Kedurjanaan yang sekarang terjadi di dunia ini adalah salah satu tanda-tanda akhir zaman. Dimana semua manusia saling serang, mangsa, dan sombong. Manusia tersebut merupakan reperesentasi dari Dajjal yang sesungguhnya. Sifat buruk merekalah yang membuat mereka yang sebelumnya adalah makhluk paling mulia menjadi makhluk yang sangat nista karena kebutaan mereka akan Kekuasaan Allah. Mereka merasa dirinya sangat pintar, berkuasa dan paling benar.
Manusia seperti itulah yang tidak bersyukur akan nikmat Tuhan berikan di dunia ini. Mungkin mereka belajar Agama, tetapi apa yang mereka pelajari tidaklah di terapkan dalam hidup ini.
Agama diturunkan sebagai penuntun manusia kembali ke jalanNYA. Karena pada hakekatnya manusia adalah milikNYA. Manusia haruslah mengerti Agama. Agama tidak boleh di paksakan, Agama seharusnya menjadi wadah agar manusia lepas dari keterbelengguan. Oleh karena itu kita harus memahami Agama, jangan hanya sampai sampulnya saja.
Karena bila hanya sampulnya saja, yang terjadi nanti hanyalah suatu formalitas belaka dalam menjalankan kehidupan yang fana di dunia ini. Agama hanya sebatas symbol belaka. Kita tidak mendapat suatu pembelajaran sesungguhnya dari Agama yang Tuhan turunkan untuk kita. Dan akibatnya kita akan terus terbelenggu dalam ke durjanaan di dunia ini. Muslim sejati tidak sekedar mengucapkan syahadat, mengerjakan shalat, berpuasa, menunaikan zakat, dan berhaji secara formal. Bila itu semua sebagai formalitas belaka, tanpa kita tahu apa itu sebenarnya yang terkandung dalam hukum syareat Islam tersebut, maka kita sulit melepas mentalitas pembangunan yang buruk. Seperti contohnya adalah rukun islam dan iman. Kita tidaklah hanya menghapal dan sekedar mengetahuinya saja, tetapi itu semua harus kita tanamkan dan terapkan dalam kehidupan kita, karena pada hakekatnya adalah apa yang terlihat secara lahiriah dari yang kita perbuat, itulah yang juga terlihat secara batiniah diri kita. Lahir batin hakekatnya adalah satu. Itulah mengapa sekarang banyak orang yang rajin shalat dan sudah bergelar Haji tetapi kelakuannya seperti orang yang "bodoh".
Dan disini sebenarnya kita sebagai orang yang beriman dan percaya kepada Allah yang Maha Agung, yang memberikan ilmuNYA kepada Manusia untuk mendapatkan kebenaran sejati yang ada di diri manusia itu sendiri melalui ditanamkannya Al-Quran di dalam dada -qalbu mu'min- orang muslim yang diberi ilmu, untuk dapat menggali makna-makna yang tersurat dan tersirat dari rahasia-rahasiaNYA yang kemudian akan membimbing kita dalam kehidupan yang fana ini untuk mencapai jalan kebenaranNYA.
Karena pada hakekatnya hidup tidaklah mudah, Tuhan tidak menjadikan manusia hidup untuk bermalas-malasan, Tuhan tidak mengharapkan manusia sebagai makhluk yang pasif, yang tinggal menjalani "skenario" atau takdir Tuhan. Dan hakikat hidup sebenarnya adalah kita yang menentukan semua jalan hidup kita, bukan Tuhan, Tuhan hanyalah mengkehendaki kebajikan yang manusia jalankan. Kita berdoa kepada Allah. Allah pun berdoa kepada kita, kita sujud kepada Allah, Allah pun bersujud kepada hambaNYA. Kita adalah bagian dari diriNYA dengan Ruh yang Ia tanamkan di jasad kita.
Untuk mendapatkan semua makna kehidupan kita ini, oleh karena itu kita janganlah belajar Agama hanya dari "sampulnya" saja. Melainkan haruslah kita gali lebih dalam, seperti apa yang Tuhan inginkan dari kehidupan kita dan untuk apa Agama di turunkan kepada Manusia.
Al-Quran sendiri bukanlah cuma hanya untuk di baca atau di hafal saja. Karena Al-Quran yang sekarang ada di rumah kita yang sudah di bukukan dan kita beli dari toko buku itu bukanlah kitab suci lagi, melainkan sudah menjadi kitab kering atau garing. Maksudnya garing disini adalah kitab Al-Quran yang sudah di bukukan (kering) tersebut mudah sekali menimbulkan perselisihan. Sebab makna yang ada di dalam teks itu tergantung pada pembacanya. Pembaca atau "Audience" berperan penting dalam pemberian makna terhadap AL-Quran kering tersebut sesuai dengan latar belakang mereka (Pembaca). Arti singkatnya adalah latar belakang si pembaca akan ikut "mewarnai" makna ayat yang dibacanya, makanya sering sekali memunculkan perbedaan tafsir Al-Quran di dalam umat Islam sendiri. Oleh karena itu janganlah heran bila sekarang ini teroris ataupun preman-preman pasar yang mengatasnamakan Agama Islam pun bisa melandasi "perjuangan" bodohnya dengan alasan mengkutip kitab suci.
Nah oleh karena itu, kita sebagai orang mu'min, kita harus dapat memeriksa Al-Quran yang ada di dalam diri kita. Untuk dapat "membaca" Al-Quran dengan jelas, kita haruslah dekat terlebih dahulu dengan Allah SWT. Karena DIA lah yang akan memberikan kita ilmu agar kita dapat mengerti makna Al-Quran yang sesungguhnya yang terdapat di dalam dada -qalbu mu'min- orang islam yang telah di beri ilmu. Dan ilmu disini bukanlah representasi dari ilmu sihir, atau ilmu wujud, melainkan ilmu disini adalah relasi antara Tuhan dengan hambaNYA (Kita zikir padaNYA, Dia pun berzikir pada kita). Artinya adalah pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Quran itu tidak di peroleh sekedar melalui belajar, melainkan pemberian ilmu dari Allah. Di Al-Quran sendiri Surat Thaha [20]: 114, menyebutkan "Qul rabbi zidni ilmi", Tuhan tambahkan pada diriku ilmu. Yang maknanya kita di perintah memohon kepada Tuhan agar kita ini ditambahi ilmu yang tak lain ilmu tersebut adalah Al-Quran. Jadi Ilmunya orang mu’min adalah Al-Quran.
Al-Quran sendiri dalam surah Al-Ankabut [29]: 49 menyebutkan bahwa : "Sebenarnya Al-Quran adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang di beri ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.”
Dari penjabaran di atas tadi jelas bahwa kita jangan hanya belajar Agama dari "sampulnya" saja, melainkan haruslah dalam diri kita, kita dekatkan diri padaNYA, karena Niscaya kita akan dekat denganNYA dan akan ditambahkan ilmu olehNYA untuk dapat meraih kebenaranNYA. Jalankan semua perintahNYA karena Ikhlas kepadaNYA, mulai dari Shalat Puasa, Zakat, Haji, dll. Janganlah kita beribadah untuk mengharapkan pahala, surga atau imbalan apapun dariNYA, karena bila seperti itu, tak lain kita ibadah hanyalah untuk mengharapkan sesuatu dan mendualitaskan Allah, bukan Ikhlas dan tertuju karenaNYA.
Dan hakekatNYA Allah akan memberikan kenikmatan surgaNYA di dunia ini. Surga bukanlah berada di tempat antah berantah. Sama dengan Al-Quran, surgapun juga terdapat di qalbu mu'min, jantung hatinya orang mu'min. Karena hakekatnya surga adalah ciptaanNYA sama seperti kita. Yang sesungguhnya apabila kita sudah sangat dekat denganNYA, maka kita akan merasakan kesenangan yang luar biasa dan serasa berada di surga. Seperti halnya kita mencintai kekasih kita, kita serasa berada di surga. Maka cintailah Allah, maka kitapun akan merasakan surgaNYA di dunia ini. Amin.
Agama diturunkan sebagai penuntun manusia kembali ke jalanNYA. Karena pada hakekatnya manusia adalah milikNYA. Manusia haruslah mengerti Agama. Agama tidak boleh di paksakan, Agama seharusnya menjadi wadah agar manusia lepas dari keterbelengguan. Oleh karena itu kita harus memahami Agama, jangan hanya sampai sampulnya saja.
Karena bila hanya sampulnya saja, yang terjadi nanti hanyalah suatu formalitas belaka dalam menjalankan kehidupan yang fana di dunia ini. Agama hanya sebatas symbol belaka. Kita tidak mendapat suatu pembelajaran sesungguhnya dari Agama yang Tuhan turunkan untuk kita. Dan akibatnya kita akan terus terbelenggu dalam ke durjanaan di dunia ini. Muslim sejati tidak sekedar mengucapkan syahadat, mengerjakan shalat, berpuasa, menunaikan zakat, dan berhaji secara formal. Bila itu semua sebagai formalitas belaka, tanpa kita tahu apa itu sebenarnya yang terkandung dalam hukum syareat Islam tersebut, maka kita sulit melepas mentalitas pembangunan yang buruk. Seperti contohnya adalah rukun islam dan iman. Kita tidaklah hanya menghapal dan sekedar mengetahuinya saja, tetapi itu semua harus kita tanamkan dan terapkan dalam kehidupan kita, karena pada hakekatnya adalah apa yang terlihat secara lahiriah dari yang kita perbuat, itulah yang juga terlihat secara batiniah diri kita. Lahir batin hakekatnya adalah satu. Itulah mengapa sekarang banyak orang yang rajin shalat dan sudah bergelar Haji tetapi kelakuannya seperti orang yang "bodoh".
Dan disini sebenarnya kita sebagai orang yang beriman dan percaya kepada Allah yang Maha Agung, yang memberikan ilmuNYA kepada Manusia untuk mendapatkan kebenaran sejati yang ada di diri manusia itu sendiri melalui ditanamkannya Al-Quran di dalam dada -qalbu mu'min- orang muslim yang diberi ilmu, untuk dapat menggali makna-makna yang tersurat dan tersirat dari rahasia-rahasiaNYA yang kemudian akan membimbing kita dalam kehidupan yang fana ini untuk mencapai jalan kebenaranNYA.
Karena pada hakekatnya hidup tidaklah mudah, Tuhan tidak menjadikan manusia hidup untuk bermalas-malasan, Tuhan tidak mengharapkan manusia sebagai makhluk yang pasif, yang tinggal menjalani "skenario" atau takdir Tuhan. Dan hakikat hidup sebenarnya adalah kita yang menentukan semua jalan hidup kita, bukan Tuhan, Tuhan hanyalah mengkehendaki kebajikan yang manusia jalankan. Kita berdoa kepada Allah. Allah pun berdoa kepada kita, kita sujud kepada Allah, Allah pun bersujud kepada hambaNYA. Kita adalah bagian dari diriNYA dengan Ruh yang Ia tanamkan di jasad kita.
Untuk mendapatkan semua makna kehidupan kita ini, oleh karena itu kita janganlah belajar Agama hanya dari "sampulnya" saja. Melainkan haruslah kita gali lebih dalam, seperti apa yang Tuhan inginkan dari kehidupan kita dan untuk apa Agama di turunkan kepada Manusia.
