebut, maka Penguasa itu melakukan suatu Hegemoni, atau Bertindak semena-mena terhadap kelompok Oposisi tersebut dengan menyalahgunakan kekuasaannya. Namun Oposisi bukan saja datang dari partai politik atau DPR saja. Oposisi juga bukan terjadi di panggung politik saja. Dan dalam kasus ini, yang menjadi Oposisi adalah pengarang buku “Membongkar Gurita Cikeas : Di Balik Skandal Bank Century” tersebut, yaitu George Junus Adijtondro. Disini Ia berposisi sebagai Oposisi dan bernegosiasi dengan Penguasa dengan menciptakan sebuah buku yang berjudul “Membongkar Gurita Cikeas : Di Balik Skandal Bank Century”. Namun apa yang terjadi sekarang? Buku tersebut di tarik dari pasaran oleh kelompok Dominant yang Pro dengan Penguasa. Disini jelas sekali bahwa Penguasa melakukan Hegemoni terhadap kelompok Oposisi yang Bernegosiasi. Buku tersebut dianggap berbahaya bagi kelangsungan kekuasaan sang Penguasa tersebut. Terlepas dari apa isi buku tersebut memang sesuai fakta atau cuma omong kosong belaka mengenai keterlibatan Cikeas and the gank dalam Skandal Bank Century, namun pertanyaannya sekarang mengapa peredaran buku tersebut di pasaran telah hilang begitu saja? Apa mungkin buku tersebut di rebut oleh Alien atau mungkin buku tersebut di umpetin sama Kolong Wewe (Red : Setan wanita yang punya Payudara besar yang konon suka ngumpetin anak kecil)? Gak mungkin kan buku tersebut tiba-tiba lenyap gitu aja? Dan bila lenyap pasti ada sebabnya. Dan apa sebabnya? Kita liat dulu dari judulnya : “Membongkar Gurita Cikeas : Di Balik Skandal Bank Century”. Hmmm kira-kira siapa ya yang narik nih buku dari pasaran? Oww Gurita kali ya jangan-jangan pelakunya? Tapi orang tolol sekalipun juga bakal nganggep kita tolol kalo sampe nyalahin Gurita, hahaha… Langsung aja deh pake Logika. Ya pasti orang yang tinggal di Cikeas nih yang merasa “Resah”, siapa tuh? Hmmmm.. Ya siapa aja boleh!! Hahaha… Dan gw jadi inget pribahasa, kalo gak merasa terusik, Ular gak bakal mengeluarkan Bisa-nya. Atau dalam kasus ini Cikeas and The Gank merasa “Resah” dengan Buku tersebut, dan keluar dari sarangnya untuk mengeluarkan “Bisa” dengan memanfaatkan kekuasaanya sebagai Penguasa. Gak mungkin kan orang judulnya Gurita Cikeas masa yang terusik Cendana and The Gank? Ups apa mungkin mereka sama aja ya? Bila terusik sama-sama mengeluarkan “Bisa”? Hehe…

Dan pertanyaan besarnya sekarang adalah : Apakah ini yang dinamakan Demokrasi? Apakah sang Penguasa yang katanya dari partai ber-Demokra(t)si benar-benar mempunyai semangat Demokra(t)si dalam menjalankan Pemerintahannya sekarang? Dan sesuai fakta yang ada sekarang Demokasi is BULSHIT! Demokrasi Omong Kosong, Reformasi Omong Kosong. Apa bedanya sekarang dengan Orde Baru? Hanya beda namanya saja. Tapi liat siapa Penguasanya? Sama-sama berasal dari lulusan “Asu Penjaga Negara” yang dididik untuk Meng-Hegemoni Negara. Dan pertanyaan lagi adalah dimana tokoh-tokoh Reformasi? Oh ternyata mereka semua dilemahkan dan dikubur hidup-hidup oleh Penugasa saat ini. Dikubur melalui sector Ekonomi dan di bungkam oleh UU tolol yang gak penting. Jadi apa arti Reformasi saat ini bila semua orang dibungkam atas nama UU Pencemaran Nama Baik dan UU TI? Apa bedanya UU tersebut dengan PETRUS (Penembak Misterius) atau Penculikan para Aktivis saat Era Orde Baru? Mungkin caranya sekarang berbeda, sekarang “Dihaluskan” oleh Penguasa kita yang tampak lebih “halus” bila berpidato itu. Jadi memang sangat sulit bila kita bicara Demokrasi sekarang ini. Demokrasi Omong Kosonglah yang terjadi saat ini. Demokrasi hanya berlaku bagi kelompok Dominant dan memiliki Uang seperti Anggodo, dkk. Tetapi Omong Kosong bagi kelompok Oposisi dan bagi rakyat kecil seperti gw ini.

Dan coretan gw ini juga merupakan sebuah bentuk perlawanan gw sebagai Oposisi yang memang udah muak melihat kelakuan Penguasa dan kelompok Dominant Negeri ini, kemudian gw bernegosiasi dengan membuat coretan-coretan tolol ini. Coretan di notes ini juga membuat resah, resah hati pencoret mungkin ingin tampil dan apakah gw bakal di Bungkam oleh UU Pencemaran Nama Baik atw UU TI (Buat kawan-kawan siapin Koin untuk bebasin gw ya nanti bila terjadi apa-apa, haha..) , tapi lebih resah lagi adalah “Pembaca” coretannya, Pembaca disini adalah untuk para Penindas yang merasa resah dengan coretan gw ini, sebab coretan ini adalah pemberontakan kucing hitam yang terpojok di tiap tempat sampah untuk para Penindas. Kucing Hitam dan Penindas sama-sama resah. Kata-kata tadi gw ambil dari lagunya Oom Iwan Fals yang judulnya Coretan Dinding. Dan pertanyaannya sekarang adalah apa benar Orde Baru sudah benar-benar Mati? Atau malah Renkarnasi dengan nama baru yaitu Reformasi? Sebagai contoh Reformasi = Orde Baru adalah kasus Aktivis HAM Munir yang di Bungkan di Era Reformasi ini, dan juga usaha pelemahan kelompok Opisisi, seperti kasus yang melilit KPK akhir-akhir ini, selain itu di panggung politik saat ini tidak jelas Partai mana yang menjadi Oposisi kuat Pemerintahan? PDI-P kah? Lihat siapa ketua MPR kita? Dedengkot PDI-P yang mungkin sengaja “Dilemahkan” dengan cara di iming-imingi kekuasaan oleh Penguasa, secara Logika mana mungkin Partai yang sedikit jumlah kursinya di Senayan bisa memenangkan perwakilannya untuk duduk sebagai ketua? Dan contoh sekarang adalah kasus penarikan buku “Membongkar Gurita Cikeas : Di Balik Skandal Bank Century” dari pasaran ini. Semua Oposisi seperti lenyap begitu saja. Mungkinkah Konspirasi Hegemoni sudah melanda Negeri ini, apakah kita kembali ke masa Orba dengan nama yang berebda, yaitu Reformasi Orde Baru. Intinya bila masalah Hegemoni belum terselesaikan, maka Demokrasi is BULSHIT!! Jadi terus lah mencoba hidupkan kembali Oposisi untuk melawan Hegemoni ini. Freedom For All HUMAN!!!





-Arip Pirosa-
Jakarta, 28 Desember 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar