Selasa, 24 Agustus 2010

Budak Kapitalisme

Suatu hari Aku kesepian dan ingin sekali bermain dengan para sahabatku. Karena rasa ingin main tersebut, aku pun memutuskan untuk menyambangi rumah sahabatku. Pertama aku bertandang ke rumah Budi, Aku pun berteriak di depan rumah Budi "Budi maen yu.."
Budi pun menjawab "Ga ah, sore ini aku mau kerja di tugu pancoran!"
Akupun kecewa, tapi kekecewaan itu tak berlangsung lama, aku langsung bergegas menuju rumah Shinta..

kucuk kucuk kucuk,

sampailah aku dirumah Shinta.. Aku pun berseru "Shinta maen yu!"
Shinta pun menjawab "Yah aku mau gawe bareng Jojo! Muup ya!"
Aku pun kembali putus asa dan sangat kecewa.

Sebuah kesenangan, silaturahmi dan permainan harus terputus karena tuntutan Kapitalisme! Bukan Budi dan Shinta yang tidak mau bermain, tapi kapitalisme mendorong mereka menjadi seorang budak, mengejar yang namanya hepeng untuk dapat mencapai kesuksesan semu. Dengan selembar kertas, kapitalisme dapat menjadikannya seorang yang mendapatkan kesuskesan yang "dibeli", bukan di dapatkan dengan hati.
Ah sudahlah! lebih baik aku main sendiri saja, sambil meminta uang dijalan untuk membeli Ipod!

1 komentar:

  1. terkadang memang budak kapitalisme membuat seseorang 'lupa identitas'. Prioritas materi menjadikan lupa akan teman dan harus relakan itu dengan profesionalitas. hmmmm

    BalasHapus