Al-Quran sendiri bukanlah cuma hanya untuk di baca atau di hafal saja. Karena Al-Quran yang sekarang ada di rumah kita yang sudah di bukukan dan kita beli dari toko buku itu bukanlah kitab suci lagi, melainkan sudah menjadi kitab kering atau garing. Maksudnya garing disini adalah kitab Al-Quran yang sudah di bukukan (kering) tersebut mudah sekali menimbulkan perselisihan. Sebab makna yang ada di dalam teks itu tergantung pada pembacanya. Pembaca atau "Audience" berperan penting dalam pemberian makna terhadap AL-Quran kering tersebut sesuai dengan latar belakang mereka (Pembaca). Arti singkatnya adalah latar belakang si pembaca akan ikut "mewarnai" makna ayat yang dibacanya, makanya sering sekali memunculkan perbedaan tafsir Al-Quran di dalam umat Islam sendiri. Oleh karena itu janganlah heran bila sekarang ini teroris ataupun preman-preman pasar yang mengatasnamakan Agama Islam pun bisa melandasi "perjuangan" bodohnya dengan alasan mengkutip kitab suci.
Nah oleh karena itu, kita sebagai orang mu'min, kita harus dapat memeriksa Al-Quran yang ada di dalam diri kita. Untuk dapat "membaca" Al-Quran dengan jelas, kita haruslah dekat terlebih dahulu dengan Allah SWT. Karena DIA lah yang akan memberikan kita ilmu agar kita dapat mengerti makna Al-Quran yang sesungguhnya yang terdapat di dalam dada -qalbu mu'min- orang islam yang telah di beri ilmu. Dan ilmu disini bukanlah representasi dari ilmu sihir, atau ilmu wujud, melainkan ilmu disini adalah relasi antara Tuhan dengan hambaNYA (Kita zikir padaNYA, Dia pun berzikir pada kita). Artinya adalah pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Quran itu tidak di peroleh sekedar melalui belajar, melainkan pemberian ilmu dari Allah. Di Al-Quran sendiri Surat Thaha [20]: 114, menyebutkan "Qul rabbi zidni ilmi", Tuhan tambahkan pada diriku ilmu. Yang maknanya kita di perintah memohon kepada Tuhan agar kita ini ditambahi ilmu yang tak lain ilmu tersebut adalah Al-Quran. Jadi Ilmunya orang mu’min adalah Al-Quran.
Al-Quran sendiri dalam surah Al-Ankabut [29]: 49 menyebutkan bahwa : "Sebenarnya Al-Quran adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang di beri ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.”
Dari penjabaran di atas tadi jelas bahwa kita jangan hanya belajar Agama dari "sampulnya" saja, melainkan haruslah dalam diri kita, kita dekatkan diri padaNYA, karena Niscaya kita akan dekat denganNYA dan akan ditambahkan ilmu olehNYA untuk dapat meraih kebenaranNYA. Jalankan semua perintahNYA karena Ikhlas kepadaNYA, mulai dari Shalat Puasa, Zakat, Haji, dll. Janganlah kita beribadah untuk mengharapkan pahala, surga atau imbalan apapun dariNYA, karena bila seperti itu, tak lain kita ibadah hanyalah untuk mengharapkan sesuatu dan mendualitaskan Allah, bukan Ikhlas dan tertuju karenaNYA.
Dan hakekatNYA Allah akan memberikan kenikmatan surgaNYA di dunia ini. Surga bukanlah berada di tempat antah berantah. Sama dengan Al-Quran, surgapun juga terdapat di qalbu mu'min, jantung hatinya orang mu'min. Karena hakekatnya surga adalah ciptaanNYA sama seperti kita. Yang sesungguhnya apabila kita sudah sangat dekat denganNYA, maka kita akan merasakan kesenangan yang luar biasa dan serasa berada di surga. Seperti halnya kita mencintai kekasih kita, kita serasa berada di surga. Maka cintailah Allah, maka kitapun akan merasakan surgaNYA di dunia ini. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar