Rabu, 03 Februari 2010

AYU DAN KOMO - DONGENG SEBELUM BERCINTA II (KONSPIRASI!)

Di suatu malam, di atas ranjang dalam sebuah kamar. Aku dan Ayu sedang tidur-tiduran sambil menonton TV. Kami menyaksikan program berita tentang kasus kriminalisasi KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).

“Aku sangat prihatin dengan keadaan Negeri ini! KPK di kriminalkan! Bagimana cara mereka untuk menangkap koruptor? kalau pimpinan mereka satu persatu menjadi tersangka!” Keluh Ayu padaku.

“Akan ku dongengkan sesuatu padamu sebelum kita bercinta, ini tentang Konspirasi!

“Kenapa harus dongeng melulu sih? Dasar orang melayu!”

“Karena ketika kebenaran di bungkam oleh kenyataan. Dongeng harus bicara menceritakan kebenaran!”

Aku pun mulai menceritakan cerita tentang konspirasi untuk Ayu. Anton Azrul namanya, namun dia sering di sapa dengan Bang Azrul. Dia adalah ketua Komisi Koruptor Harus Mati (KKHM) di Negeri antah berantah.

“Selamat ya pak atas keberhasilan anda dalam menangani berbagai kasus korupsi di Negeri ini!” Sahut salah seorang wartawan dalam acara jumpa pers di halaman gedung KKHM.

“Ya. Itu semua juga berkat dukungan dari rekan-rekan media dan masyarakat untuk membantu kinerja Komisi Koruptor Harus Mati selama ini!” Jawab Bang Azrul dengan wajah berseri-seri.

“Prestasi terbaik KKHM tahun ini adalah keberhasilan mengungkap kasus korupsi yang melibatkan Antonio Pahon, Ia merupakan menantu Presiden Bapak Suroso, orang nomor satu di Negeri ini! Apakah Bapak Suroso marah kepada anda, karena menantunya ditangkap oleh KKHM?”

“Oh tidak sama sekali! Anda semua kan tahu, kalau Bapak Suroso sangat mendukung aksi kami dalam memberantas korupsi!”

“Oke, sesi tanya jawabnya sekian! Terima kasih teman-teman wartawan atas apresiasinya!” Sambung sang ajudan Bang Azrul kepada para wartawan.

Setelah melakukan sesi konfrensi pers di siang hari, malam harinya Bang Azrul pun langsung mengadakan pesta keberhasilannya di sebuah restoran bintang lima. Suasana cukup meriah sekali, banyak orang yang datang, dari keluarga, rekan kerja, pers, dan berbagai LSM anti korupsi pun datang meramaikan pesta ini

“Can’t buy me love… Everybody tells me so… Can’t buy me love… No, no, no, no, no, no...”

Alunan music The Beatles yang di bawakan oleh sebuah band sewaan mengalun menambah meriah suasana. Dimana-mana orang tertawa terbawa suasana meriahnya pesta. Ada yang asik mengunyah makanan dari hidangan satu ke hidangan yang lain. Ada soerang lelaki berbadan tegap dengan wibawa yang menandakan dia seorang pejabat sedang berbicara kepada beberapa orang yang tampak seperti bawahannya yang terlihat seperti sekumpulan orang penjilat, dengan kata lain, “bila bos senang, apapun kami laukan” kira-kira seperti itulah gambaran muka-muka penjilat terseut. Bang Azrul sendiri pun sedang sibuk di wawancarai oleh beberapa wartawan.

Malam pun semakin larut. Bang Azrul pun bergegas pulang. Ia mengendarai mobil sedan Toyota Camry. Ia pulang sendirian, tanpa di temani supir. Namun di tengah perjalanan, Ia mendapati seorang wanita yang ingin bunuh diri dengan cara memalang di depan mobil Bang Azrul. Beruntung, Bang Azrul tidak mengemudi dengan ngebut, Ia pun langsung menyadari bahwa ada seorang wanita yang menghalangi jalannya. Ia pun turun dan menghampiri wanita tersebut. Setelah melakukan perbincangan, akhirnya Bang Azrul pun berhasil merayu wanita itu untuk ikut bersamanya dan tidak jadi bunuh diri. Wanita itu bernama Rini, Ia mengaku ingin bunuh diri karena suaminya sangat galak padanya. Rini sangat cantik, kulitnya putih, rambutnya panjang, hidungnya mancung, dan wajahnya mirip seperti artis Tamara Blezenski.

“Maukah anda membawaku ke sebuah hotel Bang? Aku sangat lelah sekali hari ini, Aku tak mau pulang!”

“Hotel? Hmm… Baiklah, malam ini saja ya, besok kau ku antarkan ke kantor polisi untuk melaporkan suamimu. Ok?”

Tibalah mereka berdua di sebuah hotel melati di kawasan pinggiran kota. Mereka berdua pun check in bersama di sebuah kamar hotel tersebut. Di dalam kamar, Rini terus menggoda Bang Azrul dengan sangat sensual. Bang Azrul pun tidak tahan melihat godaan Rini. Ia pun langsung membuka bajunya, dan menghampiri Rini dan memeluk kemudian menciumnya. Mereka berdua pun bercumbu bersama di atas ranjang kamar hotel tersebut. Setelah puas bercumbu sekitar dua jam lebih, mereka berdua pun rebahan bersama di atas ranjang tersebut. Namun tak lama kemudian pintu kamar mereka ada yang mendobrak.

“Dasar kau pelacur! Sedang apa kau disini?” Teriak seorang lelaki yang bernama Nasution Zulfikar. Ia merupakan Direktur Utama PT. Elang Banjar.

“Hei siapa kau?” Teriak Bang Azrul sambil menutupi badannya dengan selimut.

“Aku suaminya! Oww jadi ini simpananmu? Seorang ketua KKHM?”

“Hei tunggu-tunggu! Ini semua salah paham!”

Rini pun bergegas mengenakan bajunya. Ia pun langsung lari keluar hotel sambil menangis. Nasution dan Bang Azrul pun terlibat adu mulut.

“Hei bung! Reputasimu sebagai ketua KKHM akan hancur mulai malam ini! Bila kau mau damai, serahkan uang sebesar satu triliun rupiah padaku!”

“Kau coba memerasku bung!?”

“Terserah kau saja! Bila reputasimu mau hancur, silahkan! Hahaha…”

Nasution pun langsung bergegas pergi meninggalkan Bang Azrul sendiri di kamar hotel. Bang Azrul pun tampak kesal dan menyesal.

Keesokan harinya, di kantor KKHM, Bang Azrul tampak murung dengan kejadian yang menimpanya. Ia sedang duduk di ruang dinasnya sambil melamun. Tiba-tiba handphone Bang Azrul berdering. Bang Azrul pun terkaget. Bergegas Ia mengambil handphonenya yang berada di atas meja kerjanya tersebut. Tertulis private number dari layar handphone Blackberry Bang Azrul itu. Ia pun mengangakat telepon tersebut.

“Halo siapa ini?”

“Hei masih ingat denganku Bang? Ingat kau masih punya hutang satu triliyun padaku! Waktumu tiga hari untuk menyerahkannya padaku! Hahaha… Tut tut tut tut…”

“Bangsat!”

Sudah satu hari waktu berlalu. Bang Azrul pun merasa tertekan dan tampak stress dengan kejadian ini. Kemudian di saat Ia sedang makan malam bersama keluarganya di rumah, Ia mendapati telepon dari seseorang yang mengaku anggota salah satu LSM anti korupsi di Negeri ini. Ia mengaku mengetahui apa yang sedang terjadi pada Bang Azrul. Ia mengajak Bang Azrul untuk bertemu di suatu tempat esok harinya, guna membantu Bang Azrul menyelesaikan masalah ini.

Tibalah Bang Azrul di sebuah café ternama untuk bertemu dengan orang yang kemarin meneleponnya. Orang itu bernama Wandi, Dia mengaku sebagai salah satu anggota LSM anti Korupsi, Dia berjanji akan membantu Bang Azrul dalam menyelesaikan masalahnya.

“Bagaimana kabarnya Bang?!”

“Sudah jangan banyak basa-basi, kita selesaikan masalah ini secepatnya, Aku sudah pusing dengan masalah ini! Jadi, rencana apa yang ingin kau jalankan dalam menyelesaikan masalah ini?”

“Oke Bang! Jadi begini rencananya ……………”

“It's been a hard day's night, and I've been working like a dog… It's been a hard day's night, I should be sleeping like a log………….”

Alunan lagu The Beatles yang di nyanyikan sebuah band sewaan di café tersebut menyamarkan perbincangan serius antara Bang Azrul dan Wandi.

“But when I get home to you, I find the things that you do... Will make me feel all right… You know I feel all right… You know I feel all right! Thank You!”

Selesainya lagu Hard Day’s Night dari The Beatles yang di bawakan oleh band sewaan café ini, juga menandakan selesainya pula perbincangan antara Bang Azrul dengan Wandi.

“Oke. Terima kasih sobat! Tapi ingat! Aku tak mau ada yang tewas!”

“Tenang saja Bang! Semuanya pasti beres! Aku kan pendukung KKHM! Aku gak mau KKHM hancur karena kasus yang membelit Abang!”

“Baiklah kalau begitu, Aku tunggu kabar darimu lagi”

Dua hari kemudian Bang Azrul yang sedang berada di ruangan dinasnya sedang menonton televisi. Ia sedang asik menonton sebuah debat politik di salah satu stasiun televisi. Sudah dua hari ini dia kembali ceria.

“Sudah dua hari ini si Bangsat Nasution itu tak pernah menghubungiku lagi! Nampaknya Wandi telah berhasil bernegosiasi dengannya”

“Breaking News siang ini! Pemirsa, telah terjadi pembunuhan terhadap Direktur Utama PT Elang Banjar. Bapak Nasution Zulkifar! Ia di temukan tewas tertembak di dalam mobilnya…………….” Suara pembawa acara berita di televisi.

“Apa? Nasution tewas?” Bang Azrul pun terkaget seakan tak percaya.

“Saat ini polisi sedang memintai keterangan dari berbagai saksi di lapangan mengenai pembunuhan ini……………..”

“Ah Wandi goblok! Kenapa harus di bunuh! Bangsat juga tuh orang!”

Bang Azrul pun langsung mencoba menghubungi Wandi melalui handphonenya.

“Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif………………” Terdengar suara mesin penjawab otomatis yang memberitahukan HP wandi sedang tidak aktif.

“Bangsat! Kenapa bisa jadi seperti ini!”

Bang Azrul pun langsung bergegas meninggalkan kantor KKHM. Ia tampak stress dan panic karena kejadian ini.

“Lalu bagaimana kelanjutan ceritanya?” Tanya Ayu kepadaku

“Pada suatu hari, Polisi berhasil menangkap dua orang yang membunuh Nasution. Dari keterangan keduanya, mereka disuruh oleh Wandi. Kemudian Polisi mendapati bahwa Wandi telah di temukan tewas di rumahnya dengan sangat misterius. Polisi yang sedang menyelidiki rumah Wandi, mendapati bukti kuat, yaitu HP Wandi yang memuat SMS kepada Bang Azrul, tentang rencana pembunuhan ini. Dengan bukti tersebut, Polisi langsung menangkap Bang Azrul. Bang Azrul sendiri merasa tidak bersalah, Ia merasa dirinya sebagai korban konspirasi. Dan hanya Rini lah saksi kunci yang bisa menyelamatkan Bang Azrul dari konspirasi ini”

“Lalu, siapa yang merencanakan atau dalang dari konspirasi ini Komo?”

“Sudahlah, kurasa semua orang dan termasuk kau juga sudah tau jawabannya!”

“Suroso kah?”

“Menurutmu?”

“Iya menurutku dia! Karena menantu dari Suroso kan di tangkap oleh KKHM! Jadi disini dia ingin balas dendam kepada KKHM. Dan cara pertama adalah melakukan konspirasi ini! Iya kan Komo?”

“Tak penting aku menjawabnya! Semua itu hanyalah dongeng sebelum bercinta”

“Ow iya! Tapi apakah cerita dongeng tentang konspirasimu itu sama dengan kisah kriminalisasi terhadap KPK sekarang ini? Apakah benar para petinggi KPK menjadi korban konspirasi? Cepat beri tahu Aku Komo?!”

“Sudahlah Ayu! Kurasa semua masyarakat sudah cukup pintar untuk menganalisa kejadian itu! Jadi buat apa kita ikut campur? Lebih baik kau buatkan aku telur setengah matang sebelum kita mulai bercinta malam ini”

“Dasar Hyper Sex! Setiap hari bercinta mulu!”

“Namanya juga orang melayu! Suka yang mendayu-dayu”

Kami berdua pun tertawa bersama di dalam kamar yang hanya berukuran 24x24 dan hanya di sinari oleh lampu bolham berdaya 5 watt itu. Karena perbincangan tentang konspirasi tadi, kami berdua jadi berfikir, apakah kami juga merupakan korban konspirasi? Ya mungkin juga, yaitu konspirasi social masyarakat yang memandang rendah seorang Gay dan Waria karena kami memiliki jiwa feminim.

Arip Pirosa.

Jakarta,

Rabu, 3 Februari 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar